NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Masih Di New Zealand

Malam-malam buta, Kaesang terbangun dari tidurnya. Ia merasakan berat di tubuhnya karena sang istri, Tyas tidur sembari memeluknya.

Beberapa saat lalu setelah mereka pulang lagi ke villa, tanpa berganti pakaian atau mandi, keduanya memulai permainan pa-nas mereka sampai akhirnya tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

Kaesang yang melihat Tyas kelelahan langsung menyudahi permainan mereka dan meminta Tyas untuk tidur.

Sekarang ia terbangun, melirik Tyas dan tersenyum manis setelah melihat wajah sang istri yang sangat cantik di matanya.

Tubuh keduanya p0los tanpa sehelai ben4ng pun, terbungkus oleh selimut.

"Cantik banget sih istri aku. Jadi makin cinta," kata Kaesang lirih, hampir seperti bisikan.

Ia ingin sekali men-ci-um Tyas, tapi tidak ingin mengganggu tidur sang istri. Akhirnya ia mengurungkan niatnya dan kembali memejamkan mata.

Tak lama Kaesang tertidur kembali, dengan posisinya dan Tyas yang saling berpelukan.

Pagi harinya keduanya terbangun dari tidur mereka yang nyenyak. Tyas meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, lalu menoleh ke samping.

Di sana Kaesang sudah menatapnya, tersenyum manis.

"Kenapa kamu natap aku gitu banget Yang?" tanya Tyas bingung.

Kaesang menggeleng pelan, lalu dengan cepat ia mengecvp bibir Tyas.

Kecupan itu membuat Tyas terkejut. Tentu saja, ia belum siap akan hal itu dan tindakan Kaesang sangat tiba-tiba.

Tapi beberapa saat setelahnya, kedua pipinya bersemu merah.

"Masa natap istri sendiri nggak boleh sih, Dear?" tanya Kaesang. Suaranya yang sangat lembut, merdu seperti lantunan lagu mellow membuat jantung Tyas berdebar kencang tidak karuan di sarangnya.

Jika saja ia belum menikah dengan Kaesang, mungkin ia akan mengatakan hal ini di dalam hatinya, "Aduh! suaramu bikin adek melayang mas! suaramu kayak ngajak adek nikah!" 

Tapi saat itu ia belum kepikiran kata-kata ini. Meskipun Kaesang selama masa pacaran sampai menikah ini sering membuatnya mabuk kepayang.

Seperti hari ini. Meskipun singkat kata-katanya, tapi cukup mampu membuat jantungnya berdetak kencang.

"Kamu blushing, heh?" ucap Kaesang bangga. Senyumnya semakin lebar, membuat Tyas bertambah malu.

Ia langsung menepuk dada Kaesang, menyembunyikan wajahnya di dada bidang Kaesang.

"Kamu jangan bikin aku malu Yang," kata Tyas, ia belum mengangkat wajahnya.

Sebelah tangan Kaesang perlahan terangkat, mengusap lembut rambut Tyas, lalu mengecvp puncak kepalanya.

"Kenapa malu sih Dear? Kan ucapan aku bener," balas Kaesang.

Tyas perlahan mengangkat wajahnya, bibirnya sedikit maju ke depan. Lucu sekali!

"Iya bener, tapi suara kamu bikin telinga aku merinding," tukasnya.

Alis tebal Kaesang bertaut, satu sudut matanya terangkat membentuk garis halus di samping hidungnya yang mancung. "Merinding? Emang aku hantu? Ada-ada aja kamu Dear," katanya.

Tyas kembali menepuk dada Kaesang, lalu turun dari ranjang.

"Eh, mau kemana? Kok suaminya nggak di ajakin?" tanya Kaesang setelah melihat Tyas turun dari ranjang.

Tyas menoleh singkat ke Kaesang, lalu berjalan menuju ke koper miliknya dan Kaesang. Ia berjongkok, membuka koper itu, lalu mengambil satu set pakaian miliknya, beserta beberapa perintilannya di sana.

"Aku mau mandi Yang. Lengket badan aku," jawab Tyas, tidak menoleh.

"Aku ikut ya, kita mandi bareng," kata Kaesang. Ia turun dari ranjang, berjalan menghampiri Tyas.

