Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
❤️ Happy Reading ❤️
Malam ini Meyva akan berkunjung ke kediaman Nareswari dengan di temani oleh Dave.
Tepat pukul tujuh, pemuda itu sudah menjemput calon istrinya di toko.
[Aku sudah di depan]
Kata Dave saat menghubungi Meyva.
Hari yang sudah malam dengan hanya ada Meyva sendiri di dalam, membuat tuan muda Anderson itu lebih memilih menunggu di luar.
Begitu sambungan telpon terputus, Meyva pun langsung turun dan tak lupa menyambar satu paper bag berisi kue yang telah di persiapkan olehnya sore tadi.
"Maaf, jadi menunggu lama." ucap Meyva merasa tak enak hati.
Dave dan Meyva langsung masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka berdua, mobil yang di kendarai sendiri oleh Dave.
"Kamu beneran sudah siap bertemu dengan mereka?" tanya Dave saat merasakan kegelisahan pada wanita yang kini duduk di sampingnya itu. "Atau mau aku aja yang nemuin?" tawar Dave.
"Aku gak apa-apa, lagian ini aku mau minta ijin dan memberi tahu langsung kepada ayah kandungku, bukan pada orang lain." sahut Meyva . "Dave." panggil Meyva sesaat setelah mereka berdua terdiam beberapa detik.
"Hem." sahut Dave yang masih fokus dengan kemudinya.
"Nanti begitu sampai, biar aku dulu yang masuk." kata Meyva. "Biar aku memberi tahu mereka duluan, nanti baru kamu masuk setelahnya." lanjutnya.
"Apa kamu yakin?" tanya Dave untuk memastikan.
"He'em." sahut Meyva.
❤️
Tin tin
Dave membunyikan beberapa kali klakson mobilnya saat telah sampai di depan pintu berpagar besi.
Terasa asing, satpam yang membuka sedikit celah gerbang pun berusaha untuk memperhatikan siapa yang ada di dalamnya.
"Pak, tolong buka gerbangnya." kata Meyva yang kini sudah melongokkan kepalanya melalui pintu mobil yang kacanya telah terbuka.
"Oh non Meyva, baik-baik non ... sebentar bapak buka dulu." kata pria itu.
Begitu pintu gerbang terbuka lebar, Dave langsung melesat maju.
"Yakin gak mau di temenin?" tanya Dave sekali lagi.
"Hem, aku yakin." jawab Meyva dengan mantap.
Menghembuskan nafas panjangnya berulang kali setelah itu langsung keluar dari mobil.
Dengan pasti, Meyva mulai menekan bel yang ada di sisi kanan tembok sebelah pintu utama.
Cklek
"Non Meyva."
"Iya bik, apa kabar?" tanya Meyva pada wanita paruh baya yang ada di hadapannya saat ini.
"Saya ... saya baik non. Non Meyva sendiri bagaimana? Bibi sangat khawatir tau gak sama nona." cerocosnya dengan air mata yang sudah tumpah.
"Meyva." kala melihat siapa gerangan yang baru saja memasuk. "Ngapain kamu kesini?" tanyanya saat sudah jauh lebih dekat jarak mereka.
"Aku ingin bertemu dengan ayah." jawab Meyva tanpa gentar sedikitpun.
"Ada apa?" tanya tuan Nareswari dari belakang tubuh Meyva.
Meyva diam sejenak, tubuhnya sedikit menegang. Namun sesaat kemudian dia sudah mampu menguasai dirinya.
"Ada yang ingin aku bicarakan sama ayah." jawab Meyva.
"Sudah aku duga." seru ibu Rumi yang baru saja muncul. "Kamu, kalau gak ada apa-apa mana mungkin datang kesini." imbuhnya lagi.
Meyva berusaha untuk tidak menanggapi, terus berjalan mengikuti sang ayah dari belakang.
"Sekarang katakan apa tujuanmu datang kemari?" tanya ayah Surya yang membuat Meyva sedikit tersentak.
Apa salah jika seorang anak mengunjugi kediaman orangtuanya. Kenapa tak ada basa basi dengan sekedar menanyakan kabar atau dirinya tinggal di mana saat ini ... kok langsung to the poin.
