Malam Ulang Tahun Pearly Hazel Willfred yang ke lima belas, menjadi malam yang tak akan terlupakan baginya. Seorang gadis lain datang dan mengaku sebagai putri kandung Keluarga Willfred.
Pearl pun kembali pada keluarga aslinya tapi kembali melarikan diri, hingga ia bertemu kembali dengan sosok pria yang selalu ia dekati di sekolah.
Alexander Marshall, menjadi sosok penolong bagi Pearl dan juga seorang ketua geng motor. Dengan bantuan Alex, Pearl kembali ke sekolah, tanpa mengetahui sosok sebenarnya dari seorang Alex.
* note : ini adalah novel misi dari NT. Alur cerita tiap bab berasal dari pihak NT, author hanya membantu mengembangkan melalui narasi dan percakapan, juga disesuaikan dengan latar belakang yang diambil oleh author. Terima kasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MULAI BERADAPTASI
Malam itu juga, Madam Olive memberikan pakaian seragam pelayan di klub malam miliknya. Pearl merasa risih dengan seragam itu karena begitu terbuka dan pendek di bagian bawah yang hanya setengah pahha.
Seorang pelayan wanita lain menertawakan cara Pearl berjalan, "Kamu baru ya?"
"Iya, Kak," ucap Pearl yang tahu kalau wanita di hadapannya pasti lebih tua darinya. Wanita itu tak memakai seragam pelayan seperti dirinya, tapi gaun bebas yang tak kalah seksinya.
"Siapa namamu?"
"Pearl."
Wanita itu kembali menertawakannya, tapi Pearl tak mengerti mengapa wanita itu menertawakannya.
"Cara jalanmu lucu sekali, Pearl," ucap wanita itu.
"Aku belum terbiasa. Apa tidak ada seragam lain yang bisa kugunakan?" tanya Pearl.
Wanita itu tertawa lagi, "Kita di sini bukan hanya bekerja biasa. Kita juga harus membuat para pelanggan betah dan terus memesan. Kamu tahu, jika mereka terus memesan, kita akan mendapatkan uang lebih banyak lagi. Kamu itu masih bocah, pasti tak tahu apa apa."
Klub malam itu pun dibuka dan para tamu mulai masuk. Mereka langsung memesan minuman. Musik mulai bergema dan rasanya membuat telinga Pearl tak tahan dengan suara bising. Lampu juga kerlap kerlip, membuat mata Pearl tak fokus karena tak terbiasa.
Plakkk!!! Sebuah tangan dengan sempurna mendarat di bokkong Pearl, "Hei cantik, kamu anak baru ya? Ambilkan aku minum dan duduklah di sini."
Pearl sangat kaget dengan apa yang terjadi padanya. Ia melihat ke arah pria itu yang menatapnya dengan wajah mesumnya. Pearl yang takut dengan hal itu pun segera melangkah pergi dari sana, tapi lagi lagi ia mendapatkan pelecehan. Tubuhnya ditarik begitu saja oleh seorang pria dan pahhanya langsung saja dielus oleh pria itu. Pria itu mengungkung tubuhnya dan menarik rok nya yang hanya setengah pahha itu ke atas hingga memperlihatkan benda segitiga yang ia kenakan. Hal itu membuat Pearl menjerit ketakutan. Ia mendorong pria itu sekuat tenaga lalu segera pergi ke bagian belakang klub dengan tubuh bergetar.
Seorang pelayan mendekatinya, "Kamu dipanggil Madam Olive."
Pearl pun beranjak bangun dan pergi ke lantai atas di mana ruangan Madam Olive berada. Rasa takut masih ia rasakan karena tubuhnya masi gemetar dan sekarang ketakutan itu bertambah karena Madam Olive pasti akan kembali memecatnya.
"Pearl, masuklah," ucap Madam Olive.
Pearl masuk ke dalam dengan wajah yang menunduk, ia gelisah dan takut. Madam Olive bangkit dari duduknya dan tersenyum. Ia memegang dagu Pearl kemudian mengangkat wajah Pearl agar menatap ke arahnya.
"Kamu takut? Tenanglah, ini baru hari pertama. Semua akan seperti itu pada hari pertama. Tak masalah dan janganlah takut, aku tak akan memecatmu," ucap Madam Olive.
"Tapi aku tak bisa seperti ini, Madam. Aku takut."
"Rasa takut di hari pertama itu hal yang wajar. Kalau begitu pulanglah dan kembalilah besok. Ini uang untukmu sebagai gajimu hari ini. Aku juga tambahkan sedikit untukmu membeli make-up," ucap Madam Olive.
Pearl melihat uang yang diberikan oleh Madam Olive, yang merupakan gaji pertamanya, "benarkah ini untukku?"
"Tentu saja," jawab Madam Olive dengan lembut.
