NovelToon NovelToon
Tumbal Jenazah

Tumbal Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Hantu / Tumbal
Popularitas:42.6k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Gita, putri satu-satunya dari Yuda dan Asih. Hidup enak dan serba ada, ia ingat waktu kecil pernah hidup susah. Entah rezeki dari Tuhan yang luar biasa atau memang pekerjaan Bapaknya yang tidak tidak baik seperti rumor yang dia dengar.

Tiba-tiba Bapak meninggal bahkan kondisinya cukup mengenaskan, banyak gangguan yang dia rasakan setelah itu. Nyawa Ibu dan dirinya pun terancam. Entah perjanjian dan pesugihan apa yang dilakukan oleh Yuda. Dibantu dengan Iqbal dan Dirga, Dita berusaha mengungkap misteri kekayaan keluarganya dan berjuang untuk lepas dari jerat … pesugihan.

======
Khusus pembaca kisah horror. Baca sampai tamat ya dan jangan menumpuk bab
Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 ~ Aku Kaya

Asih yakin tubuhnya akan jatuh terjerembab karena ia mundur dari pijakan di atas kursi. Entah luka apa yang akan dirasakan, nyatanya tidak. Ia terjatuh, tapi menimpa Yuda.

“Mas, kamu nggak pa-pa?”

“Sakit, Sih. Kamu ngapain sih?” tanya Yuda sudah berdiri sambil mengusap pantatnya.

“Itu mas, di dalam ada … pocong,” sahut Asih lirih dan menjauh dari pintu. Tidak ingin suaranya terdengar oleh Gita yang sudah bermain di pekarangan depan rumah.

Yuda mendekat ke pintu, tapi ditarik oleh Asih.

“Jangan dibuka, nanti dia keluar.”

“Ck. Kamu ngintip?” Asih mengangguk pelan. Raut wajahnya masih menunjukan ketakutan, tangannya masih memegang erat lengan sang suami. “Aku sudah bilang jangan masuk dan cari tahu apa yang ada di dalam.”

“Jadi, yang di dalam beneran … pocong? Mas tidak ada hubungannya dengan pembongkaran kuburan kampung sebelah ‘kan?”

Yuda menatap ke depan rumah, memastikan tidak ada orang.

“Jangan banyak omong dan ini rahasia kita. Aku lakukan sesuatu untuk keluarga kita, kamu tidak usah pusing apa yang ada di dalam. Biar itu jadi urusanku, tinggal nikmati saja.”

“Apa yang harus dinikmati, yang ada aku mati berdiri. Gimana kalau dia keluar terus ….”

“Asih,” ucap Yuda sambil memegang kedua bahu istrinya. Kalau tidak diingatkan, mulut perempuan akan merepet ke mana-mana. “Dua puluh empat jam dari ritual yang aku lakukan semalam, kita akan dapatkan hasilnya.”

“Ritual?”

Yuda menganggukkan kepalanya.

“Sudahlah, buatkan aku kopi. Nggak pake gula juga nggak masalah, ini hari terakhir kita hidup susah. Mulai besok, hidup kita pasti berubah.” Yuda meninggalkan Asih dan keluar rumah menghampiri Gita yang asyik bermain sendiri.

“Berubah jadi apa, spiderman,” gumam Asih lalu berbalik hendak menuju dapur. Pandangannya masih tertuju pada pintu ruangan.

Dugh.

Terdengar suara dari dalam, Asih terkejut dan langsung menuju dapur.

***

Sudah hampir pukul sepuluh malam, Gita sudah terlelap. Namun, tidak dengan Asih. Ia merasakan hawa di dalam rumah berbeda. Agak panas dan mencekam. Entah karena memang ada sesuatu atau karena takut karena ia melihat sosok di dalam ruangan.

Yuda sedang keluar sejak tadi, katanya membeli bahan untuk ritual lagi. Agak lama, karena Yuda harus menemui teman dan kenalannya untuk pinjam uang guna membeli apa yang dibutuhkan.

“Mas Yuda  kemana sih,” gumam Asih.

Ia berada di kamar Gita, berbaring di samping putrinya. Tidak berani berada di dalam kamarnya sendiri. Berusaha memejamkan mata, tapi ngantuk belum datang. Terdengar ketukan pintu depan, Asih pun beranjak. Sepertinya Yuda yang datang.

Ia berdiri mematung setelah membuka pintu, tidak ada siapapun di sana. Bahkan jalanan di depan pun sepi, tidak ada orang lewat atau iseng mengetuk pintu dan kabur. Tiba-tiba ia merinding dan gegas menutup pintu lalu kembali ke kamar Gita.

Masih bertanya-tanya dan takut dengan kejadian tadi, pintu kamar Gita ia tutup dan kembali berbaring di ranjang. Gita tidur membelakangi dirinya, Asih pun memeluk dari belakang dan mengusap pelan kepala putrinya.

Tok tok tok

Deg.

Debaran jantung Asih tidak karuan, dengan agak gemetar ia berbalik menatap pintu kamar yang masih diketuk.

“Si-apa?”

