KESEMPATAN KEDUA

Beberapa perawat menenangkan Adilayang masih menggila ingin melukai Joan, sedangkan Joan sudah di bawak ke ruangan lain.

Perawat memberikan air putih agar Adila lebih tenang. Akhirnya setelah Adila terlihat baik baik saja perawat dan dokter pun keluar dari ruangan itu.

Sebenarnya ruangan yang Adila tempati terdiri dari tiga ranjang pasien tapi hanya ranjang yang Adila gunakan yang terisi.

Ruangan itu berubah hening dan Adila merasa Dejavu dengan perasaan kesepian ini. Adila turun dari tempat tidur. Saat kakinya menyentuk lantai dia merasakan bagaimana berdiri tanpa alat bantu atau berdiri tegak.

"Apakah ini mimpi?" sebuah senyuman lebar terbit di bibir Adila.

Adila berjalan ke kamar mandi memeriksa apakah ada cermin disana. Tapi ternyata tidak ada dan Adila memilih mencuci tangan karena kotor telah memegang kuman berbahaya.

Saat sedang mencuci tangan, Adila terkejut melihat cincin yang mirip dengan cincin perawat Annes berada di jari manis tangan kanannya. Cincin itu sangat mirip atau mungkin cincin yang berada di jarinya adalah cincin perawat Annes?

"Apakah ini kesempatan yang dikatakan oleh perawat itu?" Ucap Adila sambil mengelus cincin itu.

Lalu setelah selesai Adila memilih keluar dari ruangan itu pulang. dia tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit karena dia memiliki jaminan kesehatan dari perusahaan dan Joan pasti sudah mengurusnya.

Saat ini yang Adila butuhkan adalah ketenangan. Otaknya perlu meluruskan apa saja yang terjadi saat ini.

Setelah berada di lobi rumah sakit, Adila melihat orang orang sangat berbeda. Apakah dia benar benar kembali ke masa lalu?

"Pada tanggal 11 Juli 2010, para relawan sudah mendapatkan 350 juta dan akan diberikan kepada para korban bencana. Untuk info lebih lanjut akan di sampaikan oleh rekan saya...." suara berita itu tidak masuk lagi ke telinga Adila, dia lebih fokus pada tanggal yang ada di atas judul berita.

Berarti ini adalah tiga puluh tahun yang lalu?

2010 adalah tahun ia menikah dengan Joan. Mereka menikah pada akhir tahun yaitu tanggal 31 Desember 2010.

Dulu pesta pernikahan mereka berlangsung sangat sederhana karena permintaan dari Adila sendiri. Adila hanya memiliki beberapa keluarga dan orang tuanya juga sudah berpisah jadi yang datang pun tidak seberapa.

"kenapa ku harus kembali di tahun ini." menggaruk kepalanya yang tiba tiba saja gatal, dia berjonhkok rasanya dia ingin menangis saat ini.

"Tapi ini masih belum terlambat, dulu aku tidak tau akhirnya akan buruk. Jadi sekarang tugasku adalah menghindari Joan dana yang paling penting putus dari Joan." Adila kembali berdiri dan mengepalkan tangan dengan wajah yang bersemangat.

Adila keluar rumah sakit dengan beberapa orang yang memperhatikan dia sambil geleng geleng kepala.

.

.

"Sandinya apa ya? Aduh malah lupa lagi." Adila bolak balik di depan pintu apartemennya sambil mencoba sesekali.

Dan akhirnya dia mencoba dengan tanggal jadiannya dengan Joan. Tanggal jadian sama dengan tanggal pernikahan jadi Adila tidak terlalu susah untuk mengingatnya.

Pintu itu terbuka dan ruangan yang tampak tapi pun terlihat. Ruangan yang di desain dengan warna serba biru karena Adila sangat menyukai warna biru.

Adila meletakkan tas dan langsung berjalan menuju cermin yang berada di dekat kasur.

dan ternyata...

.

.

.

bersambung

jangan lupa like and vote ya

salam hangat dari author