Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Maaf Nyonya, Tuan. Kedatangan saya ke sini untuk mengembalikan surat surat rumah dab toko yan saya tempati dan saya kelola selama ini, dan ini kunci rumah dan tokonya tuan, maaf klau ada kesalahan saya selama ini, dan terimakasih telah memberi tumpangan di rumah kalian selama ini." ucap Pak Rian menyerahkan beberapa map dan kunci di atas meja berhadapan dengan opa dan oma Rafael.
Deg.....
Oma dan Opa Rafael terkejut mendengar ucapan orang tua Alisa itu, rupanya orang tua Alisa benar benar kecewa dengan perlakuan cucunya itu, sehingga sekarang orang tua Alisa menciptakan jarak dengan mereka, tidak ada lagi kata kata akrab, biasanya mereka akan berbasa basi bertanya ini dan itu, dan juga akan memanggil Oma dan Opa kepada mereka, kini lihat lah, mereka bicara saja formal dan memanggil mereka nyonya dan tuan, sungguh membuat oma dan opa merasa sangat bersalah sekalim
"Pak, jangan begini, itu rumah adalah milik kalian sendiri, dan toko sengaja Rafael dirikan untuk usaha kalian, kenapa di kembalikan." kaget sang oma.
Pak Rian menggelengkan kepalanya.
"Tidak tuan, rumah itu sudah saya gadaikan saat saya sakit keras waktu itu, dan setelah anak saya menikah, rumah itu di tebus oleh tuan Rafael, jadi sekarang anak saya tidak ada hubungan apa apa lagi dengan tuan Rafael, dan kami merasa rumah itu bukan milik kami lagi, makanya kami mengembalikannya kepada kalian." ucap pak Rian menyela ucapan opa Sean.
"Jangan seperti itu pak, itu tetap milik kalian, walaupun nantinya Alisa benar benar berakhir dengan Rafael, itu akan tetap menjadi milik Alisa." tegas opa Sean.
"Kami tidak menginginkan rumah itu lagi, rumah yang membuat anak saya kesakitan, andai waktu bisa di ulang kebelakang, saya memilih mati dari pada anak saya menderita, anak saya mengorbankan masa depannya demi kesembuhan saya, namun dia menderita, saya merasa gagal menjadi seorang ayah." ucap Pak Rian serak, mengingat sang putri yang berpura pura kuat menjalani hari harinya.
Oma Prita meneteskan air matanya, dia sungguh sakit mendengar penuturan pak Rian itu.
"Saya rasa sudah cukup pembahasan kita, kami undur diri Tuan, Nyonya." ucap pak Rian yang tidak ingin berlama lama di rumah itu, dia malas sekali bertemu dengan calon mantan besannya yang bermulut pedas itu.
"Kalian akan tinggal dimana setelah ini?" tanya oma Prita sendu, sungguh dia ingin sekali bertemu dengan Alisa.
"Kami mengontrak di dekat tempat kerja Alisa, Nyonya." bohong bu Lastri yang tidak ingin memberi tau kepergian mereka keluar kota, dan orang tua Alisa benar benar ingin memutuskan hubungan dengan keluarga Rafael itu.
Oma Prita mengangguk tanda mengerti, suatu hari nanti dia bisa mengunjungi Alisa di sana, pikir oma Prita, tanpa tau klau Alisa akan pindah ke kota lain bersama orang tuanya.
Di tempat lain.
Alisa menemui direktur rumah sakit tempat dia bekerja.
"Permisi pak, saya mengganggu waktu bapak." ucap sopan Alisa.
"Duduklah, jangan sungkan." ucap dokter Daniel, dokter rumah sakit dan kebetulan adalah om suaminya sendiri.
"Maafkan keponakan bodoh om itu ya." sesal dokter Daniel, menatap sendu Alisa.
"Tidak apa Dok, mungkin jodoh saya cuma sampai di sini dengan mas Rafael." sahut Alisa lapang dada.
"Dok, saya menemui dokter hanya ingin memberikan surat pengunduran diri saya, dok." ucap Alisa menyodorkan amplop berwarna coklat ke arah dokter daniel.
Hufff.....
Dokter Daniel sudah bisa menebak ini pasti akan terjadi, Alisa sudah pasti tidak akan mau lagi bekerja di rumah sakit keluarganya ini.
"Kenapa harus keluar, kinerja kamu sangat bagus, apa lagi kamu adalah dokter terbaik di rumah sakit ini, tidak bisakah mengesampingkan masalah pribadi dengan masalah kerjaan?" tanya dokter Daniel, dia tidak ingin kehilangan dokter terbaik itu dari rumah sakit itu, apa lagi ibunya pasti akan menanyakan keberadaan Alisa.
"Maaf dok, bukan begitu, saya hanya ingin ikut orang tua saya keluar kota, dok." jujur Alisa.
"Kemana?" tanya dokter Daniel lagi.
"Mau tidak mau Alisa memberi tahu dia akan kemana, agar tidak berlama lama di ruangan itu.
"Baiklah, klau begitu, saya punya tawaran untuk kamu, Alisa. Saya mau kamu lanjutkan cita cita kamu menjadi dokter spesialis jantung di universitas xx, di kota itu, klau kamu tidak mau, saya tidak izinkan kamu keluar dari rumah sakit ini, masalah biaya, kamu jangan risau, saya sudah mendaftar kan kamu di universitas itu, dan kamu saya rekomendasi bekerja di rumah sakit Mulyo." tegas dokter Daniel tidak mau di bantah.
