Entah apa yang di pikirkan oleh ayah dan sang ibu tiri hingga tiba-tiba menjodohkan Karin dengan pria yang tak memiliki apapun, apa mereka sengaja melakukan itu untuk menyingkirkannya?
Matteo Jordan, pria tak berguna yang di pungut oleh keluarga Suarez menyetujui menikah dengan wanita yang tak ia ketahui hanya demi sebuah balas budi.
Akankah cinta tumbuh di antara keduanya? Sementara Karin masih mencintai mantan kekasihnya, sedangkan Matteo pria sedingin es yang penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~23
"Mobilmu sudah ku jual." Sahut Risa tiba-tiba saat baru masuk ke ruang kerja sang ayah.
"Apa ?" Karin yang terkejut pun nampak tak percaya mendengarnya.
"Kalau mau minta ganti, minta saja sama tuan Suarez karena gara-gara dia aku tidak bisa mendapatkan uang lebih di perusahaan. Tapi ku rasa dia juga tidak akan mau ganti, kan suamimu yang montir itu sudah di depak dari keluarga besarnya." Ucap Risa mengejek namun langsung mendapatkan sebuah tamparan keras dari Karin, untuk pertama kalinya gadis itu melakukan hal yang sejak dulu tak pernah ia lakukan walaupun ingin.
"Kau berani menamparku ?" Risa yang tak percaya dengan perbuatan adik tirinya itu pun langsung murka dan ingin membalas namun pak Kusuma segera melerai mereka.
"Dasar anak pembawa sial." Nyonya Kusuma pun tak terima dan bersungut-sungut menatap Karin.
"Sudah hentikan, ayo keluar dari sini !!" Pak Kusuma langsung membawa istri dan putrinya itu keluar dari ruangannya.
"Dia memang pembawa sial Pa, pernikahannya saja mewah tapi satu amplop pun tak ada." Teriak nyonya Kusuma melampiaskan kekesalannya.
Wanita itu pikir setelah acara selesai ia akan mendapatkan banyak uang dari amplop yang di berikan oleh para tamu undangan apalagi ia mengundang banyak sekali kenalannya, namun rupanya tanpa sepengetahuannya tuan Suarez melarang tamu untuk menyumbang atau pun membawa bingkisan.
Sementara Karin yang masih berada di ruang kerja sang ayah nampak berkali-kali menghela napasnya, ia masih tak menyangka mobilnya telah di jual tanpa seijinnya. Meskipun mobil butut dan jelek paling tidak itu mobil milik mendiang ibunya yang tak sengaja ia temukan di sebuah pusat penjualan mobil tua tahun lalu.
"Kalian benar-benar keterlaluan." Makinya lantas menghempaskan bobot tubuhnya di kursi kerja sang ayah, namun tiba-tiba gadis itu tak sengaja melihat laci meja yang tak tertutup rapat kemudian ia segera membukanya.
Nampak sebuah bingkai foto di mana fotonya dan kedua orang tuanya beberapa tahun silam, jadi apa benda itu yang sejak tadi di pegang oleh ayahnya? Perlahan hati Karin kembali menghangat saat melihat betapa bahagianya kehidupan mereka dahulu.
Setelah merasa lebih baik, Karin pun meninggalkan rumahnya dan pergi ke sebuah toko perhiasan untuk menjual perhiasannya yang di berikan oleh tuan Suarez saat lamaran dahulu.
"Anda yakin mau menjualnya, nona ?" Ucap sang manager toko padahal belum sebulan emas tersebut di beli di tokonya.
"Hm, berapa harganya ?" Karin mengangguk yakin.
"Sebenarnya total harganya satu miliar nona, tapi karena sudah bekas maka kami hargai hanya 900 juta." Jelas pemilik toko.
"Kenapa potongannya banyak sekali ?" Karin langsung bersungut-sungut padahal ia baru sekali memakai saat di hari pernikahannya.
"Memang seperti itu aturannya nona."
Karin langsung mengambil semua perhiasannya dan menyisakan gelangnya. "Jika gelangnya saja berapa ?" Tanyanya kemudian seraya memasukkan sebuah kalung dan juga cincin ke dalam tasnya kembali, ia akan menyimpan yang lainnya siapa tahu suatu saat akan berguna.
"150 juta." Sahut sang manager toko menawar.
Karin yang malas tawar menawar pun akhirnya menyetujui dan ia akan menggunakan sebagian uangnya untuk menebus mobilnya entah di jual di mana oleh kakak tirinya. Kemudian gadis itu segera pergi ke toko elektronik, ia akan membeli pendingin ruangan, lemari pendingin dan juga sofa.
