NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Janda / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:357.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

D ~ Bab 27

Sebelumnya saya ingin mengucapkan banyak terima kasih, terima kasih Kakak🙏

Alhamdulillah karya sederhana ini berhasil dikontrak dan lolos 20 bab terbaik 🙏🥹.

Terima kasih banyak ya Kak atas dukungan luar biasanya ini🙏🙏❤️❤️❤️❤️❤️🌹🌹🌹🌹

Semoga kebaikan Kakak semua, dibalas berkali-kali lipat oleh Tuhan Yang Maha Esa, diberikan kesehatan, kebahagiaan dan kelancaran rezeki ... Aamiin 🤲 🥰

......................

“Salah satunya bisa membuat seseorang lupa diri, berhalusinasi seolah melakukan hal yang disenanginya! Paling ampuh tu buahnya, ada suami teman ku yang bercerita kalau getah atau sari buah dioleskan pada Burung lakiknya, tak lama kemudian langsung berdiri meminta pelepasan, istilah sederhananya semacam obat kuat lah, menambah durasi dan tentu saja lebih memuaskan!”

Penjelasan detail dari Winda, menambah rasa panas hati Fikar.

‘Aku yakin belum menjebol perawan mu, Dhien! Ternyata kau licik jua, tapi tak apa … bila dalam ikatan halal diri ku gagal, maka haram pun bakalan ku terabas dan libas!’

“Abang belum jawab pertanyaan ku, apa betul kalau Dhien belum pernah Abang gauli?” Winda mengulang pertanyaannya.

“Jelas sudahlah! Kalau tak, mana mungkin ku cerai! Nya tu betulan tak enak rasanya, becek, longgar!” Fikar kembali mengelus punggung Ayam nya.

“Yakin? Kok aku merasa, si Dhien memanipulasi malam pertama kalian? Tapi, pas waktu tu … kami juga mendengarnya merintih menangis lirih,” ucap Suci dengan raut bingung.

“Ya jelas lah! Siapa yang tak mendesah bahkan merintih bila ku masuki,” dustanya, tentu dirinya enggan bercerita yang sebenarnya, hal tersebut bisa menurunkan harga diri serta dianggap tidak perkasa, apalagi ada si Indri, selingkuhannya.

“Ya sudahlah! Buang-buang waktu saja aku kesini. Padahal tadi berharap mendapatkan berita besar, tak tahunya malah zonk!” Winda yang sedari tadi berjongkok kini berdiri.

“Ayo, Ci! Kak Indri pulang jalan kaki saja lah, aku malas balik lagi kerumah!”

Begitu sosok Suci dan Winda sudah pergi menaiki motornya, kini Indri yang digiring masuk ke dalam gudang tempat di mana Dhien dulu hendak digauli oleh Fikar.

Tanpa sungkan apalagi malu-malu, Indri langsung melucuti pakaiannya, begitu juga dengan Fikar. Pasangan haram itu saling menyerang, mendesah sampai sama-sama memuntahkan cairan lengket.

“Kapan suami bodoh mu tu berangkat kerja ke Kota kabupaten, Ndri?”

“Minggu depan mungkin, sebetulnya aku sudah malas dengannya, bodoh betul dirinya dalam urusan ranjang, gayanya hanya itu-itu saja! Tapi, apa mau dikata … keluarga ku terlanjur berhutang kepada Nek Blet.” Indri menelusup kan wajahnya pada dada Fikar, mereka menempel tanpa adanya penghalang kain.

“Tak apalah, hitung-hitung ada yang memberimu makan gratis tanpa perlu bersusah payah kerja keras. Perihal kepuasan, kau bisa berbagi peluh denganku!” Fikar mencubit pucuk dada Indri.

“Pakai lagi pakaian mu! Sebentar lagi Mamak ku pasti pulang dari ladang!”

Mereka berdua kembali mengenakan pakaian yang tadi berceceran di samping ranjang berderit.

Cup.

Fikar melumat habis bibir sang selingkuhan, meremas payudara serta bokongnya, lalu melepaskan begitu saja.

Si gatal bertemu dengan si penghianat, sama-sama pasangan bejat tidak bermoral, kalimat itu pantas untuk Fikar dan Indri yang sudah menjalin hubungan terlarang hampir setahun ini.

Fikar keluar dari gudang, mengambil plastik yang tergeletak di atas tanah. “Dengan ini kau menipuku, jadi jangan salahkan bila aku melakukan hal yang sama! Tunggu pembalasanku Dhien!”

***

“Ember, tangguk, karung, plastik, cangkul, parang … apalagi ya yang belum?” Meutia sedang mengecek barang bawaannya, hari ini dirinya akan pergi menguras rawa-rawa di balik bukit.

“Kau hendak menguras rawa-rawa atau mau pergi berkemah, Tia? Apa pulak bawa terpal, dua rantang susun, satu janjang kelapa muda, daun pisang, apalagi ni?” Dhien membongkar karung besar yang berisi khusus makanan.