Alisa diam seribu bahasa, klau dia menerima tawaran dokter Daniel, bearti dia akan bertemu lagi dengan Rafael, sementara itu dia sangat sangat tidak ingin bertemu lagi dengan mantan suaminya itu, dan dia tidak ingin Rafael tau klau dia sedang hamil, jangan sampai anaknya di ambil oleh Rafael.
"Saya tidak akan memberitahu keberadaan kamu kepada siapapun, cukup ini hanya menjadi rahasia kita, saya tau kamu sedang hamil muda, saya tidak ingin kamu dan calon cucu saya kenapa napa, saya tidak akan memberitahu si bodoh itu tentang keberadaan kamu, biarlah itu menjadi hukuman untuk dirinya yang berani menyia nyiakan wanita sempurna seperti kamu, malah kembali galau gara gara si buntut lele itu kembali." dengus dokter Daniel ikut kesel dengan keponakannya itu.
Alisa tidak bisa berkata apa apa lagi, ternyata dokter Daniel tau dia sedang hamil muda, ohh... Alisa lupa, siapa yang memeriksanya, yang memeriksa Alisa adalah dokter Tuti, istri dokter Daniel sendiri.
"Bagaimana?" tanya Dokter Daniel lagi.
Alisa menatap mata dokter Daniel mencari kebohongan di sana, namun Alisa tidak menemukannya.
Alisa mengangguk. "Baiklah, saya menerima tawaran dokter." ucap Alisa pada akhirnya.
"Good, sekarang temui HRD, minta gaji terakhir dan pesangon kamu." ucap dokter Daniel.
"Terimakasih dok, saya undur diri." ujar Alisa sopan.
"Jangan sungkan Alisa, kamu sudah saya anggap anak saya sendiri, kamu taukan, saya tidak mempunyai anak, jadi biarkan saya menganggap kamu anak saya dan anak dalam kandunganmu itu, izinkan dia menjadi cucu saya." ujar dokter Daniel penuh harap.
Alisa tidak dapat berkata kata lagi, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Terimakasih Alisa." ucap dokter Daniel penuh haru.
"Tapi dokter tetap janjikan, tidak akan memberitahu mas Rafael dan yang lainnya?" cemas Alisa.
"Tidak akan Alisa, saya tidak akan memberitahu siapapun, termasuk Amora, yang tau hanya saya dan istri saya saja." ucap dokter Daniel bersungguh sungguh.
"Alisa berangkat, papa." ucap Alisa pelan.
"Apa... Coba ulang lagi!" pinta dokter Daniel berasa mimpi di panggil papa oleh dokter Alisa.
"Papa..." ulang Alisa.
"Huaa.... Kemari nak, peluk papa." pecah sudah tangis laki laki itu di sebut papa oleh Alisa, yang memang dari semasa kuliah sudah menjadi murid kesayangannya.
"Mama juga dong." seru dokter Tuti berkaca kaca, dia datang dan melihat interaksi suami dan anak didik sang suami yang juga istri dari keponakan suaminya itu, sungguh dokter tuti ikut terharu, sudah sangat lama mereka menginginkan kehadiran buah hati, namun Tuhan belum memberi izin mereka menimang buah hati, padahal dari semua pemeriksaan kesehatan mereka tidak ada yang salah semua normal, namun Tuhan belum memberikan mereka momongan sampai saat ini.
"Mama...." panggil Alisa berkaca kaca.
"Pa... Lihat lah, kita lansung mempunyai anak yang sudah besar hiks..." raung dokter Tuti.
"Iya, ma... Bahkan sebentar lagi kita akan mempunyai cucu, hiks..." sahut dokter Daniel dengan terisak.
"Hati hati ya, nak. Jaga diri baik baik, hidup lah bahagia di sana, lupakan semua masalah mu, ingat. Ibu hamil harus happy." tutur dokter Tuti.
Alisa menganggukan kepalanya. "Da.... Ma, pa... Alisa pergi." melambaikan tangannya sebelum keluar dari ruangan, ingin sekali dokter Daniel dan dokter Tuti mengantarkan Alisa sampai ke parkiran, namun mereka tidak ingin mengundang kecurigaan banyak orang, biarlah perpisahan itu mereka lakukan hanya di dalam ruangan dokter Daniel saja.
Alisa berjalan di lorong rumah sakit itu dengan langkah pasti dan penuh senyum di bibirnya, setiap dia berjalan, selalu di sapa oleh rekan sejawatnya bahkan para pasien sekalipun.
"Selamat tinggal kenangan, saatnya menyongsong masa depan." gumam Alisa dalam hati, saat kakinya sudah menapak di luar gedung rumah sakit itu.
Bersambung....
Haiii.... kesayangan mamak, jangan lupa like komen dan vote ya...
Mohon dukungannya, di novel ini mamak memberanikan diri untuk ikut lomba, semoga novel mamak bisa bersaing dengan novel novel lainnya.... Aamiin....
loe aja yg bodoh Rafael nikmati aja kebodohan dan penyesalan loe