Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Bryan Dan Missel Pulang
Kirana pun masuk ke dalam kamarnya yang sudah lama dia tinggalkan. Rasanya masa-masa sekolah SMA dulu teringat kembali ketika dia terbaring di ranjangnya yang kecil.
"Rasanya aku kembali jadi gadis remaja SMA lagi. Di sini aku menghabiskan waktu di masa itu. Bangun pagi-pagi, harus membantu ibu dan juga pergi ke sekolah melewati pematang sawah. Uuh, rasanya menyenangkan sekali." gumam Kirana.
Kreek.
Suara pintu kamarnya di buka oleh ibunya, Kirana pun bangun dari rebahannya dan melihat ibunya masuk juga duduk di kasurnya.
"Kamu sudah besar ya nak, ibu sampai pangling melihatnya." kata ibu Kirana.
Kirana hanya tersenyum, dia lalu memeluk ibunya lagi.
"Apa ibu suka dengan oleh-oleh yang aku bawa?" tanya Kirana.
"Ya, ibu sangat suka. Kamu beli banyak banget Ki. Apa uang kamu cukup?" tanya ibunya.
"Tenang aja bu, Kiran ada kok. Bahkan untuk kembali ke kota lagi juga ada. Ibu jangan khawatir." jawab Kirana.
"Emm, memang gaji kamu berapa? Kok ibu sampai di kirim segala. Biasanya ibu yang kirim ke kamu, meski ngga sebesar kamu mengirim ibu." kata ibu Kirana lagi.
"Banyak bu, aku kerja hampir dua puluh empat jam. Jadi gajiku besar, ibu jangan khawatir. Yang ibu harus lakukan adalah membujuk ayah agar tidak menjodohkan aku dengan si Doni itu." kata Kirana.
"Ibu sudah mencoba Kirana, tapi ayahmu kekeh ingin menjodohkan kamu sama Doni. Ibu juga sebenarnya tidak setuju, tapi ya kamu tahu sendiri ayahmu itu gimana kalau sudah berkeinginan." jawab ibunya.
"Ya, bujuk sekali lagi dong bu. Kiran ngga mau nikah sama anak manja itu, kemana-mana selalu bawa anak buah. Dia ngga pernah hidup sendirian, bisa jadi di kuliah juga dia mengerjakan tugas itu yang mengerjakan anak buahnya. Yang pintar anak buahnya." ucap Kirana mencibir Doni.
"Huss! Ya ngga begitu, dia kuliah ngga di temani anak buahnya. Dia kuliah sendiri, masa belajar harus di kawal kemana-mana."
"Ya bisa aja bu, coba tanya ayah. Pati deh jawabannya seperti itu. Ayahkan akrab dengan si Doni itu. Entah apa yang membuat ayah sampai memaksa anaknya menikah dengan anak manja itu." kata Kirana lagi.
"Sudah, jangan omongin si Doni lagi. Ibu juga pusing. Kamu istirahat aja, nanti antar ibu pergi ke rumah bude kamu. Katanya dia mau bertemu denganmu."
"Iya bu."
"Jangan lupa kamu siapkan uang untuk hadiah buat bude kamu."
"Iya."
"Ya sudah, ibu mau masak makanan kesukaanmu."
"Asyiiik, yang banyak ya bu."
"Iya."
Ibu Kirana keluar dari kamar anaknya, sedangkan Kirana kembali berbaring. Dia memang lelah, dan ingin istirahat. Tidur dan melupakan apa pun yang ada di pikirannya.
_
Sedangkan di rumah Bryan, dia dan anaknya Missel baru saja sampai dari liburan luar kota ke rumah omanya Missel. Missel langsung ke kamar Kirana, namun kamar itu terkunci.
Dia pergi ke dapur, bertanya ke pembantunya Mimin.
"Mbak Mimin, tante Kiran kemana?" tanya Missel.
"Pulang kampung non tiga hari lalu." jawab Mimin.
"Ngapain pulang kampung mbak?" tanya Missel lagi.
"Ngga tahu non, katanya ayahnya mbak Kiran itu menyuruhnya pulang." jawab Mimin lagi.
Ada wajah kecewa pada Missel, dia menunduk lesu dan berjalan pelan meninggalkan Mimin yang sedang mencuci piring.
