Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 – Tawar-Menawar yang Berbahaya
Hari itu matahari hampir terbenam, dan suasana kantor Adrian terasa tegang. Semua pegawai merasakan ketegangan yang tidak biasa. Di balik dinding kaca ruang kerja Adrian, Clara berdiri dengan gelisah. Ia tahu sesuatu yang besar sedang terjadi, tetapi Adrian memilih diam sejak menerima pesan video dari Marcus.
---
Adrian duduk di kursinya dengan tatapan kosong. Video yang baru saja ia tonton seolah menghantuinya. Nathan, anaknya, duduk di meja Marcus. Itu adalah pengkhianatan terbesar yang bisa ia bayangkan.
> Clara: “Adrian, kau tidak bisa terus seperti ini. Jika kau membiarkan Marcus bermain-main dengan Nathan, dia akan benar-benar kehilanganmu.”
Adrian, menghela napas panjang: “Aku tidak tahu bagaimana cara memperbaiki ini, Clara. Jika aku jujur tentang masa lalu, Nathan mungkin akan semakin membenciku.”
Clara: “Tapi kalau kau tidak jujur, kau akan memberinya alasan untuk benar-benar berpaling ke Marcus.”
Adrian tahu Clara benar. Nathan adalah anak yang cerdas, tetapi juga emosional. Jika ia tidak hati-hati, Nathan akan menjadi senjata Marcus yang paling mematikan.
---
Di sisi lain kota, Nathan duduk di ruang kerja Marcus, memandangi dokumen-dokumen yang terhampar di meja.
> Nathan: “Jadi, ini semua bukti bahwa Ayah menggunakan dana perusahaan secara ilegal?”
Marcus, dengan senyum licik: “Bukan hanya itu, Nathan. Ini juga bukti bahwa selama ini dia menyembunyikan banyak hal darimu. Termasuk kesepakatan kotor yang ia buat untuk menyelamatkan dirinya sendiri.”
Nathan menggenggam dokumen itu erat-erat. Ia ingin membantah, tetapi dokumen itu terlalu jelas untuk diabaikan.
> Nathan: “Aku ingin tahu semuanya, Marcus. Tidak ada lagi yang disembunyikan.”
Marcus, berpura-pura simpatik: “Tentu saja. Aku tidak ingin kau merasa seperti yang aku rasakan dulu ketika Adrian menghancurkan segalanya.”
Marcus tahu bahwa Nathan berada di titik terlemah, dan itu adalah momen terbaik untuk membentuknya sesuai keinginannya.
---
Clara, sementara itu, memutuskan untuk mengambil tindakan sendiri. Ia tahu bahwa Adrian tidak akan bertindak cepat, jadi ia memutuskan untuk menemui Nathan secara langsung.
Di sebuah kafe kecil dekat kantor Marcus, Clara akhirnya bertemu dengan Nathan. Pemuda itu terlihat bingung, tetapi ia tetap duduk dan menatap Clara dengan penuh tanda tanya.
> Clara: “Nathan, aku tahu kau marah pada ayahmu. Tapi kau harus mendengar apa yang sebenarnya terjadi.”
Nathan, dingin: “Apa lagi yang akan kau katakan? Bahwa Ayah melakukannya untuk keluarga? Itu sudah terlalu sering aku dengar.”
Clara: “Tidak, aku akan mengatakan ini. Marcus tidak sebaik yang kau pikirkan. Dia ingin memanfaatkanmu untuk menghancurkan Adrian, dan pada akhirnya, dia tidak peduli pada siapa pun kecuali dirinya sendiri.”
Nathan tertawa kecil, tetapi itu bukan tawa bahagia.
> Nathan: “Lucu, Clara. Semua orang bilang mereka melindungiku, tapi tidak ada yang benar-benar memberiku kebenaran.”
Clara: “Karena kebenaran itu tidak sesederhana hitam dan putih. Kau cerdas, Nathan. Tapi jangan biarkan emosi menguasai logikamu.”
Nathan tidak menjawab, tetapi matanya menunjukkan bahwa kata-kata Clara mulai menyentuh hatinya.
---
Sementara itu, Adrian memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih ekstrem. Ia tahu bahwa Marcus tidak akan berhenti sampai ia menghancurkan segalanya, jadi ia memutuskan untuk menghadapi Marcus secara langsung.
Di kantor Marcus, Adrian masuk tanpa diundang. Marcus terlihat terkejut, tetapi ia segera memasang senyum sinisnya.
> Marcus: “Adrian, ini kejutan. Aku tidak mengira kau akan datang ke sini.”
Adrian, tegas: “Aku di sini untuk menghentikan permainanmu.”
Marcus: “Permainan? Kau yang memulai semua ini, Adrian. Aku hanya memainkan kartu yang kau berikan padaku.”
Adrian mendekati Marcus, menatapnya dengan tajam.
> Adrian: “Nathan tidak ada hubungannya dengan ini. Jika kau ingin menghancurkanku, lakukan. Tapi jangan bawa anakku ke dalamnya.”
Marcus, tertawa kecil: “Nathan bukan anak kecil lagi, Adrian. Dia bisa membuat keputusan sendiri. Dan aku rasa dia mulai menyadari siapa yang benar-benar di pihaknya.”
Adrian merasakan amarahnya memuncak, tetapi ia tahu bahwa kehilangan kendali hanya akan memberi Marcus keuntungan.
---
Di saat yang sama, Nathan kembali ke rumah. Ia berjalan ke ruang kerja Adrian, berharap menemukan sesuatu yang bisa memberinya jawaban. Di salah satu laci meja, ia menemukan sebuah amplop tua yang tersegel rapat.
Saat ia membuka amplop itu, ia menemukan foto lama ibunya bersama Marcus dan Adrian. Di belakang foto itu, tertulis pesan: “Rahasia ini harus tetap terkubur. Untuk kebaikan semua orang.”
Nathan memandang foto itu dengan campuran rasa bingung dan marah. Apa yang sebenarnya terjadi di antara ayahnya dan Marcus? Dan bagaimana ibunya terlibat?
Di belakangnya, Adrian muncul, berdiri dengan ekspresi tegang.
> Adrian: “Nathan, letakkan foto itu.”
Nathan, berbalik: “Kau berutang banyak penjelasan, Ayah.”
Akankah Adrian akhirnya mengungkap rahasia di balik hubungan kompleks antara dirinya, Marcus, dan ibu Nathan? Atau akankah Nathan semakin terjebak dalam permainan Marcus?