Fatan dan Fadil adalah saudara kembar yang memiliki karakter berbeda. Fatan dengan karaktetnya yang tenang dan pendiam. Sedangkan Fadil dengan karakternya yang aktif, usil dan tengil. Namun keduanya sama-sama memiliki kepribadian yang baik. Karena dari kecil mereka sudah dididik dengan ilmu agama.
Suatu saat mereka bertemu dengan jodoh masing-masing.Pasangan keduanya berbanding terbalik dengan karakter mereka. Fatan dengan seorang wanita yang agak bar-bar. Sedangkan Fadil dengan seorang wanita yang pemalu.
Akankah mereka bisa bertahan dengan pasangan masing-masing?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta dalam diam
Anisa dan Bu Kades baru saja sampai di rumah jam 16.30. bersamanya dengan Fatan yang juga baru pulang dari Madrasah. Bu Kades dan Anisa turun dari mobil.
"Ustadz Fatan baru pulang?"
"Eh, iya Bu."
"Ustadz ini dari Anisa." Bu Kades memberikan satu box donat pada Fatan.
"Terima kasih, Bu, Mbak."
"Iya sama-sama."
"Ibu... dari mana saja? Kok Rafa ndak dibawa?"
"Wes gede, ojo melu-melu ae! (Sudah besar jangan ikut-ikut saja) Ibu cuma nganter ambek Nisa-nya belanja. Ini kamu dibelikan donat juga."
"Wes, mantep iki Bu!"
"Mbak Anisa tadi dicariin Ustadz." Ujar Rafa.
"Hah...?" Kaget Anisa.
Fatan yang mendengar namanya disebut menoleh.
"Ustadz cari saya?" Tanya Anisa.
"Eh, ti-tidak."
"Rafa... kamu itu ya!"
"Haha.... tak bujuk i gelem ae Mbak! ( tak bohongi mau saja)" Ujar Rafa sambil berlari.
Anisa mengejar Rafa ke dalam rumah.
Fatan pun masuk ke dalam kamarnya. Ternyata handphone Fatan berdering. Saat dilihat, Fadil yang menelponnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Dari tadi aku telpon nggak diangkat bang?"
"Handphone-nya aku tinggal di kamar. Ini baru pulang ngajar."
"Bang, mohon do'anya ya? Besok aku dan istriku akan berangkat umroh."
"MasyaAllah, iya abang pasti do'akan kalian selamat dan lancar ibadahnya."
"Nanti aku juga akan do'akan agar abang segera bertemu jodoh. Aku sangat berharap acara resepsi nanti barengan sama abang."
"Jangan ngaco!" Aku belum punya calon. Fokus saja dengan istrimu."
"Tapi aku punya feeling kalau kita akan duduk di pelaminan bersama. Sesuai dengan janji kita dulu. Lagian resepsi ku diundur empat bulan lagi. Siapa tahu jodohmu sedang on the way bang."
"Ya sudah, kalau begitu bawakan aku calon dari Makkah."
"Haha... unta betina ya bang, mau?"
"Ish, kamu ini."
"Bang, awas nyesel lho nggak cepat nikah! Nikah itu enak bang. Ada yang mengurus, ada yang nyemangatin, dan yang paling penting ada yang menemani tidur. Abang itu sudah mampu secara fisik, umur, dan financial. Ayolah bang!"
"Nggak usah dikasih tahu aku sudah tahu dek."
"Tapi abang belum tahu rasanya, haha... "
"Fadil Dwi Abdillah.... "
"Sabar abangku yang ganteng, tapi masih lebih ganteng aku dikit. Buktinya aku nikah duluan, haha... sudah dulu ya Bang, jaga kesehatan. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Fatan menaruh handphone-nya kembali. Ia membuka box donat yang diberikan Anisa untuknya.
"Macha, tiramisu, coklat, keju. Dia pintar juga milih, aku suka semuanya." Monolog Fatan. Ia pun makan donat coklat terlebih dahulu.
Sedangkan di dalam kamarnya, Anisa sedang mencoba gamis dan baju yang ia beli. Tingginya yang cukup proposional membuatnya mudah memilih ukuran baju.
Malam harinya, Anisa dan Rafa belajar mengaji lagi. Tidak seperti biasanya, kali ini Anisa memakai rok dan atasan tunik. Ia juga memakai jilbab instan berbahan kain, yang membuatnya jauh lebih anggun.
Sekilas Fatan melihat sosok Anisa.
"Kalau begini kamu jauh lebih anggun. Astagfirullah...pikiranmu, ingat dosa Fatan!" Batinnya.
"Ustadz, ayo bisa dimulai." Ujar Rafa.
"Eh, iya."
"Bismillahirrahmanirrahim... kita mulai dengan mengenal bacaan hukum nun mati dan tanwin."
