NovelToon NovelToon
Merebut Kembali Bahagiaku

Merebut Kembali Bahagiaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Pelakor / Kebangkitan pecundang / Dendam Kesumat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:24.2k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Hidup Dina hancur ketika suaminya, Ronny, berselingkuh dengan sahabatnya, Tari. Setelah dipaksa bercerai, ia kehilangan hak asuh bayinya yang baru lahir dan diusir dari rumah. Patah hati, Dina mencoba mengakhiri hidupnya, namun diselamatkan oleh Rita, seorang wanita baik hati yang merawatnya dan memberi harapan baru.

Dina bertekad merebut kembali anaknya, meski harus menghadapi Ronny yang licik dan ambisius, serta Tari yang terus merendahkannya. Dengan dukungan Rita, Ferdi dan orang - orang baik disekitarnya, Dina membangun kembali hidupnya, berjuang melawan kebohongan dan manipulasi mereka.

"Merebut kembali bahagiaku" adalah kisah tentang pengkhianatan, keberanian, dan perjuangan seorang ibu yang tak kenal menyerah demi kebenaran dan keadilan. Akankah Dina berhasil merebut kembali anaknya? Temukan jawabannya dalam novel penuh emosi dan inspirasi ini.

Mohon dukungannya juga untuk author, dengan like, subs, vote, rate novel ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Di kantor Mentari Grup, suasana mendadak ricuh ketika suara bentakan Tiara terdengar dari ujung koridor. Tiara, yang terjatuh karena terpeleset di lantai yang baru dipel, sedang memarahi petugas kebersihan dengan nada keras dan marah.

"Kenapa tanda 'lantai licin' ini ditaruh di tempat yang tidak terlihat! kamu sengaja ya?!" serunya, wajahnya merah padam karena marah dan malu.

Petugas kebersihan, seorang wanita paruh baya yang sudah lama bekerja di gedung itu, tampak bingung dan tertekan, hanya bisa meminta maaf meskipun sebenarnya tidak bersalah.

Dina, yang kebetulan melintas, melihat insiden itu dan segera menghampiri. "Tiara, kau tidak perlu marah-marah seperti itu" kata Dina dengan suara tenang, berusaha melerai situasi. "Tanda lantai licin sudah ada di sana sejak tadi. Kamu mungkin tidak melihatnya"

Namun, bukannya mereda, kemarahan Tiara malah semakin menjadi. Dia menatap Dina dengan tatapan sinis. "Oh, jadi kamu mau membela dia sekarang? Sudah dapat pekerjaan ini dengan koneksi, sekarang mau jadi pahlawan?" cibirnya dengan nada sarkastik.

Dina tetap berusaha tenang meskipun hatinya terasa tersulut. "Bukan soal membela siapa-siapa, Tiara. Semua orang bisa melakukan kesalahan, tapi kita juga harus melihat situasi dengan lebih objektif."

Tiara mendengus, menolak mengakui kesalahannya. Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah Tiara terlalu sibuk melihat ponselnya, sehingga tidak memperhatikan tanda peringatan yang jelas-jelas sudah dipasang. Namun, ego dan rasa malu membuatnya tak mau mengaku salah.

Situasi ini menarik perhatian beberapa karyawan yang mulai berkerumun, menambah panasnya suasana.

***

Ferdi yang baru saja selesai berbincang dengan koleganya mendengar keributan di ujung koridor. Tanpa berpikir panjang, dia segera menghampiri sumber suara. Di sana, dia melihat Tiara yang sedang berdiri dengan wajah marah, sementara seorang wanita paruh baya dengan seragam petugas kebersihan terlihat tertunduk ketakutan. Dina berdiri di tengah, berusaha melerai situasi yang semakin memanas.

Tatapan Ferdi langsung tertuju pada Dina, wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun, tapi matanya menatap tajam ke arah Tiara.

"Ada apa ini?" suara Ferdi terdengar dingin namun tegas, membuat semua orang yang berada di sekitar keributan itu langsung terdiam.

Tiara, yang masih penuh emosi, tampak tergagap sesaat sebelum menjawab, "Petugas kebersihan ini ceroboh! saya hampir terjatuh karena dia tidak menaruh tanda peringatan dengan benar!"

