NovelToon NovelToon
Queenzy Aurora Wolker

Queenzy Aurora Wolker

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: aili

Queenzy Aurora Wolker gadis yang memiliki wajah yang cantik itu sangat menggilai seorang Damian Putra Throdhor Putra.Pewaris utama Keluarga Throdhor yang memiki kekayaan.nomer satu di dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aili, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Mr Luis masuk. Pria paruh baya berkacamata ala profesor dengan cardigan tersampir di bahu itu mengampu mata pelajaran fisika. Tapi, ada hal aneh terjadi. Mr Luis terkejut saat melihat Aurora hadir karena biasanya gadis itu akan membolos.

Suatu fenomena ajaib yang dia dapat hari ini.

"Aurora? Kamu masuk?" Aurora mengangguk malas sembari mengeluarkan satu buku yang masih kosong melompong tidak ada goresan pena sejak dimulainya semester pertama ini.

"Kenapa bisa?"

"Apa salah? Jika menurut Mr salah, saya bersedia keluar," jawab Aurora tegas.

Mr Luis kicep. Dia memang tidak segalak

Guru-Guru lain pada Aurora. Bahkan dia termasuk Guru yang perhatian dan tidak begitu kasar. Itu karenanya mereka

berani bercanda atau melakukan sesuatu yang agak berani.

"Baiklah. Kita lanjutkan materi kemaren. Ada tugas?"

"Tidaak Mr!"

"Ada,"

"Husst! Apa susahnya kau diam?!" jengkel Rafa pada anak-anak lain di sekitarnya.

Mr Luis hanya menghela nafas. Tatapannya beralih pada damian, murid paling pintar tapi juga amat tertutup di kelas ini.

"Damian! Apa ada tugas?"

"10 soal evaluasi Bab 5. Menghitung kenaikan suhu celcius dan kelvin."

Jawaban damian membuat bahu mereka lemas. Ingin marah tapi yang berbicara adalah seorang penguasa. Tidak ada

pilihan selain pasrah menerima nasib.

"Kumpulkan tugas kalian.Yang tidak membuat tugas, kalian ke depan!"

"Aaisss!! Aku lupa soal tugas ini."

"Maju-maju! Tidak ada gunanya" mendumel di sini.

"Dasar damian!" cicit mereka nyaris tidak terdengar karena tidak berani mengumpat Tuan muda Theodore itu. Aurora menatap anak-anak lain yang maju. Ada yang

mengumpulkan buku tapi juga ada yang berdiri di depan dengan tampang malas. Di

antara mereka ada Rama yang menatap Aurora penuh permohonan agar bergabung

bersama.

"Ra! Sstt-ssst!" Rama berbisik-bisik penuh rayuan maut.

"Aurora!" panggil Mr Luis karena tidak

menemukan buku Aurora di mejanya.

Damian yang menitipkan bukunya pada ketua kelas tengah memungut tugas

anak-anak lain menoleh. Dia dapat melihat Aurora mulai berdiri dari tempat duduknya

kemudian bergabung dengan Rama dan dua anak lelaki yang berdiri paling ujung.

"Kamu membuat tugas?"

"Saya baru masuk sekarang ,"jawab Aurora seadanya.

Seisi kelas berbisik-bisik menggosipkan Aurora karena hanya dia yang perempuan di

antara siswa lain di depan.

"Seharusnya kamu tanya pada teman-teman yang lain. Jika begini, kamu yang rugi"

"Benar Mr! Dia itu memang dasarnya malas. Beri hukuman yang beraat!" sorak rafa

menunjukan ketidak sukaannya pada Aurora.

"Kamu! Buku-mu juga tidak ada di sini. Ayo ke depan Rafa!"

"Sialan," umpat Rafa pelan berdiri dari duduknya. Kenan-pun sama. Dia tidak

mengerjakan tugas apapun bahkan tidak tahu jika mata pelajaran hari ini itu fisika.

Sementara damian. Dia terus menatap Aurora yang juga memandangnya datar. Tidak ada yang berani bicara tapi jelas ada sesuatu terpendam dari arti pandangan Aurora.

"Damian!"

Namanya langsung disebut. Hal itu sudah membuat mereka teralihkan.

"Ini tugasmu?" Menunjukan buku damian yang terdapat banyak coretan garis

abstrak atau lebih tepatnya karya tangan anak-anak.

"Apa maksudnya? Ini hanya coretan."

"Apaa?? Kenapa bisa??" para gadis di belakang heboh.

"Tapi memang benar. Itu coretan dari anak-anak. Kenapa buku damian seperti itu?" Bisik mereka amat terkejut.

Termenung tapi dia segera paham saat melihat seringai tipis di bibir Aurora

seolah dialah pelaku dari tindakan konyol ini.

"Damian! Bisa kamu jelaskan kenapa bukumu bisa seperti ini?"

"Bos! Kenapa bisa?" tanya rafa heran.

