Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Widia berdiri tepat di depan rumah Hana, sambil sesekali melirik jam, dan menggigit ujung kukunya. "Dimana anak itu." Gumam Widia sambil berjalan mondar mandir.
Selang beberapa saat kemudian.
"Widia." Teriak Hana memanggil, dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah, melewati Widia begitu saja.
"Dari mana saja? Kenapa ponselmu sangat sulit untuk di hubungi? Kau tahu, aku itu khawatir padamu."
"Ceritanya sangat panjang, bilang aku cerita maka akan memakam waktu beberapa hari." Ucap Hana, sambil mengambil pakaiannya dari dalam lemari.
"Intinya saja yang kamu ceritakan."
"Tunggu aku mandi dulu. Oh yah Wid, makasih yah udah jaga kak Kana."
"Hhmm." Jawab Widia hanya berhadem, sambil memperhatikan baju yang kini Hana kenakan.
Dan setelah Hana mandi, Widia kembali memberikan banyak pertanyaan, namun tetap saja Hana menjawab, jika ceritanya sangat panjang. Membuat Widia mengendus kesal melihat tingkah Hana yang tidak seperti biasanya, yang selalu saja cerita tentang apa yang Hana alamai.
"Widia aku buru-buru, mau melihat ayah. Sekali lagi makasih yah, aku titip kak Kana lagi." Ucap Hana sambil memeluk Widia.
"Tapi janji, kau harus cerita padaku jika sudah siap." Ucap Widia sambil menaikkan jari kelingkingnya.
"Janji." Jawab Hana lalu menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Widia.
"Kalau begitu aku pamit." Kata Hana.
Widia terus memandang Hana dari belakang sambil berkata. "Semoga harimu bisa selalu baik, dan semoga apa yang kamu sembunyikan padaku adalah kebaikan juga."
"Hana." Panggil Kana, sambil berdiri bersandar di dinding.
"Kak Kana." Ucap Widia sambil menghampiri Kana, dan menuntuk Kana kembali ke dalam kamar.
"Bawa aku ke rumah sakit." Ucap Kana, membuat Widia menatap wajah Kana. "Bawa aku ke rumah sakit." Ulang Kana.
"Tunggu kak." Ucap Kana sambil meraih ponselnya mencoba menghubungi Hana.
•••••••
Elang membuka mata secarao perlahan, dan langsung melihat ke arah sofa, tempat dimana Hana semalam tidur.
"Dimana dia?" Kata Elang sambil menatap seisi kamar.
Elang bangung dari tidurnya dan langsung bersiap-siap membersihkan diri. Pikir Elang, pasti saat ini Hana sudah berada di dapur menyiapkan sarapan pagi untuknya. Dan kini terbersit lagi pikiran Elang untuk memberikan pelajaran pada Hana. Dan senyum terus terukir di wajah Elang saat dirinya sedang mandi.
"Ada apa denganku?" Batinnya, sambil memperhatikan wajahnya di cermin. "Tunggu, sejak kapan wajah ini menampilkan senyum? Tidak-tidak, ini salah." Ucapnya sambil menepuk-nepuk pipinya.
Setelah selesai dengan aktifitas mandinya, kini Elang langsung memakai stelan yang sudah Hana siapkan sejak tadi pagi.
"Bagus juga selerah wanita itu." Ucap Elang sambil memperhatikan penampilan tubuhnya di depan cermin.
"Cakep, kaya, dan semua wanita tergila-gila padaku. Sempurna!" kata Elang sambil mengusap rambutnya, lalu berjalan keluar dari kamar pribadinya.
"Atira.." Teriak Elang memanggil.
"Iya tuan." Jawab Atira lalu mendekat ke arah Elang.
"Jam berapa wanita itu bangun?" Tanya Elang membuat Atira terdiam, karena sungguh Atira tidak tahu maksud dari tuan besarnya itu.
"Ma-af tuan, maksud anda?" Tanya Atira dengan sangat hati-hati.
Elang menoleh ke arah Atira, sambil menaikkan satu alisnya. "Kau tidak tahu apa yang aku maksud?"
"Ti-tidak tuan."
Elang menghembuskan nafasnya. "Jam berapa wanita yang kemarin aku nikahi itu bangun." Ulang Elang dengan lebih rinci agar Atira paham.
"Maksud anda nyonya Hana."
Elang menatap Atira dengan tatapan tajam.
"Nyonya?" Batin Elang.
"Nyonya Hana bangun subuh tadi tuan, lalu memasak sarapan pagi untuk tuan. Kami sudah melarangnya namun nyonya tetap bersikeras mengatakan jika itu tugasnya."
Elang tersenyum dalam hati, ya setidaknya Hana tahu tugasnya selama setahun ini. Lalu Elang melihat ke atas meja makan, sudah ada menu yang tersaji rapi.
"Lalu di mana dia?" tanya Elang, sambil duduk di kursi meja makan.
"Dia? Maksud anda nyonya? Hhmm, anu tuan, nyonya keluar setelah nyonya selesai memasak."
Bukkkhhhhh..... Elang menggebrak meja saat mengetahui jika saat ini Hana keluar dari kediamannya
"Siapa yang memberikan dia izin?" Teriak Elang sambil berdiri dari duduknya.
semangat terus thor
pediih tau
Karena bagi yang tidak mengetahui rasa sakitnya Hana, pasti akan mudah luluh dg perlakuan sepele Elang