Kali ini bukan lagi ketukan, tapi gedoran.  Mungkin saja itu Yuda, yang membawa kunci sendiri lalu tidak menemukan dirinya di kamar. masih dengan perasaan takut, perlahan Asih menggeser selot pintu dan menekan handle.

“Ibu, kenapa dikunci?”

“Hah, Gita,” ucap Asih melangkah mundur. “Kamu ….” Tangan Asih menunjuk wajah Gita lalu perlahan menoleh ke belakang, tepatnya ke arah ranjang dan tidak ada siapapun di sana.

Asih kembali menatap Gita yang masih berdiri di depan pintu.

“Ibu kenapa kunci kamar aku? Tadi aku mau pipis, pas balik lagi sudah dikunci.”

Kalau bocah di depannya benar Gita, lalu siapa yang tadi ia peluk. Masih dengan agak gemetar, tangan Asih terulur menyentuh wajah Gita. Halus dan hangat, bahkan kedua kakinya menapak di tanah. Gegas Asih menarik tangan putrinya dan mengajak ke kamarnya meninggalkan kamar itu.

“Bu.”

Saat Yuda pulang, Asih dan Gita sudah terlelap. Segera ia menuju ruang ritual. Saat membuka pintu, ia memastikan tidak ada sosok yang dilihat Asih, tentu saja ada. Dia sendiri yang bawa jenazah dari kuburan dan dibaringkan di sana.

Tidak ingin berlama-lama, meski rasa takut itu tetap ada. Bagaimana tidak, jika ada jenazah di dalam rumahnya. Segera ia lakukan ritual seperti tadi malam. Membakar kemenyan, mengganti daun yang menutupi mata jenazah dan memotong ayam cemani untuk meminum darahnya.

Lantunan mantra terus diucapkan, suasana kamar mendadak berubah. Suhu kamar seperti berubah menjadi semakin hangat. Sepertinya para lelembut yang dipanggil dari mantra yang dibacakan sudah hadir dan memakan sesajen yang disiapkan oleh Yuda.

Dengan wajah menunduk tidak berani melihat sosok yang datang, Yuda masih melantunkan mantranya. Terdengar koyakan daging dan remuk tulang yang digigit. Sepertinya ayam cemani tadi sedang dinikmati.

Entah berapa lama sampai ia tidak mendengar lagi suara dari sosok yang hadir. Perlahan Yuda mengangkat wajahnya. Tempat sesajen sudah berantakan, isinya habis. Senyumnya tersungging di wajah Yuda.

“KAlau sajen yang kamu siapkan saat ritual habis, pesugihan kamu berhasil.” Teringat ucapan Mbah Kiyut.

Yuda menoleh ke arah jenazah yang terbaring kaku di atas dipan, lalu mendekat. “Kasih aku uang yang banyak,” ucap Yuda lalu membuka tali yang mengikat di tubuh jenazah. Menyingkap kafan yang sudah kotor kena tanah.

“Uang,” ucap Yuda dengan wajah ceria.

Sesuai dengan petunjuk Mbak Kiyut, kalau pesugihan jenazah akan mendapatkan uang langsung di dalam bungkus atau kafan jenazah. Sambil terkekeh Yuda mengambil banyak gepokan uang dari tubuh jenazah.

“Seumur-umur baru aku lihat uang sebanyak ini.”

Setelah semua uang dia ambil, kain kafan kembali dipasang dan diikat.

“Besok, kasih aku uang lagi ya,” ujarnya lalu beranjak membawa tumpukan uang keluar dari ruangan. “Aku kaya, kaya raya.”

1
maya ummu ihsan
baru ingat sama Tuhan
Rinisa
👍🏻👍🏻👍🏻
Rinisa
Syerem
Rinisa
Di Mulai teror nya...
Rinisa
judul & gambar nya bikin merinding, aku baca karya ini terakhir. . 🙊🙈
Rinisa
Seru & menenangkan...👍🏻
Rinisa
Horor terakhir yg blm ku baca...
🥰Siti Hindun
Aamiin..
🥰Siti Hindun
tegang euyyy
🥰Siti Hindun
demen banget sih tatap²an sama poci, Git🤭
🥰Siti Hindun
jadi inget celetukan ponakan aku waktu kecil, dia pernah nanya gini sama aku. bi kalo ada setan yg nama'y kuntilanak berarti ada juga dong kuntilindung?🤣🤣🤣🤣
🥰Siti Hindun
seru loh kak, untung aku baca'y jam segini. g kebayang gimana jadi'y kalo aku baca malem²
🥰Siti Hindun
begitulah manusia. ketika kita susah dn membutuhkan bantuan dari mereka yg kita dapat malah hinaan dn cacian.
🥰Siti Hindun
tatap-tatapan sama poci? siapa berani🤣🤣
🥰Siti Hindun
coba minta bantuan ma tu pocong Yud, jan cuma liatin doang😅
🥰Siti Hindun
baru mampir aku kak
estycatwoman
very nice 👍💯😊
Wisell Rahayu
baru mampir thoor masih menyimak😀
Hariyanti Katu
Aamiin🤲🤲
Hariyanti Katu
mantaf
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!