Setelah belasan tahun terjebak di lingkungan berbahaya akhirnya Glamour bisa kabur dan menyelamatkan diri.
"Tuan selamatkan aku," bisiknya bergetar menahan tangis kepada pria yang menyewanya malam ini. "Apapun akan aku berikan kepadamu, termasuk keperawanku," imbuhnya, berharap pria yang memakai topeng itu mau membantunya.
Glamour tidak tahu jika pria yang tengah mendekapnya ini adalah mafia berbahaya dan paling keji di dunia. Ibarat kata, baru keluar dari kandang buaya tapi kembali terperangkap di kandang singa.
Bagaimana perjuangan Glamour untuk menyelamatkan hidupnya demi bisa kembali berkumpul dengan keluarganya?
Simak terus kisahnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nona Glam yang malang
"Tuan Nero! Jika Tuan Damon tahu kalau Anda menguping di sini maka Anda akan kehilangan kepala!" Pelayan itu berusaha menarik Nero dari depan pintu kamar itu dengan perasaan cemas dan takut luar biasa.
"Bisa diam tidak?!" Nero menghempaskan tangan pelayan itu dengan kasar. "Kau tahu bukan kalau Nona Glam masih bocah dan sangat polos, apa jadinya jika Nona Glam ..." Nero melanjutkan ucapannya dengan menggerakkan salah satu tangan di depan leher.
Hih!
Pelayan itu merinding sebadan-badan membayangkan jika hal itu benar terjadi.
Ceklek!
Ketika mereka sedang berdebat, tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dari dalam membuat Nero dan pelayan itu sangat terkejut bukan kepalang.
"Apa yang kalian lakukan di sini?!" Damon bertanya datar dan sorot matanya sangat dingin dan tajam.
Nero dan pelayan jadi salah tingkah. Pelayan dengan cepat mengambil semut yang merayap di dinding untuk di jadikan alasan.
"I-ini Tuan. Ada semut di rumah ini. Aku akan memanggil pembasmi serangga dan semut, takut kalau semut-semut ini menggigit Nona Glam." Pelayan itu menunjukkan semut kecil di tangannya, lalu segera pergi dari sana sebelum kepalanya di penggal.
Wussshhh!!
Pelayan pria itu lari tunggang langgang.
Sedangkan Nero mengumpat pelayan itu karena melarikan diri sendiri tidak mengajaknya.
"Kau juga sedang mengamati semut di sini?" tanya Damon, dingin.
Nero menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tertawa hambar. "He he he, sebenarnya aku berada di sini karena mengkhawatirkan Nona Glam. Apa dia masih hidup?" jawab Nero, jujur dan masih mempertahankan senyum bodohnya.
Damon menyipitkan mata, kesal mendengar jawaban asistennya.
"Apa kau pikir aku sekejam itu?!" balas Damon dengan nada tidak suka.
"Ah, bukan begitu, hanya saja ..."
"Dia masih hidup, dan bernafas!" potong Damon, datar dan dingin.
"Syukurlah." Nero bernafas lega, seraya mengintip ke dalam kamar sana, ingin melihat keadaan Glam, karena dia masih sedikit tidak percaya dengan ucapan bossnya.
"Apa yang kau lakukan!!" Damon marah lalu mendorong wajah Nero ke belakang. Dia tidak ingin Nero melihat keadaan Glam yang tidak mengenakan apapun, ya walaupun tubuh gadis itu sudah terbungkus selimut, tetap saja dia tidak rela kalau ada pria lain melihat Glam dalam keadaan seperti itu.
"Aku hanya ingin memastikan kalau Nona Glam baik-baik saja." Nero terkejut dengan reaksi Damon.
"Pergi sana, siapkan makan malam untukku dan Glam!" titah Damon, seraya keluar dari kamar, dan menutup pintu itu dengan rapat. "Tunggu apa lagi? Kenapa kau masih di sini?!" sentak Damon ketika melihat Nero masih berdiri di sana.
"Ba-baik, Tuan." Nero segera pergi dari sana menuju dapur sebelum Tuan Damon murka.
Nero mengusap dada berulang kali, bernafas lega ketika sudah sampai dapur. Dia membuka kulkas lalu mengambil air dingin dari sana lalu menenggakknya langsung dari tempatnya.
"Apa benar dia habis bercinta dengan Nona Glam?" Nero bertanya-tanya sembari menutup pintu kulkas. "Aku harap Nona Glam baik-baik saja, tidak cidera ataupun terluka. Nona Glam yang malang."
*
*
Nero mengantarkan makan malam ke kamar Glam. Dia mengetuk pintu beberapa kali, dan tidak berselang lama pintu terbuka lebar, Damon yang membukanya.
"Anda habis mandi?" Nero bertanya saat melihat rambut Damon basah dan sudah berganti pakaian.
"Pertanyaanmu tidak penting!" balas Damon, datar, lalu mengambil alih nampan yang ia bawa.
"Tuan, malam ini kita ada janji dengan ..."
"Batalkan! Atur kembali besok!" potong Damon, cepat lalu menutup pintu kamar itu lagi, tapi tidak berselang lama pintu itu kembali terbuka. Nero masih di depan pintu itu dengan raut cengoknya. "Panggilkan dokter wanita!" titahnya pada Nero.
"Apa? Dokter? Nona Glam terluka?" tanya Nero beruntun.
Ck!!!