NovelToon NovelToon
Bukan Lelaki Pilihan

Bukan Lelaki Pilihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:510.8k
Nilai: 5
Nama Author: Naira_w

Damar Prasetyo, lelaki yang berprofesi sebagai seorang ASN di suatu instansi. Damar dikenal sebagai lelaki yang baik. Namun sayang, hidupnya tak sebaik dengan sifatnya.

Istri yang dinikahi selama hampir tiga tahun, tiba-tiba meminta cerai. Padahal mereka sudah dikaruniai dua orang anak.

Damar pun dipindahkan ke daerah pelosok oleh atasannya yang tak lain adalah paman dari Rasita, mantan istrinya.

Ketika pindah ke daerah itu, Damar bertemu dengan Kasih seorang guru di daerah itu.
Perjuangan hidup Kasih dan juga beberapa orang yang dikenalnya di daerah itu, membuat Damar sadar, jika hidupnya masih lebih baik dibandingkan mereka.

Damar pun bangkit dan bertekad akan merubah hidupnya lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Damar menggunakan warisan yang tak pernah dia gubris selama ini untuk membangun daerah itu.

Bagaimanakah kisah Damar? Apakah bisa dia mewujudkan keinginannya itu? Bagaimana pula reaksi Damar setelah tau alasan sebenarnya kenapa Rasita meminta cerai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dini Hari Yang Melelahkan

Damar terbangun pukul tiga dini hari, entah kenapa rasanya dia sudah mendengar suara riuh dari luar rumahnya.

Damar bangun dan mengintip sedikit dari jendela kamarnya. Terlihat beberapa orang yang sedang berkumpul di dekat rumah yang ditempatinya.

Merasa tak enak, akhirnya Damar pun mengenakan kaos dan celana training nya.

Sebelum keluar rumah, dia menyempatkan diri untuk mencuci muka dan menyikat giginya.

Setelah dirasanya layak, barulah dia membuka pintu rumahnya dan menghampiri segerombolan bapak-bapak itu.

"Assalamualaikum." sapa damar pada rombongan bapak-bapak itu.

"Waalaikumsalam, eh pak Damar." kata pak Sapto.

"Maaf nih, pak. Pasti bapak keganggu dengan kami ya?" tanya pak Aji pemilik warung itu.

"Ah, nggak kok pak. Kebetulan saya memang sudah bangun dan mendengar suara bapak-bapak di depan. Makanya saya ke sini." kata Damar berbohong.

"Iya pak, gak bisa tidur nyenyak ya pak. Maklum masih sehari. Belum biasa." kata pak Sapto.

Damar pun mengangguk sambil tersenyum, padahal aslinya dia terlelap sangat nyenyak sampai tadi dia mendengar suara keributan di depan rumahnya.

"Ada apa ini, Pak? Kok subuh-subuh buat begini sudah berkumpul." tanya Damar

"Ini Bu Nur, ibunya mbak kasih kabur." kata Pak Aji sambil menunjuk rumah yang berada tepat di depan rumahnya.

"Bu Nur itu sedang sakit dan sekarang hanya tinggal berdua dengan mbak Kasih." kata Pak Sapto.

"Pak, Mak Nur ketemu. Ada di lapangan ujung sana." kata seorang laki-laki yang diperkirakan berusia remaja.

"Waduh, gawat itu di sana kan dekat sungai." kata Pak Sapto

"Mbak Kasih lagi membujuk Bu Nur. Ayo pak, cepat." kata remaja itu.

Rombongan yang terdiri dari empat orang lelaki paruh baya itu pun segera menuju tempat itu. Berbekal dengan lampu emergency yang dipegang oleh salah seorang dari mereka.

Damar pun tanpa sadar ikut dalam rombongan tersebut. Padahal niat awalnya hanya untuk sekedar menyapa saja.

Akhirnya kami tiba disebuah tanah lapang, dengan sebuah pohon besar di dekat lapangan itu. Walaupun tak terlalu terang namun lapangan ini juga diberi penerangan.

Damar melihat seorang wanita muda yang sepertinya sedang menyanyi di depan seorang wanita yang lebih tua.

"Hap, lalu ditangkap." wanita muda itu menyanyi sambil menangkap wanita yang Damar duga sebagai ibu wanita itu.

Dengan segera bapak-bapak tadi menahan ibu-ibu itu.

"Obatnya bawa?" tanya seorang lelaki yang paling muda di antara rombongan bapak-bapak tadi.

