Jangan lupa Follow IG mommy ya sayang 😘
@Mommy_Ar29 😘🤗
Rehan Arya Pranata seorang pengusaha muda dan sukses yang memiliki paras tampan dan menawan namun terkesan angkuh dan dingin. Dia harus menanggung malu saat di hari pernikahanya ia mendapati sang kekasih malah tengah bercumbu mesra dengan sahabatnya.
Jenar gadis cantik nan periang, namun harus menjalani hari-hari yang begitu berat setelah kematian sang ayah, Jenar harus bertahan meski ia selalu di siksa dan dijadikan pembantu oleh sang ibu tiri dan kedua saudaranya.
Demi melarikan diri dari pengejarnya, Jenar masuk ke sebuah rumah besar dan menjadi pembantu tuan tampan.
Apa yang menantinya? Akankah kehidupan menyedihkannya berakhir atau cinta majikannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Tamasya Aiden
Sore hari di kediaman Pranata, semua sedang berkumpul bersama di ruang keluarga, Runitinas biasa sebenernya sehabis makan malam mereka akan menyempatkan diri untuk berkumpul dengan keluarga dan berbincang, walau hanya sebentar.
"Gimana kerjaan kamu Dim," tanya Adi memulai pembicaraan,
"Alhamdulilah lancar pah, tapi minggu depan Dimas harus ke lokasi proyek yang di pulau B, seperti nya disana ada madalah sedikit," ujar Dimas, yah beberapa hari ini ia bersama Arya sangat sibuk di kantor karena ada beberapa kendala masalah Proyek pembangunan Hotel di pulau B,
"Berapa hari kamu akan pergi, apakah sama Arya?" kali ini Tamara yang bertanya,
"Tidak mah, Arya akan meng handle kantor selama Dimas pergi," jawab Dimas,
"Kalau kamu gimana Bi dengan kuliah mu," tanya Adi dengan menghela nafas nya, "Kamu itu kapan lulus nya sih Bi, kapan bisa ngebantu kedua kakak mu ke kantor," ujar Adi sambil memijit pelipis nya, anak bungsu nya ini sangat sudah bila di suruh ke kantor, sangat berbeda dengan Dimas dan Arya yang memang sedari SMA sudah mau di ajak terjun ke dunia bisnis, sedangkan Bian hingga saat ini masih belum mau.
"Lancar dong pah," jawab Bian sambil memainkan Game online nya,
"Kapan kamu bisa bantu bantu di kantor," tanya Adi,
"Pah, Bian kan udah bilang Bian gak mau ke kantor,"Jawab Bian tegas, "Di kantor sudah ada bang Dimas sama bang Arya, biarin Bian memilih jalan Bian sendiri pah, mah," ucap Bian memohon, tidak cuma sekali dua kali Bian memohon seperti ini namun sang Ayah selalu saja memaksanya,
"Mau jadi apa kamu kalau tidak mau mengurus bisnis hah," pekik Adi,
"Sudahlah pah, jangan marah marah begitu ah," ujar Tamara sambil mengelus lengan Adi,
Aiden yang mulai merasakan hawa panas di ruangan itu segera mengalihkan pembicaraan para orang tua, "Papi, kalau minggu depan papi pergi, terus acara Aiden bagaimana," tanya Aiden kepada Dimas,
"Acara apa sayang," tanya Tamara
"Ya Allah papi lupa sayang," kata Dimas menyesal, yah kemarin Aiden sudah bilang bahwa akan ada acara Tamasya sekolah bersama para orang tua murid.
"Terus Aiden gimana," kata Aiden dengan lesu,
"Mama gak bisa apa nemenin Aiden pergi," tanya Dimas,
"Gak bisa Dim, mama juga ada acara minggu depan," jawab Tamara menyesal, "Nah bagaimana kalau Aiden pergi nya sama tante Jenar," ujar Tamara memberi ide,
"Nah boleh itu, itung itung biar dia juga belajar punya anak nanti," ujar Adi yang mood nya sudah berubah, Setiap Aiden melihat pertikaian seperti itu ia akan berusaha mencari ide untuk mencairkan suasana,
Aiden memang pendingin suasana, (Suasana loh yah bukan ruangan, ntar di kira AC lagi)
"Apa si Arya bakal ngizinin mah, pah," kata Dimas ragu,
"Biar Bian yang ngomong nanti," kata Bian santai,
"Om Bian juga ikut yah," kata Aiden penuh semangat,
"Hemmm, gimana yaaaa," Bian menggoda Aiden dengan pura pura berfikir, padahal tanpa di minta pun pasti dia akan ikut, karena Jenar yang belum terlalu mengerti apapun, ia khawatir Jenar akan kesusahan nantinya, sedangkan Arya tidak akan bisa di harapain buat ikut acara acara beginian, kecuali buat anak nya kelak, tapi entah juga lah,,,
"Om," rengek Aiden penuh harap,
"Tapi ada Syarat nya," ucap Bian dengan senyum smirk nya,
"Apa?" tanya Aiden penuh curiga, karena Om nya ini kalau sudah seperti itu pasti ada yang tidak beres,
"Pijitin om ya, badan om pada sakit semua, nanti kalau om pegel pegel gak bisa ikut sama kalian," kata Bian sambil tersenyum kemenangan,
"Gak mau, emang nya Aiden tukang pijit apa," tolak Aiden mentah mentah,
"Ya udah kalau gitu kamu sendiri aja sana yang bilang sama Tante Jenar buat nemenin kamu besok," kata Bian mengancam, "Om mau tidur aja seharian besok buat ngilangin pegel pegel," sambung nya sambil meregangkan kedua tangan nya dan kepalanya lalu berjalan menuju kamar nya,
"Papi, oma, opa tolongin Aiden," ucap Aiden memohon kepada ketiga orang dewasa yang ada disana, namun mereka malah Terkekeh,
"Sana susul om Bian, cuma dia yang bisa bantu kamu," kata Dimas,
"Biar kamu bisa pergi sama tante Jenar dan om Bian, bukankah kamu pengen pergi bertiga dari dulu," ujar Tamara mengingatkan keinginan Aiden waktu TK ia bertamasya pergi hanya bersama Dimas, dan ia merasa iri kepada teman teman nya yang di dampingi orang tua lengkap, sedangkan Aiden tidak memiliki seorang ibu,
Tanpa menjawab perkataan Tamara, Aiden segera bangkit dan berlari mengejar Bian ke kamar nya,
"Kapan kamu akan menikah lagi Dim" tanya Tamara sambil matanya menatap Aiden yang sedang menaiki tangga,
"Dimas tidak tau mah," jawab Dimas sambil menghela nafasnya,
"Kasian Aiden Dim," ujar Adi ikut berkomentar, "Bagaimana dengan anak rekan bisnis papa,"
"Dimas ngantuk pah, mah, Dimas ke kamar dulu," ucap Dimas yang malas membahas tentang perjodohan,
Adi dan Tamara hanya menghela nafasnya pelan melihat sang anak sulung selalu seperti itu saat di suruh menikah, memang salahnya mereka dulu menjodohkan Dimas dengan sang istri, yang malah berakhir seperti ini, anak dan cucu nya di tinggalkan begitu saja oleh menantu nya, Adi dan Tamara sangat berharap nasib Arya tidak akan seperti Dimas kelak.
Lanjut nanti sore lagi yaahh ...