Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Bianka mengatakan semua cerita karangannya dengan suara sendu, bahkan suara isakan tangis pun juga ikut dia ucapkan demi keseriusan drama nya.
Andrian hanya diam dengan telinga yang terus mendengarkan perkataan Bianka.
Sekarang dia berada di dapur. Mengambil wine lalu di tuangkan ke dalam gelas.
" Andrian, kamu dengar aku kan An? Kamu pokoknya harus pulang An. Aku bisa mati kalau kamu di sana terus. Aku nggak bisa jauh-jauh dari mu An. Kamu hanya boleh berlibur dengan ku saja."
Belum cukup dramanya, Bianka masih mengiba.
" Besok kamu pulang ya An! Tidak, jangan besok. Kamu pulang sekarang saja ya." Perintah Bianka se enak jidatnya.
" Lasya masih tidur."
" A-apa? Kamu tahu Lasya tidur? Kamu sekamar dengan dia An?"
" Jelas!" Balas Andrian.
" ANDRIAN!"
Penging! Andrian langsung menjauhkan ponselnya saat tiba-tiba Bianka berteriak. Memekik dengan ringan, suara ini melengkik seperti suara teriakan maling.
" Kamu bisa-bisanya se kamar dengan Lasya. Kamu sudah tidur dengan ku ya An. Kamu ini milik ku, kamu hanya boleh tidur dengan ku An."
Andrian mulai jengah sekarang. Dia menutup teleponnya begitu saja, lalu meletakkan serta mengacuhkan telepon itu ke atas meja.
Baru saja di lepaskan dari genggaman tangan. Telepon ini sudah berdering tak henti-henti. Andrian sangat malas, dia memilih menikmati sebotol wine ini saja.
•
Malam pun sudah menyambut. Lasya yang baru terbangun dan selesai mandi kini berjalan menuju lantai utama. Dia dari tadi terus mengedarkan pandangannya, mencari-cari suaminya.
" Mas. Mas Andrian."
Suaranya memanggil sembari kaki menuruni anakan tangga. Kepalanya melonggok menatap bawah, siapa tahu Andrian ada.
" Mas.."
" Nona, anda mencari tuan?"
Seorang pelayan yang kebetulan lewat berhenti dan bertanya kepada Lasya. Tentu saja Lasya dengan cepat langsung menjawab.
" Iya, apa kamu lihat mas Andrian?"
" Iya non. Tuan tidur di sofa. Sepertinya tuan mabuk."
" Mabuk?" Tanya Lasya dengan mata yang sedikit menyipit.
Pelayan ini mengangguk. " Iya nona."
" Ya sudah, makasih. Apa makan malamnya sudah siap?".
" Sudah non, baru saja saya selesai menata."
" Hem, terima kasih, kamu boleh pergi."
" Baik non, permisi."
Lasya mengangguk samar. Mata nya melihat kepergian pelayan wanita ini. Sejenak dia menarik napas kecil dulu, lalu melanjutkan langkahnya menuju dimana Andrian berada.
Terlihat Andrian tidur di sofa dengan tangan bersedekap dada. Tidurnya benar-benar terlihat tenang seolah tanpa beban. Tanpa sadar Lasya berjalan mendekat. Ketampanan Andrian ini seolah menghipnotis nya agar memuja sang pemilik wajah ini dari jarak dekat.
Dia berjongkok, menatap setiap inci wajah suaminya. Mulai dari kening, hidung, mata, mulut serta dagu, semua terlihat sangat sempurna dan indah.
Cintanya yang sudah tertanam dari dulu sama sekali tidak pernah luntur.
Memang benar kata orang, Cinta pertama memang lah cinta yang sangat sulit untuk di lupakan. Walaupun hanyalah cinta sepihak, tapi Lasya benar-benar bahagia bisa menjadi istri Andrian, pria cinta pertamanya.
" Mas..."
Dengan sangat pelan dan lembut dia mencoba membangunkan Andrian. Tapi pria itu sepertinya benar-benar terlelap. Dia sama sekali tak terganggu dengan sentuhan Lasya.
" Mas.."
" Mas bangun mas, udah malam lo. Makan malam nya udah siap."
" Ergh, minggir. Jangan ganggu!"
Andrian dengan mata terpejam menepis tangan Lasya kasar. Dia mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap sandaran sofa.
" Mas, bangun yuk. Sudah waktunya makan lo, bangun dulu terus mandi. Nanti tidur lagi aja gak apa-apa."
" Ergh, berisik. Kamu nggak tahu orang tidur apa."
Kekesalan seketika terlihat di wajah Andrian. Dia duduk, menatap Lasya dengan tatapan tajam.
" Kamu nggak tahu kalau aku tidur, matamu buta ya!" Andrian mengamuk, dia mencengkram rahang Lasya kuat.
" Erh Mas, lepas mas. Ini sakit."
SRET...
Andrian mendorong Lasya. Tanpa mengatakan apa-apa dia pergi. Lasya hanya diam dengan mata yang memperhatikan Andrian yang terus menaiki tangga.
Seperginya Andrian, Lasya memegangi rahangnya sendiri. Dia sangat takut saat Andrian marah seperti ini, padahal dia hanya ingin membangunkan saja, tapi Andrian sudah mengamuk layaknya Lasya melakukan kesalahan besar.
BRANG...
Andrian membanting pintu kamar mandi dengan sangat keras. Dia paling benci saat ada orang yang dengan sangat lancang mengganggu tidurnya. Dia berdiri di depan wastafel, menunduk dan mencuci wajahnya demi mengurangi rasa yang meluap-luap di dadanya.