Ferdi melirik ke arah lantai yang licin, lalu ke arah tanda peringatan yang sudah jelas terpampang. Dia kemudian menghela napas dan menatap Tiara dengan pandangan menilai. "Tandanya sudah ada di sana, Tiara," ucapnya tenang. "Sepertinya kau yang tidak melihat tanda peringatan itu dengan benar, seharusnya kau minta maaf dan bukan mencari kesalahan orang lain."

Tiara terdiam, wajahnya berubah dari merah padam menjadi sedikit pucat. Tidak ada yang berani berbicara saat Ferdi melanjutkan, "Lalu kau? Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya dengan nada yang sama dinginnya.

Dina mengangguk, masih berusaha mengatur emosi, "Saya hanya ingin melerai masalah ini agar tidak berlarut-larut."

Ferdi mengangguk kecil, kemudian memandang petugas kebersihan yang masih terlihat takut. "Ibu, Lakukan saja pekerjaan Anda seperti biasa. Kau bisa pergi sekarang" katanya, suaranya terdengar lebih hangat.

Wanita itu mengangguk dengan lega sebelum perlahan meninggalkan tempat itu, sementara Ferdi memandang Tiara dengan tatapan peringatan. "Lain kali perhatikan sekitarmu sebelum menyalahkan orang lain."

Tiara mengangguk kaku, merasa dipermalukan di depan semua orang, lalu bergegas pergi tanpa sepatah kata pun.

Setelah semua orang pergi dan suasana kembali tenang, Ferdi memandang Dina dengan tatapan dingin. Tanpa banyak bicara, dia berkata, "Dina, ikut aku ke ruanganku"

Dina tertegun, namun tanpa membantah dia mengikuti Ferdi menuju ruangannya. Begitu pintu tertutup di belakang mereka, Ferdi bersandar di meja kerjanya dengan tangan terlipat di dada, ekspresinya tampak lebih kaku dari biasanya.

“Kamu suka sekali jadi pahlawan kesiangan, ya?” sindir Ferdi dengan nada tajam. "Apa kamu datang ke sini untuk membela semua orang, atau kamu datang untuk bekerja?"

Dina menelan ludah, merasa serangan kata-kata itu sedikit tidak adil. Dia tahu Ferdi tidak pernah benar-benar menyukainya, tapi dia tidak menyangka reaksinya akan setajam ini. "Saya tidak bermaksud begitu, pak Ferdi," jawab Dina dengan nada menenangkan. "Saya hanya merasa kasihan dengan ibu Yuni yang dimarahi sampai seperti itu, padahal itu bukan kesalahan beliau"

Ferdi mendengus, matanya tetap menusuk ke arah Dina. "Kau harusnya bisa memilih apa yang bisa dan tidak bisa kamu lakukan Dina. Kamu jadi tidak fokus bekerja. Kamu baru beberapa hari di sini, tapi sudah terlibat dalam masalah yang bukan urusanmu."

Dina mencoba menenangkan perasaannya. "Saya hanya ingin membantu. Saya tidak ingin masalah kecil jadi membesar, apalagi petugas kebersihan itu jelas tidak bersalah."

Ferdi mengangkat satu alis. "Mungkin dia tidak bersalah, tapi kamu juga tidak perlu terlibat. Fokus saja pada pekerjaanmu. Jika ingin membuktikan sesuatu, tunjukkan melalui hasil kerja, bukan dengan campur tangan dalam drama kantor."

Dina menunduk, merasa terpojok. “Baik, saya mengerti. Saya akan lebih berhati-hati.”

Ferdi mengangguk singkat, matanya masih dingin. "Pastikan itu. Kamu tidak akan mengulanginya lagi." Tanpa menunggu balasan, dia kembali duduk di kursinya dan mulai membuka dokumen di mejanya, memberi isyarat bahwa pembicaraan sudah selesai.

Dina keluar dari ruangan itu dengan perasaan campur aduk—antara kesal dan kecewa. Meski dia hanya ingin berbuat baik, jelas bagi Ferdi, tindakan itu dianggap sebagai kesalahan besar.

...****************...

Ketika Dina kembali ke ruangannya, langkahnya baru saja memasuki pintu ketika Tiara langsung menghampirinya. Wajah Tiara merah padam, dan tanpa basa-basi, dia mulai memarahi Dina.

