My Special Queen

Sejak saat itu, Riska yang pendiam makin diam. Wanita itu sering menundukkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya saat sang suami mendekatinya. Mulutnya terkunci rapat, ia tidak mau bercerita apa yang telah terjadi.

Reza bingung menghadapinya, mau pakai cara apapun tetap tidak mempan. Sampai akhirnya, ia terpaksa menggunakan sebuah cara yang menurutnya akan ampuh untuk istrinya yang ‘bisu’.

☘️☘️☘️☘️

“Sayang, aku pergi dulu yaa.” Kata Reza melambaikan tangannya pada istrinya yang tidak berekspresi. Riska mengangguk kemudian ia masuk ke rumah lalu mengunci pintu.

Bruk!

“Huhu.. hiks! Maafkan aku… Aku bukan istri yang baik.”

Wanita malang itu menjatuhkan tubuhnya ke lantai lalu menangis tersedu-sedu. Pertahanannya runtuh.

Ia sebenarnya tau yang dilakukannya salah tapi… ia ingin menghindar sebentar saja karena sedang menata hati dan pikirannya yang telah di obrak-abrik oleh ibu mertuanya. Wanita itu trauma akan salah bicara. Ia takut, perkataan yang keluar dari mulutnya akan memicu pertengkaran antara ibu dan anak. Ia tidak mau membuat suaminya dibenci oleh keluarganya sendiri.

“Maafkan aku, Mas. Huhuhu..” sambil memeluk dirinya, ia terus menangis di ruang tamu yang luas dan gelap itu. Ya, Riska menutup rapat semua pintu dan jendela. Bahkan HP nya ia sengaja matikan supaya tidak ada yang menghubunginya.

“Aku tidak mau di perlakukan seperti ini!” Ucapnya sambil meninju lantai.

“KENAPA TIDAK ADA YANG MAU MEMPERCAYAI KU?! KENAPA MEREKA JAHAT?! KENAPA AKU HARUS MEMPERLAKUKAN MEREKA DENGAN BAIK? MEREKA JAHAT PADAKU!”

Riska terus berteriak, mengeluarkan semua yang telah dipendamnya. Tanpa ia sadari, Reza melihat itu semua. Ya, pria itu diam-diam memasang CCTV di ruang tamu. Ia ingin tau apa yang terjadi pada wanita kesayangannya. Apa yang telah membuatnya seperti itu.

Karena Riska tidak pernah bercerita, akhirnya ia akan mencari tahunya sendiri.

Dengan tatapan sendu, Reza melihat sang istri berteriak sendiri di rumah yang luas itu. Dirinya kesal, kenapa tidak mau bercerita saja padanya. Padahal, ia bukan tipe orang yang akan berkomentar dan lebih suka mendengar.

“Kenapa kau simpan sendiri? Untuk apa ada aku? Riri, kau anggap apa aku ini?! Aku merasa tidak berguna sebagai suami.” ucapnya lirih sambil mengalihkan pandangannya karena tidak tahan melihat istrinya yang sedy meluapkan stresnya.

Beberapa menit kemudian, ia melihat sang istri berusaha untuk bangkit namun gagal. Riska terlihat susah untuk berdiri, wanita itu memegang kepalanya lalu meremas kuat rambutnya. Reza yang panik melihatnya, langsung menutup laptopnya lalu mengemas barang-barangnya.

“Tuan, anda mau kemana?” Tanya asistennya yang hendak masuk ke ruangannya. Reza tidak menjawab, ia berlari menuju parkiran kemudian menyalakan mobilnya.

Dengan kecepatan tinggi, ia mengendarai mobilnya supaya cepat sampai.

Brak! Dengan kasar, ia menutup pintu mobil kemudian membuka pagar rumah yang terbuka sedikit.

Tok tok!

“Sayang…. Buka pintunya.”

Tidak ada jawaban dari dalam. Ia takut hal buruk terjadi pada sang istri.

“Riri-”

Seketika ia teringat bahwa dirinya punya kunci cadangan.

Ceklek! Pintu berhasil terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah, Riri kesayangannya tergeletak di lantai dengan wajah yang memerah dan matanya yang sembab.

Reza buru-buru mengangkat tubuhnya yang kurus lalu membaringkannya di sofa. Sambil mengelus pipinya, Reza terus memanggil sang istri.

“Riri.. kamu kenapa sampai begini? Ayo bangun, sayang… aku disini sekarang. Aku mencintaimu… sayang banget sama kamu.” Ujarnya berbisik di telinga istrinya. Dengan penuh kasih sayang, pria itu menatap wajah teduh istrinya yang tertidur.

“Cantik.” Lirihnya. Ya, Riska memang cantik dan kecantikannya benar-benar alami. Tanpa polesan make up, kecantikannya sudah bisa menghipnotis siapapun yang melihatnya. Tapi… karena ekspresinya datar, jadi tidak ada yang tau.

“Uuuh pusing banget.” Riska terbangun dari tidur panjangnya. Kepalanya terasa berat, begitu juga dengan matanya. Wanita itu berusaha untuk duduk namun… pergerakannya terhenti saat melihat sang suami tertidur dengan posisi duduk.

“Mas Reza kapan datang, ya?” Riska terkejut sekaligus senang. Namun, hatinya merasa kasian melihat suaminya tidur dengan posisi yang tidak nyaman..

“Mas… bangun, Mas.” Riska menepuk pelan pundaknya. Dengan perlahan, Reza membuka matanya kemudian ia melamun sebentar saat wajah istrinya sudah ada di depan matanya.

“Riri! Kamu tidak apa-apa?! Aku khawatir…. Tadi kamu pingsan lhoo. Jangan menangis sendirian lagi yaaa. Kan ada aku, sayang.”

Reza memeluk erat istrinya lalu memberinya kecupan manis di seluruh wajah cantiknya.

“Aku tidak apa-apa, Mas. Hanya kecapean. Maaf, ya. Aku belum masak.”

“Hari ini tidak usah masak. Kita beli saja. Kamu mau apa, sayang?” Tanya Reza dengan semangat. Ia ingin menghibur istrinya yang sedang sedih itu.

“Terserah kamu, Mas. Aku ngikut aja.”

Wanita itu bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk tamu.

“Kamu kenapa sih sering mandi di situ? Itukan untuk tamu.” Reza heran dengan kebiasaan aneh istrinya. Padahal ada kamar mandi di kamar mereka tapi, kenapa istrinya sering kali mandi di situ?

“Lagi malas ke atas, Mas.” Jawabnya singkat sambil berjalan masuk.

Grep!

Dengan gerakan cepat, Reza menahan pintu kamar mandi kemudian mengangkat tubuh kecil istrinya.

“Ah! Turunkan aku! Aku berat! Aku bisa jalan sendiri, Mas.” Teriak Riska meronta-ronta.

“Sudah lama tidak mandi sama-sama. Aku ingin berendam di bathtub sambil memeluk mu.” Ujar Reza santai sambil menyeringai.