Karena damian tidak merespon. Mr Luis akhirnya pasrah tidak berani menindak

lebih lanjut.

"Baiklah. Karena kamu siswa yang pintar dan tidak pernah membuat kesalahan.

Maka saya akan mem..."

"Tidak adil!" bantah aurora menatap tajam Mr Luis.

"Aurora! Jangan meninggikan suaramu."

"Aturan harus berlaku tanpa memandang apapun. Bukunya tidak ada tugas sama

sekali. Jadi dia juga harus ikut dihukum, Bukan?"

"Benar! Jangan karena dia tampan, pintar dan banyak uang Mr bisa pilih kasih," dukung Rama semangat.

Kapan lagi ia bisa melihat seorang Most Wanted seperti Damian yang diidolakan bak

pangeran sekolah itu dihukum karena tidak membuat tugas.

"Kami setuju kalau Damian tidak dihukum, Mr! Karena-kan ini kesalahan pertamanya.

Benarkan teman-teman?"

"Yah. Kami tidak masalah. Kenapa kalian yang protes?" Para gadis di belakang

mulai menjilat.

Aurora menatap gadis yang tadi heboh membela damian. Matanya menyipit membaca name tag gadis itu kemudian

mengangguk kecil membuat targetnya bergidik.

"Sarah, " gumam Aurora dapat didengar rama.

"Kenapa?"

"Tandai lintah betina itu!" Rama mengangguk paham. Dia sudah tahu apa yang akan Aurora lakukan jika sudah menargetkan orang.

"Jika dia tidak ikut dihukum maka aku tidak akan mau menurut."

"Aurora! Masalahnya..." Ucapan Mr Luis terhenti saat Damian sudah berdiri dari

duduknya kemudian maju pertanda ia menerima hukuman.

"Damian! Kamu tidak masalah dihukum?"

"Jika dia laki-laki seharusnya tidak," bukan damian tetapi Aurora yang menjawab. Damian hanya diam mengepalkan tangannya kuat. Ntah apa maksud Aurora sedari tadi menyudutkannya seperti

ini.

"Saya bertanya pada damian. Bukan kamu."

"Apa hukumannya?" tanya Aurora malas mendengar nasehat tambahan. Telinganya

sudah panas. Mr Luis memperhatikan lekat wajah datar Damian. Entah kenapa dia tak pernah berani pada remaja satu ini.

"Baiklah. Kalian bagi dua kelompok. Bersihkan area belakang sekolah dan

perpustakaan." Mereka segera keluar dari

kelas untuk memulai pekerjaan.

"Aku mau ke kantin. Kalian bersihkan sendiri. Ayo Bos!" ajak Rafa beranjakmau pergi kearah kantin.

"Pergilah! Tapi ku pastikan kau mendapat masalah besar." Langkahnya terhenti saat

mendengar ucapan Aurora. Rasa benci rafa makin terpupuk karena sikap sok

berkuasa gadis ini.

"Aku tidak punya urusan denganmu."

"Kalian bertiga!" Aurora menatap tiga anak-anak lain yang sedari tadi menurut.

"Ikut rafa membersihkan area belakang sekolah."

"Kaauu..."

"Rama, Kenan! Kalian bersihkan perpustakaan!" sambar Aurora tanpa mau

mendengar bantahan Rafa yang merah padam menahan emosi.

Rama dan Kenan tidak banyak membantah. Mereka pergi ke arah perpustakan begitu juga rafa dan tiga anak-anak lain dengan berat hati

"Dan kau." Aurora beralih pada damian yang masih memandangnya tanpa ekspresi.

"Kau jalani hukumanmu!" Aurora menarik lengan kekar damian pergi ke area rooftop.

Tempat favoritnya untuk menenagkan diri.

Damian tidak menolak. Dia ingin tahu apa rencana murahan Aurora yang mungkin akan melakukan hal lebih gila dari ini

Sesampainya di rooftop, Aurora melepas

cengkramannya ke lengan kekar damian kemudian menatap dalam dua manik elang tajam itu.

"Kau ikut Olimpiade?"

"Hm."Seolah menantang.

"Kenapa?"

"Untuk apa kau tahu?" tanya Damian tenang dengan tangan kedua masuk ke masing-masing saku celananya.

"Tiara menyukaimu."

"Lalu?" Menaikan satu alisnya sinis.

"Kau menyukainya?"

"Menurutmu?"

"Ingat apa yang aku katakan padamu sebelumnya?" ancam Aurora tidak main-main.

Dia mendekat mengikis jarak bahkan tubuh mereka menempel Aurora hanya sebatas dada bidang keras itu saja dan tentu ia harus mendongak menatap intens

manik elang tersebut.

"Kau milikku."

"Kau gila."