Dadanya bergerak naik turun, Andrian melihat wajahnya sendiri dari pantulan kaca.
Di sisi lain.
Lasya menunggu Andrian di meja makan. Dia meremat jari-jarinya sendiri. Merasa tak tenang saat melihat Andrian mengamuk seperti tadi.
" Mas Andrian masih di pengaruhi alkohol." Gumam Lasya dalam hatinya sendiri.
Dia menoleh serta mendongak. Melihat lantai atas yang di mana di sanalah Andrian berada.
" Apa aku susul saja ya? Tapi... bagaimana kalau mas Andrian marah lagi?"
Keraguan menyerangnya, dia kalut, berpikir antara menghampiri Andrian ataukah tidak.
•
Andrian baru selesai mandi. Barisan baju di lihat olehnya, dia mengambil kaos berwarna abu serta celana hitam. Selama liburan, dia lebih banyak menggunakan pakaian casual-nya. Tak cukup sampai di situ, sebuah parfum dengan aroma musk tercium dengan sangat wangi di sekitaran badan kekar nya.
TOK..
TOK..
Suara ketukan pintu terdengar berbunyi. Bola mata Andrian langsung bergerak memutar, ekspresinya langsung berubah menjadi malas.
" Mas.."
Lasya masuk dan memanggil Andrian dengan sangat lembut. Andaikan saja Andrian menyerap panggilan itu dengan hati yang tenang, dia pasti akan tahu betapa sayangnya istrinya ini.
" Sudah selesai kan? Ayo makan. Nanti keburu dingin lo makanannya."
" Hem."
Selalu saja! Selalu saja Andrian membalas setiap ucapan Lasya dengan hanya sebatas kata singkat.
" Ya sudah, ayo turun mas. Kita makan bareng ya."
Andrian melangkah lebih dulu. Langkahnya melewati Lasya begitu saja. Seolah sama sekali tidak menganggap wanita yang sudah susah payah menyusulnya hanya demi mengajaknya makan malam.
Lasya tak mempermasalahkan. Dia tidak memasukkan hati. Dengan tenang dia mengikuti Andrian dari belakang.
Sama-sama menuruni anakan tangga menuju meja makan.
SRET...
Lasya melangkah mendahului Andrin. Dia menarikkan satu kursi untuk suaminya duduk.
Senyuman di wajahnya mengembang sempurna, dia duduk di depan Andrian.
" Kamu mau makan apa mas? Tadi bibi masak ikan asam manis, ayam bakar sama steak sauche mushroom."
" Bibi benar-benar rajin ya mas. Dia masak sebanyak ini sendirian, di tambah lagi makanan ini sepertinya sangat enak."
" Ambilkan aku steak." Titah Andrian dengan nada dingin.
" Iya, bentar, aku ambilin ya."
Lasya berdiri, dia menyondongkan badannya. Mengambilkan piring yang berisi makanan yang Andrian mau.
" Ini mas. Mau apa lagi."
" Udah."
Lasya kembali duduk. Sedangkan Andrian sudah melahap steak itu tanpa menawarkan Lasya untuk makan bersama.
Lagi-lagi Lasya tak masalah. Dia juga ikut ambil steak dan makan.
Tak berselang lama, deringan suara telepon sedikit mengganggu makan malam tenang mereka. Lasya melihat layar ponselnya.
" Mas, mama ku telepon." Beritahunya dengan sudut bibir yang tertarik.
" Aku angkat dulu ya."
Lasya menggeser tombol hijaunya.
" Ma.."
" Hallo Sya, mama ganggu ya!"
" Enggak kok ma. Aku dan mas Andrian baru saja mau mulai makan malam."
" Hallo tante." Dengan suara khas pria nya, tiba-tiba Andrian sudah berdiri di belakang Lasya. Bahkan sebelah tangannya merangkul bahu Lasya.
Lasya yang mendapatkan sentuhan ini jelas saja sedikit kaget. Bukankah tadi Andrian sedang badmood?
" Kok panggilnya tante. Panggil mama lah, kan kamu sekarang suami Lasya. Itu artinya kamu anak ku juga."
" Ya ya ya, mama."
Andrian mengangguk. Dia menjawab dengan tersenyum bahagia. Lasya benar-benar cengo melihat pemandangan ini. Dia melihat Andrian tanpa berkedip.
" Kamu kenapa lihat aku kayak gini, hm?"
Seolah gemas, Andrian menoel hidung Lasya.
" Aduduh, pengantin baru."
Mama Danita terkekeh geli melihat keromantisan anaknya. Dia tak henti-hentinya tersenyum kesenangan.
Berbeda ekspresi, Lasya yang masih kaget dan malu, menoleh ke arah mamanya dan menunjukkan senyuman kakunya. Di sana, dia melihat kalau mamanya sangat bahagia. Bahkan di dalam layar video ini, Lasya pertama kalinya bisa melihat senyum Andrian yang sangat menawan.
" Sepertinya mama ganggu deh. Ya udah, kalian lanjutin makan malamnya ya! Selamat honey moon."
Lasya tersenyum kaku, sedangkan Andrian tersenyum dengan sangat bahagia.
Tapi ekspresi itu, seketika berubah saat panggilan video ini sudah mati. Ekspresi Andrian menjadi datar dan dingin lagi. Bahkan tanpa mengatakan apa-apa dia kembali ke kursinya, kembali melahap makanannya bahkan tanpa melirik Lasya sedikit pun.
Ini aneh! Lasya tidak mengerti kenapa perbedaan sikap Andrian bisa secepat itu?