Sedangkan Bryan melihat anaknya berjalan naik tangga dengan lesu. Dia heran kenapa anaknya seperti itu.
"Sayang, kenapa jadi sedih?" tanya Bryan.
"Tante Kiran ngga ada pi, pergi." jawab Missel.
Dia langsung masuk ke dalam kamarnya, Bryan berhenti menatap ke arah anaknya yang masuk ke dalam kamarnya. Dia pun turun lagi, menghampiri Mimin yang sedang memasak kali ini.
"Min, Kirana kemana?" tanya Bryan.
"Pulang kampung tuan, kan mbak Kiran kirim pesan sama tuan?" kata Mimin.
Bryan mengerutkan dahinya, dia lalu merogoh saku celananya dan membuka ponselnya. Dia melihat di aplikasi pesan singkat. Di sana dia membaca pesan singkat dari Kiran, bahwa Kiran minta izin pulang selama seminggu.
Bryan pun menghela nafas berat, dia tidak tahu kalau Kirana mengiriminya pesan. Dia sangat sibuk meladeni mertuanya itu, ada saja yang di inginkan ibu dari almarhumah istrinya.
Kadang dia kesal dan muak, dia tahu ibu dari almarhumah istrinya itu punya rasa berbeda padanya. Karena dia juga seorang janda di tinggal mati oleh suaminya sebelum anaknya meninggal.
"Shiiit, aku ngga tahu kalau Kirana mengiriminya pesan. Tapi kenapa lama sekali pulang kampungnya?" gumam Bryan.
Dia pun kembali naik tangga dan ke kamarnya. Rasa lelah yang dia rasakan karena sejak berangkat dan juga pulang dari luar kota dia menyetir sendiri.
Bryan tidak mencari supir pribadi, dia hanya berpikir bahwa cukup dia saja yang menyetir. Namun kali ini dia harus mencari supir pribadi. Karena perusahaannya sedang banyak pekerjaan, jadi dia akan mencari supir pribadi untuk mengantar anaknya pergi ke sekolah dengan Kirana.
Setelah masuk ke dalam kamarny, dia rebahkan dengan membanting kasar tubuhnya. Jika bukan kasur springbed berkualitas tinggi, mungkin sudah rusak dan ranjangnya akan patah dan ambruk.
"Huft, rasanya lelah sekali." kata Bryan.
Dia pun berusaha memejamkan matanya, dia tidak menemani Missel tidur. Karena dia sudah hafal betul, jika pulang dari rumah omanya pasti langsung tidur.
Baru juga memejamkan matanya, suara pintu kamarnya di dorong dari luar dan panggilan namanya di sebut oleh anaknya.
"Papii!" teriak Missel mendekat pada Bryan di ranjangnya.
Mau tidak mau Bryan bangun dan duduk di tengah kasurnya. Missel naik ke atas ranjang itu dan duduk di sebelah Bryan.
"Ada apa sayang?" tanya Bryan.
"Tante Kiran pulang kampung." jawab Missel dengan suara manjanya.
"Ya, kan tante Kiran juga kangen dengan ayah dan ibunya. Makanya pulang kampung." kata Bryan menghibur anaknya yang sedih itu.
"Tapi kok pulangnya Missel ngga tahu? Kalau tahu kan Missel bisa ikut." kata Missel lagi.
"Ya ngga bisa sayang, nanti tante Kiran kerepotan di jalan. Kan rumah tante Kiran itu jauh."
"Jauh? Jauh mana sama rumah oma?"
"Ya jauh rumah tante Kiran, sayang."
"Tapi aku ingin ikut papi." rajuk Missel.
"Katanya tante Kiran cuma sebentar kok."
"Lama papi, seminggu. Kalau seminggu itu tujuh hari, jadi lama." ucap Missel lagi.
"Kan sudah empat hari sayang, jadi mungkin dua hari lagi tante Kiran pulang ke sini."
"Beneran pi?"
"Iya."
"Asyiik."
"Ya sudah, sana istirahat lagi."
"Missel pengen tidur sama papi di sini."
Bryan menghela nafas panjang, dia lalu menarik anaknya untuk masuk ke dalam pelukannya. Mereka akan tidur bersama untuk mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan.
_
_
_
*************