"Yah. Dan jangan buat aku melakulkan hal gila lebih dari ini. Damian Sayang!" jawab Aurora tersenyum tipis mengalungkan kedua tangannya ke leher kokoh damian.

la mengaggumi ketampanan dan kesempurnaan fisik lelaki ini. Entah kenapa Aurora tidak pernah bisa tenang melihat damian didekati banyak wanita.

"Soal bukumu, aku sudah punya agent rahasia. Coretan itu sangat mahal."

"Kau memanfaatkan adikku. Licik," desis damian pedas.

Aurora terkekeh. la makin merapatkan tubuh mereka sampai damian bisa merasakan bagian depan Aurora yang memang pas, begitu juga sebaliknya. Tubuh damian amat

keras dan atletis. Aurora merasa amat berhasrat pada lelaki tampan ini.

"Alexio juga adik iparku. Sebelum menikah denganmu kami harus punya kerja sama

yang baik."

"Sudahi tingkah murahanmu." Damian mau

melepas belitan tangan Aurora tapi lagi-lagi damian kecolongan saat bibirnya lagi-lagi menjadi korban keagresifan gadis liar

ini.

Sialnya tubuh damian sangat munafik. Dimulut dia menolak tapi lihatlah, Aurora melumat bibirnya dengan nakal bahkan

sengaja meneroboskan lidahnya mengigit kecil di sana, damian tetap mematung.

Matanya terpaku pada wajah cantik Aurora yang memejamkan mata, menikmati sensasi ciuman yang entah keberapa ini.

Sebagai lelaki normal, jelas Damian akan bangun. Itu dirasakan oleh sampai

sudut bibir gadis itu tertarik licik.

"Aku tahu kau tidak bisa menolak ini, "batin Aurora sangat suka mencabuli damian.

Selain dia memang amat mempesona, damian juga tampak menggemaskan ketika sedang digoda. Lihatlah wajah memerah itu. Aurora sesekali membuka matanya menatap gemas wajah tertekan damian.

Aurora tersenyum nakal setelah melepas ciuman sepihaknya. Hal seperti itu, bukankah hal yang lumrah. Bibir damian sudah tidak perjaka lagi. Tinggal area suci

pria ini yang harus Aurora renggut agar dia tidak bisa pergi kemana mana.

"Damian!" bisik Aurora sengaja bernada sensual menempelkan bibirnya ke

telinga damian.

"Kau tidak akan lepas dariku." Damian menahan nafas tercekat.

Aurora sudah mau tergelak melihat wajah depresi damian yang pasti sedang menahan

mati-matian sesuatu yang bangkit menyesakkan di celananya.

"Kau...tidak akan lepas dariku, damian!" Damian menggelengkan kepalanya cepat segera mendorong Aurora menjauh.

Tanpa banyak bicara damian pergi membawa kekusutan hebat. Aurora terkekeh melihat Damian menjauh darinya.

Membayangkan jika dia telah menakut-nakuti anak perjaka orang membuat Aurora

sendiri beruntung.

"Dia tidak agresif seperti-ku. Jiika tidak, aku yang akan takut padanya," gumam

Damian bergidik. Aurora tahu damian itu

perkasa dan amat jantan. Tapi dia tidak mau bersikap murahan apalagi menjajahkan

tubuhnya sembarangan. Sejauh ini Aurora mengintili damian, tidak pernah sekali-pun lelaki itu tertarik untuk berhubungan badan dengan wanita.

Prinsip itulah yang membuat Aurora berani

menggoda damian karena tahu lelaki itu tidak akan menerkamnya. Suasana hati Aurora yang tadi membaik langsung hancur

saat melihat ke arah lapangan. Dari rooftop ini dia bisa melihat kemana-pun area sekolah.

Tiara sedang berbicara dengan para anggota Osis dan bahkan dia tampak mendominasi. Banyak yang mengidolakan tiara karena dia murid pintar, kebanggaan para Guru.

"Ck! Apanya pintar jika masih mengemis perhatian semua orang. Penjilat," decak

Aurora kemudian pergi. Dia harus merencanakan kejutan untuk gadis nekat yang radi mengutarakan perasaannya pada Damian. Jangan kira ia akan melepaskannya begitu saja.

1
Nuzul'ea
damian ini cuek tapi perhatian,yaa walaupun aurora gak tau
بنتى بنتى
next
N Kim
terima kasih😊
Dewi hartika
next thor terus, berinspirasi selalu, semangat.
Nuzul'ea
kak semangat terus up nya aku tunggu,ceritamu kerenn/Ok//Good//Good//Good/
Dewi hartika
hem udahlah tinggalkan damian itu, karna tak menghargai perjuanganmu, lebih baik jalani hidup dengan kebahagiaan, dari pada kecewa dan rasa sakit, next thorr.
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut
Aisyah Azzahra
Saya sangat menyukai cara penulis menggambarkan suasana.
N Kim
terima kasih sudah mau membaca ceritaku/Smile/
Tsumugi Kotobuki
Ceritanya asik banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!