Pearl merasa hangat karena Madam Olive tak memarahinya ataupun memecatnya. Ia bahkan tetap mendapatkan gaji meski ia tak melayani pelanggan dengan baik. Madam Olive memakluminya dan Pearl merasa begitu nyaman serta diterima dengan baik.
**
Pearl tak langsung pulang. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh malam, ia pun mencari kedai makanan. Ia perlu mengisi perutnya yang sudah berteriak untuk minta diisi. Pearl mengambil selembar uang dan mencari makanan dengan harga termurah. Ia harus berhemat untuk tetap hidup.
Ia memandang ke arah langit malam sambil menatap makanan di hadapannya, "Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak tahu harus apa dan bagaimana. Madam Olive sangat baik padaku, ia menyayangiku."
Pearl menyantap makan malamnya itu sambil terus berpikir tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Setelahnya, ia kembali pulang ke rumah yang ditempati oleh Ben dan Sarah. Namun, baru saja ia sampai di depan pintu, ia melihat Sarah telah menunggu kedatangannya.
"Ke mana saja kamu?! Seharusnya kamu itu di rumah. Kalau kamu pergi pergi seperti ini, sebaiknya pulang dengan membawa uang!" Sarah langsung merebut tas milik Pearl dan membukanya paksa.
"Jangan dibuka, itu milikku!" teriak Pearl.
Sarah tersenyum saat melihat uang di dalam tas milik Pearl. Ia langsung mengambilnya dan melemparkan tas itu kembali ke wajah Pearl.
"Ternyata kamu pintar juga mencari uang. Coba Merva bisa mencari uang sepertimu, sayangnya anak itu tak bisa apa apa dan hanya menggerutu! Siall sekali aku dulu mengambilnya," ucap Sarah.
Pearl melangkah masul ke dalam kamar dan langsung menguncinya. Ia tak ingin Ben ataupun Sarah masuk ke dalam dan kembali mengambil uang yang ia miliki. Tanpa Sarah ketahui, Pearl sudah menyembunyikan sebagian besar uangnya di dalam sepatu yang ia kenakan.
"Aku tak bisa di sini, aku harus pergi. Aku bisa hidup sendiri tanpa mereka yang hanya memperbudakku dan mengambil uang hasil kerjaku," gumam Pearl.
Beberapa jam berlalu dan Pearl memperhatikan sekitar. Ia memesan taksi online ketika telah memastikan Ben dan Sarah sudah terlelap di kamar mereka. Ia keluar dari rumah sambil membawa koper.
Pearl telah memesan sebuah hotel yang cukup murah. Setidaknya ia bisa beristirahat malam ini karena ia benar benar sangat lelah. Setelah membersihkan diri, Pearl membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Tak empuk seperti yang ia tiduri di Kediaman Keluarga Willfred, tapi cukuplah dan sedikit lebih baik daripada di tempat Sarah.
Pearl menatap langit langit dan mulai kembali berpikir. Ia tak memiliki siapa pun lagi dan harus hidup sendiri. Semua orang mengejek dan membullynya, membuatnya semakin rendah diri. Hanya ada satu orang yang menerimanya dengan tangan terbuka dan tak menyalahkannya atas kesalahan yang ia lakukan, itu adalah Madam Olive.
Pearl menghela nafasnya dalam dan memutuskan, "Aku akan tetap bekerja di sana. Tuhan juga sepertinya telah memberiku jalan hidup seperti ini, tapi tak membantuku memberi jalan keluar. Tak ada salahnya bekerja seperti ini kan?"
Pearl akhirnya terlelap karena rasa lelahnya yang amat sangat. Keesokan harinya, ia tak check-out terlebih dahulu dari hotel tersebut karena ia masih belum mencari tempat tinggal yang baru dan uangnya belum cukup.
Pearl pergi ke sebuah salon yang tak jauh dari sana. Ia berencana akan mewarnai rambutnya serta merubah sedikit penampilannya. Ia juga akan membeli peralatan make-up. Nanti malam ia akan kembali ke klub malam milik Madam Olive.
Di salon, ia melihat seorang wanita tengah merokok, ia mendekat dan bertanya, "Apa rasanya?"
"Kamu mau mencobanya?" tanya wanita itu.
"Ya," jawab Pearl.
Wanita itu memberikan sebatang rokok untuk Pearl. Awalnya ia sedikit terbatuk, tapi lama kelamaan ia terbiasa dengan itu. Sepertinya Pearl sangat cepat belajar, karena ia harus segera beradaptasi dengan kehidupan barunya saat ini. Jika tidak, ia tentu akan kalah dan menderita.
"Apa kamu mengetahui di mana aku bisa menyewa sebuah kamar?" tanya Pearl.
"Tentu saja, ikutlah denganku," Pearl pun mengikuti wanita itu yang usianya sekitar sepuluh tahun lebih tua darinya.
🧡 🧡 🧡