Fatan pun menjelaskan panjang lebar beserta contoh bacaannya. Ia mulai menjelaskan dari hukum bacaan idgham bigunnah. Pak Kades dan Bu Kades mendengarkannya dari dalam kamar.
"Bu, Ustadz Fatan ini orangnya ndak banyak bicara ya Bu. Tapi kalau soal pelajaran mantap sekali penjelasannya."
"Iya Pak, beliau ini orangnya irit bicara. Tapi orang yang irit bicara itu sebenarnya punya perhatian yang cukup besar lho Pak. Hanya saja biasanya tidak menampakkannya."
"Bu, bagaimana dengan masalah Anisa?"
"Kasihan Pak, Mas Alan dan Mbak Ratih kekeh mau menjodohkannya."
"Kita ndak bisa melarang mereka Bu. Ya mungkin itu keputusan terbaik."
"Tapi kasihan kalau Nisa-nya ndak cinta."
Jam 9 malam, mereka baru selesai belajar mengaji. Ada sesuatu yang ingin ditanyakan Anisa kepada Fatan, namun ia masih ragu.
"Besok kita lanjut lagi."
"Ustadz, ada yang mau saya tanyakan lagi."
"Silahkan."
Fatan melarang Rafa untuk masuk ke kamarnya karena ia tidak ingin berdua saja dengan Anisa.
"Ustadz, bagaimana hukumnya mencintai seseorang secara diam-diam?"
"Jika belum mampu mencintai dan dicintai dalam ikatan pernikahan, cinta dalam diam merupakan jawaban atas segala kegalauan hati. Cinta dalam diam kepada lawan jenis tentu perlu dilandaskan karena Allah, agar cinta yang tumbuh lebih berkah dan tidak mengarah pada kemudharatan. Hal ini sesuai dalam ayat Al-Qur'an
Bismillahirrahmanirrahim....
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)
Bagi Anda yang belum mampu mewujudkan keseriusan cinta dengan menikah, maka Rasulullah menganjurkan untuk menunaikan puasa agar tidak tergelincir ke dalam jeratan syaitan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis yang berbunyi,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
Artinya: Wahai sekalian pemuda, barangsiapa yang sudah mampu untuk menikah maka hendaklah dia segera menikah. Barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran perbuatan zina. (H.R Bukhari dan Muslim)
Sudah jelas, Mbak?"
"Masyaallah.. sangat jelas Ustadz. Dengerin tuh kata Ustadz Rafa! Awas jangan pacaran!"
"Dih, Mbak Nisa kali!"
"Mungkin Anisa sudah diam-diam mencintai orang yang akan dijodohkan dengannya. Makanya dia bertanya seperti ini." Batin Fatan.
"Ustadz, aku jatuh cinta sama Ustadz sejak pertama kali bertemu. Tapi aku rasa tidak pantas mencintai ustadz. Dan lagi soal perjodohan ku, huh.. sungguh membingungkan." Batin Anisa.
"Kok sama-sama bengong sih? Udah ya? Aku ngantuk wesan, tak melebu nang kamar yo? Ape turu (Aku sudah ngantuk, mau masuk kamat dulu ya? mau tidur."
Tanpa menunggu jawaban keduanya, Rafa pergi begitu saja. Anisa dan Fatan baru sadar kalau saat ini mereka hanya berdua.
"Eh, sudah malam. Saya kembali ke kamar dulu."
"Iya ustadz, terima kasih."
"Sama-sama."
Fatan pun kembali ke kamatnya. Begitu pun Anisa. Malam ini ia melanjutkan mengerjakan tesisnya.
-
Kita kembali ke Surabaya dulu.
Fadil dan Kamelia sedang bersiap-siap memasukkan barang-barang yang akan mereka bawa ke dalam koper.
"Neng, nggak ada yang kelupaan kan?"
"Sudah semua ini a'."
Kamelia menutup koper.
"Alhamdulillah, tinggal yang lain dong... "
"Apa a'?"
"Ibadah sebelum ibadah."
"Astaga... a'."
Sontak Kamelia terkejut karena Fadil mengarahkan tangan Kamelia ke Ubi Cilembu yang sudah menegak. Fadil pun tidak ingin membuang kesempatan. Ia langsung mencumbu istrinya. Dari tadi ia menahan hasratnya saat melihat istrinya memakai daster rumahan dan lupa mengancing bagian atasnya. Kini terjadilah pertempuran antara Ubi Cilembu dan Kue Serabi.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maaf belum bisa double up kak, pekerjaaan author padat.
Ayo ustad kalau memang ada hati, coba istikhoroh dan perjuangkan dengan memohon pada yang punya /Ok//Kiss//Kiss/
selamat hari raya Idul Adha thorr, maaf lahir batin🤍
lanjut thor double up