Tyas menoleh ke Kaesang, melihat Kaesang sudah berdiri di belakangnya.

Ia menatap Kaesang dari ujung kepala hingga kaki. Sungguh, jantungnya kembali berdetak kencang setelah melihat benda panjang milik Kaesang terpampang jelas di hadapannya.

Ia memalingkan wajahnya.

"Nggak Yang! Aku mau mandi dulu, kamu nanti mandi setelah aku aja. Aku mau berak dulu, emangnya kamu mau mandi satu ruangan sama aku yang lagi berak?" Tyas tersenyum miring, melirik Kaesang.

Kaesang langsung manyun setelah mendengar penolakan Tyas. "Ish, padahal mau mandi bareng kamu, Dear. Kok kamu pake berak segala sih!" kesalnya, lalu menghentakkan kakinya ke lantai.

Tyas berdiri, menatap Kaesang. Di tangannya ada satu set baju miliknya beserta segala keperluannya yang lain.

Ia menatap Kaesang tajam. "Kamu ngelarang aku berak Yang? Mau aku sakit?!" tanyanya sedikit ketus.

Kaesang mengerucutkan bibirnya. "Bukan ngelarang Dear. Yaudah deh, kamu mandi duluan sana. Nanti kalo selesai baru gantian aku," katanya terpaksa.

Kaesang berbalik, berjalan menuju ranjang, lalu naik dan duduk menyandar di kepala ran-jang. Tubuhnya yang p0los ia tutupi dengan selimut.

Tyas menghela nafas, lalu menggeleng melihat tingkah manja Kaesang. "Aku mandi duluan ya. Nggak akan lama kok," ucapnya.

Tapi tidak ada satupun balasan dari Kaesang. Ia tetap diam sembari mengerucutkan bibirnya.

Tyas pun melangkah menuju ke kamar mandi yang satu ruangan dengan kamar mereka. Ia masuk dan mengunci pintu dari dalam.

"Nyebelin banget sih tu t-ai! Orang lagi honeymoon juga, malah minta keluar. Dasar pengganggu!" kesal Kaesang lirih.

Sungguh tidak berdasar rasa kesal Kaesang. Tapi ia sungguh merasa kesal saat tidak bisa mandi bersama dengan Tyas.

Lama Tyas mandi, ia pun keluar dari dalam kamar mandi dengan sudah berpakaian lengkap. Wajahnya tampak basah, rambutnya pun terlihat basah dan tergulung oleh handuk.

Ia menghampiri Kaesang, duduk di tepi ranjang.

"Sudah mandinya?" tanya Kaesang, wajahnya tertekuk seperti pakaian yang belum di setrika.

Tyas tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Udahlah, buktinya aku udah keluar," jawabnya santai.

Tyas melihat Kaesang yang sedang merajuk, lalu ia mencodongkan tubuhnya, meraih tangan Kaesang.

Kaesang tidak menolak, tapi mukanya tetap tertekuk.

"Kamu kenapa sih Yang? Ngambek?" tanya Tyas.

Merasa lucu melihat Kaesang yang sedang merajuk.

"Nggak kok, siapa yang ngambek," kata Kaesang sedikit ketus.

Ia turun dari ranjang.

Tyas melihat setiap langkah Kaesang. Mulai dari turun dari ranjang, sampai sekarang melangkah menuju ke kamar mandi.

Sebelum masuk Kaesang menghentikan langkahnya, ia menoleh ke Tyas.

"Aku mandi duluan ya, habis ini kita akan lanjut berjalan-jalan ke beberapa wisata yang ada di New Zealand. Kamu siap-siap aja, nggak lama lagi aku selesai," kata Kaesang.

Setelah selesai mengatakan itu ia masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya dari dalam.

Tyas masih menatap ke pintu kamar mandi yang sekarang tertutup. Ia lalu bangkit berdiri dari duduknya, melangkah menuju ke meja kecil yang berada dekat dengan koper, mengambil tas make upnya yang tergeletak di sana.

Ia kembali ke ranjang, duduk di tepinya, lalu membuka tas make upnya.

Dengan perlahan ia mengaplikasikan semua make up itu di wajahnya, sampai akhirnya make upnya selesai dan ia membuka gulungan handuk di rambutnya.

Ia menyisir rambutnya dengan perlahan, lembut dan sangat berhati-hati.

