NovelToon NovelToon
Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Beda Dunia
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rendy Purnama

Bayangkan terbangun dan mendapati dirimu dalam tubuh yang bukan milikmu. Itulah yang terjadi padaku setiap kali matahari terbit. Dan kali ini, aku terperangkap dalam tubuh seorang pria asing bernama Arya Pradipta. Tidak ada petunjuk tentang bagaimana aku bisa ada di sini, atau apakah ini hanya sementara. Hanya ada kebingungan, ketakutan, dan kebutuhan untuk berpura-pura menjalani hidup sebagai seseorang yang tak kukenali.

Namun, Arya bukan orang biasa. Setiap hari aku menggali lebih dalam kehidupannya, menemui teka-teki yang membuat kisah ini semakin rumit. Dari panggilan misterius, kenangan yang menghantui, hingga hubungan Arya dengan seorang gadis yang menyimpan rahasia. Di setiap sudut hidup Arya, aku merasakan ada sesuatu yang menunggu untuk ditemukan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar tubuh yang kumiliki sementara.

Dalam perjalanan ini, aku menyadari bahwa kehadiranku dalam tubuh Arya bukanlah kebetulan. Ada kekuatan yang menyeret

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34: Keputusan di Ambang Perpisahan

Malam itu, aku duduk sendirian di kamar, merenung dan mencoba mengumpulkan sisa-sisa keberanian dalam hatiku. Di luar, angin malam bertiup pelan, seolah mencerminkan suasana hati yang berkecamuk. Semua janji dan kenangan yang pernah kubangun bersama Arya tiba-tiba terasa rapuh. Meskipun kami sepakat untuk mencoba memperbaiki hubungan, aku sadar bahwa rasa sakit yang kurasakan tidak bisa hilang begitu saja.

Keesokan harinya, Arya dan aku menghadiri sesi konseling pertama kami. Ruangan itu sejuk dan hening, dihiasi dengan lukisan-lukisan abstrak yang anehnya justru memperburuk suasana hatiku. Konselor kami, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah, memulai sesi dengan meminta kami menceritakan apa yang terjadi.

Aku bercerita dengan suara pelan, berusaha menahan air mata saat menjelaskan segala kecurigaan dan rasa sakit yang kurasakan setelah menemukan pesan dari wanita lain di ponsel Arya. Sementara itu, Arya duduk di sebelahku, sesekali menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Semua ini hanya kesalahpahaman," ujar Arya sambil mengusap wajahnya. "Aku tidak pernah berniat menyakiti kamu, dan aku benar-benar minta maaf kalau perbuatanku membuatmu merasa seperti ini."

Aku hanya menunduk, merasakan getaran dalam suaranya. Aku ingin sekali mempercayainya, tetapi hatiku masih belum bisa melupakan pengkhianatan itu.

Konselor kami kemudian memulai diskusi tentang kepercayaan dan kejujuran dalam hubungan. Ia menekankan bahwa tanpa kepercayaan, hubungan apa pun akan hancur. Kata-katanya membuatku merenung lebih dalam. Apakah mungkin aku dan Arya masih bisa membangun kembali kepercayaan itu? Ataukah kami hanya berusaha mempertahankan sesuatu yang sudah retak?

***

Minggu demi minggu berlalu, dan kami terus menjalani konseling. Di satu sisi, aku melihat perubahan dalam sikap Arya. Ia menjadi lebih perhatian dan berusaha mendengarkan perasaanku. Namun, di sisi lain, aku juga merasa seperti ada yang hilang dalam diriku. Rasa aman dan tenang yang dulu kurasakan saat bersama Arya kini tergantikan oleh ketidakpastian dan ketakutan.

Suatu hari, setelah sesi konseling yang melelahkan, aku memutuskan untuk pergi ke pantai sendirian. Aku duduk di atas pasir, memandang ombak yang berkejaran, mencoba mencari jawaban dalam keheningan alam. Di saat-saat seperti ini, aku sering bertanya pada diriku sendiri: apakah aku masih mencintai Arya seperti dulu? Ataukah cinta itu telah berubah menjadi sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih sulit untuk dijelaskan?

Tiba-tiba, aku merasa seseorang duduk di sampingku. Ketika aku menoleh, Arya ada di sana, menatapku dengan mata penuh penyesalan.