"Akhirnya dingin juga kamarku." Ucapnya setelah pendingin udara terpasang di kamarnya lalu gadis itu segera memberikan upah pada beberapa orang yang membantunya sebelum mereka pergi.
Setelah mengunci kembali pintu unitnya Karin kembali masuk ke dalam kamarnya lantas menyetel udara paling dingin. "Kita lihat apa dia akan tetap tidak memakai pakaian saat tidur nanti." Ucapnya sembari terkekeh.
Setelah itu gadis tersebut nampak merebahkan tubuhnya di atas kasur karena kelelahan dan tak berapa lama ia pun terlelap tidur.
Sementara itu di sebuah ruangan kerja yang lumayan luas terlihat seorang pria sedang berbincang dengan sang asisten. "Jim, siapa yang memiliki ide membeli rusun sempit itu ?" Ucap seorang pria yang nampak duduk di kursi kebesarannya.
"Tentu saja kakek anda, tuan." Sahut sang Asisten yang bernama Jimmy itu.
"Apa tidak ada rusun lain yang lebih luas lagi ?" Protes sang tuan dengan wajah sedikit frustrasi.
"Sebenarnya itu bukan rusun tuan tapi apartemen yang memang pembangunannya belum selesai." Jelas sang asisten.
"Persetan itu rusun atau apartemen, apa tidak ada tempat yang lebih layak lagi ?"
"Maaf Tuan, itu atas perintah kakek anda dan anda tahu sendiri keputusan beliau adalah mutlak." Jimmy nampak serba salah hingga membuat wajah pria itu terlihat pucat pasi menghadapi kemarahan sang bos.
"Entah sampai kapan pria tua itu akan mengatur hidupku." Gerutu sang bos yang kini kembali fokus dengan pekerjaannya, ia merasa seperti boneka yang bisa si mainkan begitu saja sesuai keinginan sang kakek.
"Ngomong-ngomong, apa anda tidak ingin mengetahui kegiatan istri anda seharian ini tuan ?" Jimmy mencoba mengalihkan pembicaraan meskipun topiknya masih tetap sama.
"Tidak." Sahut sang tuan sedikit acuh.
"Tapi ku rasa anda harus tahu, tuan. Karena jika kakek anda bertanya anda takkan kesulitan untuk menjawabnya." Jimmy memberikan saran, bagaimana pun juga jika pria itu mengalami kesulitan maka ia pun juga akan terkena imbasnya.
"Baiklah, katakan apa yang di lakukannya hari ini !!" Sahut sang tuan seraya mengambil dokumen di atas mejanya lantas segera memeriksanya, sepertinya pria itu kurang tertarik dengan cerita sang asisten.
"Sepertinya seharian ini beliau sangat sibuk sekali, tuan." Sahut Jimmy mulai menjelaskan.
"Oh ya ?" Pria yang sedang mengenakan stelan kemeja berwarna hitam itu masih nampak acuh justru kini mengalihkan pandangannya ke layar komputernya.
"Benar tuan, hari ini istri anda pergi mengunjungi rumah orang tuanya tapi sepertinya beliau mendapatkan kabar kurang baik karena mobilnya telah di jual oleh kakak tirinya." Terang Jimmy sesuai informasi yang ia dapatkan dari anak buahnya.
"Benarkah? Tapi itu bukankah hanya sebuah mobil rongsokan." Pungkas Matteo menatap asistennya itu santai seolah apa yang menimpa istrinya bukan hal penting untuknya.
Ya, pria itu adalah Matteo Jordan. Pria yang di ketahui oleh Karin hanya seorang penambal ban itu rupanya adalah seorang CEO perusahaan asing.
"Lalu apa yang di lakukannya lagi ?" Tanya pria itu lagi yang masih fokus dengan pekerjaannya.
"Beliau pergi ke toko perhiasan." Terang Jimmy.
"Oh ya, apa untuk membeli perhiasan lagi ?" Timpal Matteo sembari membubuhkan tanda tangannya pada sebuah dokumen, rasanya sedikit heran dengan wanita karena suka sekali membeli perhiasan hanya untuk bergaya padahal jika di jual lagi pasti nilainya akan turun. Kenapa tidak di investasikan ke saham saja.
"Bukan tuan, tapi beliau menjual perhiasan yang di berikan oleh tuan Suarez saat lamaran waktu itu." Sahut Jimmy dan sontak membuat Matteo langsung memicing menatapnya.
"Kamu yakin ?" Ucapnya tak percaya.
Jimmy mengangguk kecil. "Sepertinya uangnya beliau gunakan untuk membeli perabotan rumah." Ucapnya.
Matteo nampak menghela napas panjangnya, lantas menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya dan bersamaan itu nampak seorang wanita membuka pintu ruangannya dan melangkah masuk.
"Apa aku mengganggu ?"