Tak lama Kaesang keluar dari dalam kamar mandi dengan sudah berpakaian rapi. Ia menghampiri Tyas.

"Udah Yang?" tanya Tyas, masih sembari menyisir rambutnya. Menatap ke arah cermin kecil yang ia pegang dengan tangannya yang satunya.

"Hmm," jawab Kaesang.

Tyas lalu meletakkan cermin yang di bawanya di sampingnya. Ia berdiri, menghampiri Kaesang.

Setelah berada tepat di hadapannya, ia menyisiri rambut Kaesang dengan menggunakan sisir yang tadi di pakainya.

Perlahan Kaesang tersenyum melihat perhatian Tyas kepadanya. Dengan manja, ia mengulurkan tangan dan melingkarkannya di pinggang Tyas.

Tyas menoleh, gerakan menyisir rambut Kaesang terhenti. Sisir yang ia gunakan untuk menyisir rambut Kaesang masih tersangkut di rambutnya.

"Kita jalan sekarang, Dear?" tanya Kaesang, senyumnya mengembang lebar. Matanya sedikit menyipit. Lengannya masih melingkari pinggang Tyas, bahkan kini lebih erat.

Dengan sedikit kikuk Tyas mengangguk, mengambil sisir yang ada di rambut Kaesang. "Iya, mumpung masih pagi," jawabnya.

Kaesang terkekeh, lalu men-ci-um bibir Tyas sekilas. Ia berjalan menuju nakas, mengambil hp dan dompetnya yang tergeletak di sana.

Tangan Tyas perlahan terangkat, menyentuh bibirnya. Ia sudah menggunakan lipstik, tapi Kaesang menciumnya. Apakah bibirnya tidak akan merah nanti?

"Ayo Dear!" ajak Kaesang.

Tyas berjalan menuju nakas, meletakkan sisir yang di pegangnya di sana, lalu mengambil tas selempang, ponsel, dan beberapa barang kecil lainnya, memasukkan semuanya rapi ke dalam tas.

Ia berbalik.

"Kita mau kemana hari ini?" tanya Tyas ke Kaesang.

Kaesang hanya tersenyum misterius, merangkul bahu Tyas lalu bersama-sama mereka keluar dari kamar villa mereka.

Mereka sampai di luar villa, di sana sudah ada mobil yang terparkir dan beberapa orang bodyguard yang berdiri mengelilinginya.

Seorang bodyguard membuka pintu mobil, mempersilahkan Kaesang dan Tyas untuk masuk ke dalam.

Tyas masuk terlebih dahulu, setelahnya Kaesang.

Mobil pun berangkat setelah Kaesang dan Tyas masuk, menuju ke wishlist mereka selanjutnya yakni berjalan-jalan ke beberapa tempat wisata yang terkenal di New Zealand.

Sepanjang perjalanan, Kaesang terus menggenggam tangan Tyas. Suasana di dalam mobil terasa hangat dan intim, diiringi alunan musik jazz yang lembut. Tyas sesekali melirik Kaesang, tersenyum simpul melihat ekspresi wajah suaminya yang tampak begitu bahagia. Pemandangan alam New Zealand yang indah silih berganti di luar jendela, menambah romantisme perjalanan mereka.

Mobil berhenti di sebuah tempat parkir yang luas. Mereka telah tiba di Rotorua, terkenal dengan geyser dan sumber air panasnya. Kaesang membantu Tyas turun dari mobil, tangannya masih setia menggenggam tangan Tyas. Aroma belerang yang khas dari daerah vulkanik ini sedikit menyengat hidung, tetapi pemandangan di sekitar mereka begitu memukau.

Geyser-geyser menyemburkan air panas tinggi ke udara, menciptakan pemandangan yang dramatis dan spektakuler. Tyas terkesima, matanya tak lepas dari geyser yang sedang meletus.

"Cantik, ya?" bisik Kaesang, suaranya lembut di telinga Tyas.

Tyas mengangguk, masih terpesona. Kaesang menarik Tyas lebih dekat, memeluknya dari samping. Mereka berdiri berdampingan, menikmati pemandangan alam yang menakjubkan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma belerang dan tanah yang basah, menciptakan suasana yang unik dan tak terlupakan.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!