“Kamu benar-benar keterlaluan, Dina!” seru Tiara dengan nada tinggi. “Bukannya membelaku, malah mempermalukan aku di depan semua orang! Kamu tahu siapa aku di sini, kan?”

Dina, yang masih merasa kesal setelah pembicaraannya dengan Ferdi, berusaha menahan diri. Namun, ucapan Tiara yang menyindir dan memojokkan membuat amarahnya perlahan naik. "Aku tidak mempermalukan siapa pun, Tiara. Aku hanya ingin menghentikanmu menyalahkan seseorang yang jelas - jelas tidak bersalah."

Tiara mendengus, matanya menyipit. "Kamu baru di sini, Dina. Jangan sok pahlawan. Kamu tidak tahu bagaimana bekerja di lingkungan ini. Jika kamu mau bertahan, sebaiknya jangan ikut campur urusan orang lain."

Dina tidak bisa lagi menahan emosinya. “Tiara, cukup. Kamu tidak bisa semena-mena hanya karena merasa lebih berkuasa. Aku mungkin baru di sini, tapi aku tahu mana yang benar dan mana yang salah. Jangan kira aku akan diam saja melihatmu memperlakukan orang dengan tidak adil.”

Ucapan Dina membuat suasana menjadi sangat tegang. Tiara melotot, sementara beberapa rekan kerja mereka mulai memperhatikan. Ruangan yang tadinya tenang mendadak penuh dengan ketegangan yang bisa dirasakan oleh semua orang.

“Jadi sekarang kamu merasa lebih baik dariku? Apa karena kamu masuk ke sini pakai koneksi, kamu merasa bisa mengajariku soal etika?” Tiara membalas dengan nada mengejek.

Dina menatap Tiara tajam, kali ini tidak mundur. "Ini bukan soal koneksi atau siapa yang lebih baik, Tiara. Ini soal bagaimana kita memperlakukan orang lain. Kalau kamu tidak bisa memahami itu, mungkin kamu yang harus belajar lebih banyak soal etika."

Sebelum suasana semakin panas, Surya, ketua tim mereka, masuk ke ruangan. Dia tampak terkejut melihat situasi itu. “Apa yang sedang terjadi di sini?”

Keduanya langsung terdiam, saling melempar pandangan tajam namun memilih untuk mengakhiri pertengkaran mereka. Surya melirik keduanya dengan alis terangkat, namun tidak berkata banyak. Hanya dengan kedatangannya, situasi yang sebelumnya tegang tidak serta merta langsung mereda, hal itu terlihat jelas dari situasi canggung di antara mereka.

Dina kembali duduk di mejanya, menghela napas panjang. Sementara Tiara mendengus sekali lagi sebelum berlalu, suasana di ruangan terasa lebih dingin dari sebelumnya.

...****************...

Nita, yang duduk di sebelah Dina, memberikan senyuman lebar dan diam-diam mengacungkan jempol ke arah Dina. “Hebat, kamu berani juga melawan Tiara,” bisiknya dengan nada penuh kekaguman.

Dina hanya tersenyum tipis, sedikit lelah setelah debat panas dengan Tiara. “Aku hanya tidak bisa diam saja melihat dia memperlakukan orang seperti itu.”

Nita mengangguk, matanya berbinar. “Kebanyakan orang di sini memilih diam dan menghindari masalah. Tapi kamu... berani, Dina. Jarang ada yang bisa membalas ucapan Tiara seperti itu.”

Dina menghela napas. “Aku cuma berharap ini tidak membuat suasana kerja jadi lebih sulit.”

“Jangan khawatir,” balas Nita dengan semangat. “Kamu punya aku di sini. Lagipula, semua orang tahu bagaimana Tiara. Kamu hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan.”

Dina merasa sedikit lega dengan dukungan Nita, meskipun ia tahu ke depannya situasinya mungkin akan semakin rumit. Tapi setidaknya, ia tidak sendirian.

...----------------...