"Aku tahu kamu masih marah dan kecewa," katanya lembut. "Dan aku tidak menyalahkanmu. Semua ini terjadi karena kebodohanku sendiri. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku siap melakukan apa saja untuk memperbaiki semua ini."

Aku menghela napas panjang, merasakan beban yang begitu berat di hatiku. "Arya, aku juga ingin kita berhasil. Aku ingin hubungan ini bisa kembali seperti dulu, tapi... aku juga harus jujur. Rasa sakit yang kurasakan begitu dalam, dan aku tidak tahu apakah aku bisa benar-benar melupakannya."

Ia menatapku dengan tatapan pilu, kemudian menggenggam tanganku. "Aku akan memberimu waktu sebanyak yang kamu butuhkan. Aku tidak akan menyerah untuk kita."

***

Namun, di balik kata-kata manisnya, hatiku tetap dipenuhi dengan keraguan. Setiap kali aku mencoba untuk membangun kembali kepercayaan itu, bayangan pengkhianatannya selalu menghantui pikiranku. Akhirnya, aku mulai mempertimbangkan sebuah keputusan yang selama ini selalu kutakutkan: mungkin kami memang harus berpisah.

Hari-hari selanjutnya, aku mulai menyadari bahwa kadang-kadang, cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan. Meskipun aku masih mencintai Arya, aku tidak bisa memaksa diriku untuk melupakan semua rasa sakit yang ia berikan. Dan meskipun Arya berusaha keras untuk menebus kesalahannya, ada bagian dalam diriku yang terus menolak untuk benar-benar memaafkannya.

Di akhir sesi konseling kami yang terakhir, aku akhirnya membuka hati untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Arya, aku mencintaimu. Dan aku tahu kamu juga mencintaiku. Tapi... aku tidak yakin kita bisa terus seperti ini," kataku dengan suara pelan namun tegas. "Rasa sakit ini terlalu dalam, dan aku merasa seperti ada yang hilang dalam diriku setiap kali kita mencoba memperbaiki semuanya."

Arya terdiam, tampak terpukul mendengar kata-kataku. Namun, akhirnya ia mengangguk, seolah menerima kenyataan yang tak terhindarkan.

"Kalau itu yang terbaik untukmu... aku akan menerima keputusanmu," katanya dengan suara bergetar. "Aku hanya ingin kamu bahagia, meski itu berarti kita tidak bersama lagi."

Aku menahan air mata yang hendak jatuh, mencoba untuk tetap tegar. Meskipun keputusan ini sangat sulit, aku tahu bahwa inilah jalan terbaik bagi kami berdua. Dengan mengucapkan kata-kata perpisahan itu, aku merasa beban berat di hatiku perlahan terangkat, meski rasa sakitnya tetap ada.

***

Di hari-hari setelah perpisahan itu, aku mulai belajar untuk menemukan diriku sendiri. Aku berusaha menyembuhkan luka hati dan menerima kenyataan bahwa cinta terkadang tidak selalu berakhir dengan kebahagiaan. Hubunganku dengan Arya telah memberiku banyak pelajaran, dan meskipun menyakitkan, aku merasa bersyukur atas semua kenangan yang kami ciptakan bersama.

Meski begitu, di dalam hati, aku tahu bahwa bagian dari diriku akan selalu mencintai Arya. Namun, aku juga memahami bahwa kami berdua perlu melanjutkan hidup masing-masing, menemukan kebahagiaan dan kedamaian yang baru tanpa saling terikat.

Bab ini adalah akhir dari perjalanan panjang penuh cinta dan pengorbanan. Meskipun perpisahan bukanlah hal yang kuinginkan, aku tahu bahwa inilah pilihan terbaik untuk diriku sendiri. Aku berharap suatu hari nanti, kami berdua bisa bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik, dengan hati yang sudah sepenuhnya sembuh.

Dengan begitu, kisah ini tidak berakhir dengan perpisahan yang pahit, melainkan dengan harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi kami berdua.

1
Iolanthe
Jangan ditinggal nggak jelas thor, kami semua sudah mulai ketagihan nih
+sakuran+
Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!
Rendy Purnama: makasii ya ka sakuran
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!