"Aku datang ke sini untuk memberi tahu ayah jika aku akan menikah beberapa hari lagi." jawab Meyva setelah menghela nafas panjangnya. "Dan Meyva mohon supaya ayah bisa datang sebagai wali di pernikahan aku nanti." sambungnya lagi.
"Wah wah sudah mau menikah aja." kata ibu Rumi waktu ayah Surya hendak berbicara. "Hem tapi dengan begini ... Ayah bisa lihat bagaimana putri ayah." katanya lagi yang kali ini di tujukan pada tuan Surya. "Dengan ini saja sudah bisa membuktikan kalau perkataan Dimas tempo hari menang benar, kalau dia berselingkuh ... eh pakek melempar kesalahan pada orang lain lagi." imbuhnya dengan kata-kata yang menyudutkan Meyva. "Nuduh Dimas dan Rena ini itu." sambungnya.
"Saya tidak akan datang." tolak tuan Surya dengan tegas membuat Meyva hanya mampu membelalakkan kedua matanya dengan mulut sedikit terbuka sangking kagetnya. "Apa kamu lupa jika kita sudah tidak ada hubungan apapun ketika saya mengusirmu dari sini." sambung tuan Surya yang membuat hati Meyva semakin bertambah sakit, bahkan air matanya pun sudah meluncur dengan bebas di pipinya.
Karena sudah terprovokasi dengan ucapan istrinya, tuan Surya sampai lupa kalau di pesta pertunangan putri sambungnya Dave Anderson lah yang menjadi sosok pria di belakang putrinya itu.
"Baik, kalau begitu saya permisi dan maaf jika mengganggu waktu anda tuan Nareswari." ucap Meyva dan langsung berbalik.
Dengan langkah tegas Meyva keluar dari rumah tersebut. Dia mengusap air matanya dengan sedikit kasar sebelum masuk ke dalam mobil yang mana ada Dave di dalamnya.
Brak
Dave yang tadinya memejamkan mata langsung terlonjak sangking kagetnya mendengar pintu mobil yang di tutup dengan begitu kencang.
Ingin marah dengan sang pelaku, namun niat itu dia urungkan tat kala melihat bagaimana kacaunya Meyva saat ini.
"Ada apa?" tanya Dave.
Meyva menggelengkan kepalanya dengan terus menangis. Entah sangking terlukanya atau apa, Meyva sampai tak bisa berkata-kata untuk melupakan segalanya.
Dave meraih tubuh gadis itu dan di bawanya kedalam pelukan hangatnya, berharap agar bisa membuat Meyva jauh lebih tenang.
"Kita pulang?" tanya Dave dan di angguki oleh Meyva begitu pelukan mereka terurai.
❤️
Kini Dave dan meyva sedang duduk berdua di pinggir sebuah pantai. Sebuah pantai yang tak begitu ramai, karena memang bukan waktunya akhir pekan dan terlebih ini malam hari.
Dave memutuskan untuk pergi kesana agar suasana hati Meyva sedikit lebih baik.
"Kenapa jadi seperti ini setelah datang ke rumah orangtua kamu?" tanya Dave yang masih begitu penasaran dengan apa yang terjadi di sana.
Meyva pun mulai menceritakan apa pun yang dia alami tadi, di rumahnya sendiri.
"Akukan sudah bilang, biar aku temani." kata Dave. "Kalau aku ikut masuk ke dalam, gak bakal kayak gini kejadiannya." sambungnya lagi.
"Kau cuma gak mau mereka baik sama aku, mau datang ke pernikahan aku hanya karena dengan siapa aku menikah Dave." sahut Meyva. "Kalau mereka tau aku menikah dengan Dave Anderson, aku yakin mereka akan langsung mengiyakan untuk datang." sambungnya. "Karena apa? ya karena itu kamu, mana ada orang yang mau menyia-nyiakan punya menantu orang yang begitu berpengaruh di dunia bisnis." imbuhnya lagi.
Setelah di pikir-pikir, ada benarnya dengan apa yang di katakan oleh Meyva. Mereka akan datang dan menyetujui menjadi wali sebab ada sesuatu yang bisa menguntungkan mereka, bukan karena tulus dari hati.