1
Sunaryati
Semangat dan selalu waspada pada Dina, mudah- mudahan hak asuh Gio segera terkabul atas bantuan Bosmu.Dan Marini sadar kematian adiknya adalah takdir, walau penyebabnya karena cinta ditolak Dina. Menyalahkan Dina itu tidak benar.
Moms Raka
lanjuuuuttttt
Sunaryati
Ternyata Ronny mewarisi sifat ayahnya, arogan, tak bertanggung jawab, tidak punya perasaan dan serakah. perusahaan aka hancur dipimpinnya.
Kenapa Ny Inneke tak segera memberitahu jika dia hanya keponakan pak Johan/ anak sambung? Yang bisa mewarisi harta Pak Johan suatu saat nanti. Aku yakin Pak Johan sudah punya filing dan telah membuat surat wasiat. Untuk ketiga anaknya termasuk Ronny
Ina's
semangat thor...
Sunaryati
Ronny juga bukan anak kandung, viralkan saja perselingkuhan Ronny dengan Tari, pasti dia tak diterima memimpin perusahaan
Sunaryati
Maksudnya mati kutu
Sunaryati
Hooh mati kau Tari, hanya jadi pemuas nafsu binatang Ronny kok bangga. Apa nanti yang masih bisa kau bangga banggakan saat Ronny hancur tak punya banyak harta lagi, apa kau setia jadi budak nafsu Ronny tanpa diberi uang? Mungkin sebagian harta orang tua Ronny sebagian sudah diberikan Dina, melalui pengacara keluarga.
Sunaryati
Tolong bab seterusnya Dina selamat dari ancaman dan rencana jahat siapapun, jadikan wanita tangguh berkompeten karena sudah menderita lama, segera mulai gugat hal asuh, Gio. Perdebatan Marini dan Tiara semoga terekam CCTV
Ira
Karakter utama BOTOL
April Wu / Seraphine: Nanti deh kak kubikin pinter, masih panjang jalan ceritanya. hehehehe
total 1 replies
Sunaryati
Tak akan lama mudah- mudahan hak asuh Gio segera jatuh ke tanganmu atas bantuan Ferdi dengan memakai pengacara handal, Dina.
Delita bae
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga👍👍🙏💪💪💪
Delita bae: 💪💪💪💪👍🙏
April Wu / Seraphine: salam kenal kak^^
total 2 replies
Sunaryati
Semoga dengan bantuan Bos Ferdi hak aduh Gio segera pada Dina segera terwujud
April Wu / Seraphine: Aminn yaa....
April Wu / Seraphine: Aminn yaa....
total 2 replies
Iin Herawati
Luar biasa
April Wu / Seraphine: Terima kasih kak^^
total 1 replies
Lili Inggrid
Bagus
April Wu / Seraphine: Terima kasih kak^^
total 1 replies
Sunaryati
Tak akan gagal pasti Ferdi sudah menyalinnya, ini malah jebakan untuk Tiara sendiri, karena presentasi itu dibuat bersama Ferdi
Sunaryati
Semangat Dina, tapi juga jaga kesehatan. Tiara berharap Dina tersingkir karena mengira tidak bisa menyelesaikan pekerjaan. Semoga malah melambungkan nama Dina karena prestasi kinerjanya
Sunaryati
Ronny tak tahu orang-orang yang ada di pihaknya mungkin para penjilat yang akan menghancurkan dirinya dan perusahaan yg akan dipimpinnya. Ingat Tonny sesuatu yah didapatkan dengan cara kotor tak akan berlangsung lama.
Sunaryati
Jangan khawatir Ferdi Dina bukan orang serakah yg mau begitu saja menerima tawaran Bu Rita , dia itu tidak mau membebani orang lain apalagi Dina sudah punya hutang budi padamu dan Bu Rita.
Sunaryati
Astofirullohalajim demi harta tega sama orang tua, anak dan saudara
Aku harta pak Johan tidak jatuh ke Ronny tapi beliau telah buat surat wasiat untuk Gio , Teddy, Mitha, dan Dina
Sunaryati
Ceritanya bagus Thoor, serapat apapun kau menyembunyikan kejahatanmu pada papamu akan terbongkar Rommy. perselingkuhanmu dg Tari membawa dampak buruk padamu, kau menjelma jadi iblis, jangan sampai Pak Johan tak tertolong,semoga segera siuman. Rommy akan menyesal telah mengikuti rencana Tari, kalian sekarang boleh bersenang merayakan keberhasilan mencelakai papamu sendiri, tapi ingat balasan tabur tuai.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!