Niatnya kabur dari rumah dan memilih berpetualang sendiri, membuat Josceline harus berurusan dengan pria menyebalkan bernama Damian.
Celine sama sekali tak tahu jika dia telah berurusan dengan seorang Mafia kejam. Bagaimana kisah mereka nantinya? Simak kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Sedikit Cerita
Setelah berbicara dengan kakak keduanya, Celine mengusap wajahnya. Ini seperti bukan dirinya yang biasanya. Celine merasa dirinya berubah setelah bertemu Damian. Biasanya dia akan selalu tampak tenang, tapi kini Celine semakin sering meledak-ledak emosinya.
"Kenapa kau di luar?" tanya Damian. Celine mendongak menatap pria itu.
"Aku sedang mencari udara segar."
"Siapa yang barusan kau hubungi?"
"Kakakku."
"Damian, aku akan pergi besok. Aku harus ke tempat kakakku."
"Kau tidak boleh kemana-mana, Baby. Jika kau berkeras untuk menemui kakakmu, maka aku akan ikut," ucap Damian.
"Kau yakin ingin ikut denganku?" tanya Celine. Kali ini Celine akan membiarkan Damian bertemu dengan kakaknya. Dia akan lihat bagaimana usaha pria itu dan keseriusannya. Karena Celine yakin, kakaknya Jack pasti akan membuat Damian menyerah mengejar dirinya.
Damian duduk di samping Celine. Celine memajukan tubuhnya, saat posisi Damian sudah menyamping Celine menyandarkan tubuhnya di dada Damian.
Gadis itu bersikap seolah tak terjadi apapun sebelumnya. Damian menyunggingkan senyum tipis. Dia seperti mendapat jackpot dengan perubahan sikap Celine itu.
"Aku sangat yakin, tapi sebelum menemui kakakmu, besok biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku dulu."
"Terserah padamu," jawab Celine memejamkan matanya. Damian mengecup puncak kepala Celine.
"Kau sangat harum."
"Itu sudah pasti. Parfum yang aku gunakan ini hanya 1 di dunia. Karena mommyku sudah mematenkan aroma ini khusus hanya untukku. Mommy memberi nama parfum ini sesuai dengan namaku, My Celine. Ini hadiah ulang tahunku dari mommy."
"Benarkah begitu? Berarti mommymu seorang peramu?"
"Tidak, mommyku adalah seorang ilmuwan, tapi ya begitulah. Mungkin karena aku putri satu-satunya diantara ketiga anak laki-laki makanya mommy sangat menjagaku dan memperlakukanku bak putri raja," tutur Celine.
Damian semakin tak menyangka dengan perubahan Celine malam ini. Bahkan dia mau menceritakan sedikit mengenai keluarganya dan bagi Damian, itu adalah sebuah kemajuan pesat.
"Kau seharusnya senang diperlakukan seperti itu oleh mommymu?"
"Kau salah, aku justru sangat tersiksa. Aku suka kebebasan, sedang mommy ku selalu melarangku untuk melakukan ini dan itu. Bahkan aku sering membuat ulah, tapi pada akhirnya kedua kakakku lah yang selalu membantuku untuk menutupinya."
"Kau cukup nakal juga rupanya?" ujar Damian. Tangannya mulai berani memeluk perut Celine dan lagi-lagi Celine terlihat cuek tak menampiknya.
"Ceritakan tentang kedua kakakmu."
"Mereka kembar dan sangat mengerikan," jawab Celine singkat dan penuh misteri.
"Apa mereka akan menghajarku jika aku memacarimu?"
"Mungkin saja dan jangan lupakan adikku yang sangat mengerikan juga."
"Oh God. Aku rasa aku perlu senjata untuk menghadapi mereka." Celine terkekeh. Entah mengapa, meskipun Damian sering bertingkah menyebalkan, tapi Celine merasa nyaman dengan pria itu.
"Ayo sekarang kita masuk, udara sudah semakin dingin. Jangan sampai saat kau bertemu kakakmu kau justru demam."
Celine bangkit berdiri begitu juga dengan Damian. Namun, tanpa diduga, Damian mengangkat tubuh Celine ala bridal dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Apa aku boleh tidur di sampingmu?"
"Asal kau tidak macam-macam terserah kau saja."
"Terima kasih." Damian menutup pintu kaca balkon dan menguncinya. Dia pergi ke kamar mandi sebentar lalu bergabung bersama Celine.
"Apa yang akan kau lakukan pada gadis itu?"
"Kau ingin aku melakukan apa padanya?" tanya Damian balik.
"Terserah padamu, dia kan kekasihmu."
"Baby, jangan mulai lagi."
"Terserah padamu, tapi jika kau bersikap lunak padanya. Jangan salahkan aku jika nanti aku akan bertindak sendiri."
"Aku tidak akan mengecewakanmu."
"Bagus." Celine akhirnya terlelap. Damian memeluknya, tapi mata Damian sulit terpejam.
Saat Damian sedang memikirkan Celine, Ponselnya bergetar di atas nakas. Damian segera mengangkat panggilan dari Mateo.
"Ada apa, Mat?"
"Ada orang yang membakar club kita di Oklahoma."
"Lalu?"
"Lalu apa kau tak ingin memburu pelakunya?"
"Kau mengganggu waktu tidurku dengan Celine hanya untuk ini? Kau bisa berburu sendirian, bukan?"
"Oh, God. Kau mulai berubah, Dam."
"Ayolah, aku tidak setiap hari seperti ini. Lagian club itu sudah aku percayakan padamu untuk mengurusnya. Lalu untuk apa aku harus turun tangan?" tanya Damian. Celine terbangun mendengar suara Damian yang tiba-tiba meninggi.
"Apa ada masalah, Damian?"
...****************...