"Bawa, tapi gak berani Kasih suntik kalau ibu gerak-gerak gini, mas." kata wanita yang bernama Kasih itu.

Sementara si ibu, sudah berontak dan berteriak-teriak.

"Mana sini, biar mas yang suntik." kata lelaki itu.

Kasih pun menyerahkan suntikan dan botol obat. Entah obat apakah itu.

Tak lama setelah disuntik, ibu itu pun terlihat lemah dan tertidur.

"Jangan khawatir, mas. Itu obat untuk menenangkan Nur. Nanti akan saya ceritakan. Sekarang kita harus bawa Nur pulang dulu." kata Pak Sapto saat melihat Damar yang menatap ke arah jarum suntik itu.

"Kamu pulang ambil motor sama gerobak ya, Wan." kata Pak Sapto pada remaja yang tadi memberi tahu keberadaan Bu Nur itu.

"Baik pak, tapi saya gak bisa bawa sendiri pak mau ada yang pegangin di belakang.

Semua mata secara otomatis memandang Damar. Akhirnya mau tak mau Damar pun ikut dengan remaja yang bernama Ridwan, anak Pak Sapto yang baru saja lulus SMA di kota tempat Damar tinggal sebelumnya.

Sekarang sedang menunggu pembukaan pendaftaran universitas. Dia berniat melanjutkan pendidikannya di ibukota.

"Memangnya di sini gak ada sekolah?" tanya Damar yang merasa bingung mendengar cerita Ridwan jika sekarang yang tinggal di sini kebanyakan adalah orang tua. Anak-anak mereka kebanyakan melanjutkan sekolah di daerah lain.

"Ada mas, tapi cuma SD dan SMP. Kalau SMA harus nyebrang dulu buat sampai ke sekolah terdekat." kata Ridwan.

"Aneh? Kok bisa begitu, padahal jumlah penduduk di sini cukup lumayan." kata Damar.

"Nggak tau juga sih, mas. Tapi sejak dulu desa kami memang daerah yang paling jarang mendapatkan bantuan dan fasilitas dari pemerintah." kata Ridwan.

"Mas Damar sendiri kok mau sih ditugaskan di sini?" tanya Ridwan lagi.

"Namanya juga tugas, mau nggak mau harus dijalani. Itu udah resiko jadi ASN." kata Damar.

"Pak Aji juga punya anak yang udah bekerja, tapi dia gak mau balik ke sini. Padahal ini kampung halamannya sendiri. Malahan memilih kerja di kota." kata Ridwan

"Mungkin karena fasilitas di kota lebih lengkap, makanya dia gak mau kembali ke sini." kata Damar memaklumi saja jika anak-anak muda itu tak mau kembali ke desa yang sangat sulit diakses itu.

"Kalau aku sih kepengen balik ke sini lagi dan membangun desa ini. Kayak mbak Kasih, biarpun udah kuliah di kota tetap aja balik ke sini dan menjadi guru di desa ini." kata Ridwan menceritakan gadis yang tadi menenangkan ibunya.

"Mungkin karena harus merawat ibunya, makanya dia mau balik lagi." kata Damar

"Iya juga sih, padahal udah dibilang sama bapak kalau mbak Kasih gak usah khawatir sama Mak Nur, kami di sini bisa bergantian merawatnya." kata Ridwan

Damar yang mendengar hal itu pun merasa takjub, bagaimana bisa mereka bergantian menjaga wanita yang Damar curigai memiliki penyakit mental itu.

"Kalian ada hubungan keluarga?" tanya Damar karena tak mungkin jika tak ada pertalian darah mereka memiliki hubungan sebaik itu.

"Di sini semuanya keluarga, mas. Termasuk mas, juga keluarga kami." kata Ridwan

Lalu remaja itu tertawa melihat ekspresi wajah Damar yang bingung.

"Yang penduduk asli di sini cuma bapak saya sama Mak Nur. Hanya orang tua bapak dan Mak Nur yang masih saudara. Pak Aji pensiunan polisi yang bertugas di daerah ini sewaktu dinas terus ketemu sama istrinya yang penduduk asli sini dan menikah. Mas Khadafi yang tadi nyuntik itu mantri di desa ini rumahnya sebelah rumah mas. Pak Irwan Kepala Sekolah tempat mbak Kasih mengajar. Nah, rumahnya sebelah mas Khadafi." kata Ridwan menjelaskan

Dan tanpa sadar mereka sudah sampai di rumah pak Sapto.

Ridwan pun masuk ke dalam rumah dan mengeluarkan motor dari garasi berpintu kayu. Kemudian lelaki itu masuk kembali membawa sebuah gerobak dengan selimut tebal, bantal dan bedcover di dalamnya.

"Mas bisa bawa motor?" tanya Ridwan

"Bisa." kata Damar, tentu saja bisa. Itu kendaraan yang dipakainya sehari-hari.

"Mas masih ingat jalan tadi kan? Nanti kalau bingung aku bantu arahin." kata Ridwan sambil memberikan kunci motor yang tadi siang dipakai pak Sapto untuk menjemputku.

"Kasian mas kalau pegang gerobaknya, berat. Masa baru semalam di sini udah bawa barang berat-berat. Aku bawa tali buat ikat ke motor, tapi gak ngerti caranya. Biar nanti bapak aja yang mengikat." kata Ridwan sambil terkekeh.

Akhirnya Damar pun mengambil kunci motor dan menaiki motor yang terlihat masih mengkilat walaupun keluaran sepuluh tahunan yang lalu.

Dan akhirnya mereka sampai ke tempat tadi, ternyata Bu Nur sudah dipindahkan ke sebuah kursi panjang yang ada di bawah pohon ketapang yang cukup besar dan rindang.

"Waduh, maaf banget jadi merepotkan pak Damar begini." kata pak Sapto.

"Nggak apa-apa, pak. Saya bantu sebisanya saja kok." kata Damar

"Ini pak talinya, aku nggak ngerti cara ngikatnya." kata Ridwan sambil menyerahkan segulung tali nilon.

Pak Sapto pun mengikat gerobaknya, sedangkan Ridwan dengan lincahnya mengatur bedcover dan bantal di atas gerobak itu. Terlihat sekali jika remaja itu sudah terbiasa.

"Kasih, kamu naik saja ke gerobak. Dampingi ibumu." kata Pak Aji.

Kasih pun mengangguk dan ikut naik ke gerobak.

Pak Sapto pun mengendarai motornya bersama pak Aji. Karena mereka berdua paling sepuh di antara yang lainnya. Jadi yang lain meminta kedua lelaki itu menaiki motor.

Sementara kami berjalan di belakang mengikuti mereka.

Damar melihat wajah orang-orang yang ikut membantu wanita tadi. Tak ada keluhan yang keluar dari mulut mereka. Yang ada justru ucapan syukur karena Bu Nur bisa ditemukan.

Padahal bagi Damar sudah lama dia tak pernah bangun di waktu dini hari seperti ini. Tepatnya sejak menikah.

Sewaktu menikah paling awal dia bangun di saat pukul empat kurang lima belas menit. Dan di waktu dini hari ini adalah dini hari paling melelahkan bagi Damar.

🍀🍀🍀

Mohon jangan lupa likenya

1
Nicky Nick
klu no asing jgn diangkt dong mar..
Nicky Nick
hahaaaaaa
Nicky Nick
bissmilah smoga lncar
Nicky Nick
alhamdulillah pak sapto slmt.. smoga mslh yg menimpa bu nur sgr terungkap
Nicky Nick
sekarang damar pinter ngegombal ya..
Nicky Nick
asyeeeeeik akhirnya belah duren
Nicky Nick
hadeeeh damar masa' wudhu diskip sih
Andini Hana Fakhirah
Luar biasa ceritanya. Saya sula cerita tentang perjuang hidup kayak gini.
Nicky Nick
semangat damaar...
Nicky Nick
hmmm ternyata bkn an damar...
Nicky Nick
hadir ☝
YuWie
yang lain pada pingin perusahaan..ehhh ini tinggal jalanin aja beratmen damar..
YuWie
oalah. salah pak komandan yg mementingkan kepwntingan anaknya ketimbang tugasnya ya
IR WANTO
kambuh lagi tololnya..
Susi Akbarini
apa kak author lagi ke desa timur lagi dan susah sinyal?
kok lama gak berlanjutttt????
Laila Umroh
Luar biasa
KUNCORO'S Days
Luar biasa... bagus sekali ceritanya
Ita Mariyanti
muantabb Lutfi 👍👍👍👍👍 MalFi be a couple 😘😘
Diah Ratna
pak gunturo cs kyknya yg memperkosa ibu kasih
Susi Akbarini
jadi ngehalu kalo jadi anak sean..
wahhhh..
sejahtera..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!