“Jangan ada yang dikurangi, Kak! Nanti tu berguna di sana! Ayo kita pergi, Tia sudah tak sabar berpetualang.” Meutia cepat-cepat mengikat karung besarnya, takut bila Dhien mengeluarkan isinya.

“Kakak kami sudah siap!” Trio Cebol datang dengan membawa pelepah pinang, mereka hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan.

“Bantu aku angkut ni, taruh di pelepah kalian!”

“Masak sebanyak ni, Kak? Kita mau memberikan makan Ikan apa menangkap Ikan?” tanya Ayek keheranan, tetapi tetap menaruh barang tadi.

“Tak boleh banyak tanya, bisulan nanti pantat kalian!”

“Apa hubungannya cobak? Setahu ku, bisulan tu karena menduduki bantal, bukan disebabkan nanya terus-terusan,” ujar Danang.

“Kau macam tak tahu Meutia saja! Apapun nya capak, demi melancarkan aksi tak masuk akalnya tu!” Dhien mencibir Meutia, dia sendiri hanya membawa ember, dan parang terikat di pinggang.

“Sudahlah, yang waras mengalah!” Nirma menengahi.

Tentu Meutia tidak terima, tetapi melihat mata Dhien yang melotot sempurna, dia hanya mendengus.

Bersama-sama mereka berjalan ke arah bukit dibelakang rumah Agam Siddiq.

“Berat kali lah ni, sampai rasanya bol ku hendak keluar, lantaran mengejan menarik beban!” Ayek mengelap keringat di keningnya, dia menarik 7 buah kelapa.

“Tak apa, Yek! Anggap saja belajar menarik beban dosamu di masa depan,” jawab Meutia santai, dia sendiri hanya memanggul cangkul.

Nirma mendekati Ayek, membantu menarik pelepah pinang, mereka sedang menaiki bukit, setelahnya baru turun dan langsung bertemu rawa-rawa.

Dhien dan Amala membantu Rizal serta Danang, kasihan melihat dua anak laki-laki itu yang kesusahan.

“Kau memang banyak kurangnya, Tia! Kurang di hajar, dibanting, dilibas! Bisa-bisanya merepotkan macam ni!” Dhien menggerutu.

“Sekarang saja memarahiku, awas saja nanti meminta jatah makan! Tia melakukan ini juga demi perut kita tak kelaparan, dasarnya kalian saja yang lemah, baru menarik segitu saja mengeluh!” Meutia yang kesal berjalan cepat, tetapi kakinya tersangkut rumput liar menjalar.

Auh … nyaris saja Meutia terjatuh dan terguling-guling, beruntung dirinya cepat tanggap, menancapkan cangkul pada tanah yang berhasil menopang nya sehingga tidak kehilangan keseimbangan badan.

Terpal sudah digelar, barang-barang bawaan tersusun diatasnya.

Dhien dan lainnya bersiap masuk rawa-rawa yang airnya sudah terlihat menyusut nyaris mengering.

***

Di sisi lain.

Dua orang pemuda terlihat turun dari motor sport, berjalan memasuki kedai warung yang ada di lingkup puskesmas dan kantor lurah, memesan dua gelas kopi pahit.

“Sepertinya kalian bukan orang sini? Kalau boleh tahu, dari mana?” tanya Makcik penjaga warung.

“Kami memang bukan warga sekitar sini, Makcik. Hanya pendatang yang ingin bertamu,” kata Ikram, setelah berhasil melewati masa patah hati, dirinya kembali penasaran.

“Oh … rumah siapa yang hendak dituju? Atau kalian belum tahu letaknya dimana?”

“Kurang lebih macam tu lah, Makcik. Kami mencari rumah keluarga Bapak Abdul Siddiq,” Yudi menekankan kalimat pertanyaannya, Sudah lelah dirinya kesasar terus.

“Kalau hunian Beliau, paling gampang ditemukan! Jalan saja lurus sampai melewati 2 bukit, nanti kalian akan melihat bangunan rumah dua tingkat di sebelah kanan. Nah … itu rumah Bang Agam, anak sulungnya almarhum Bapak Abdul Siddiq. Rumah mereka paling bagus di desa ni!”

“Kemarin rasanya sudah lebih dari 6 kali kita melewati rumah batu bata merah tu, Ikram. Mana ada warungnya lagi, mengapa tak singgah dan pura-pura bertanya atau sekedar basa-basi, malah melalang buana entah kemana!” Yudi menggeram, berkata lirih.

“Namanya belum ditakdirkan bertemu, jadi harap maklumlah kalau melewati jalan berliku terlebih dahulu,” jawab Ikram, seraya menyeruput kopi.

Yudi yang sudah geram, jadi berani bertanya tanpa memikirkan peringatan dari Ikram.

“Kalau boleh saya tahu, apa betul almarhum Bapak Abdul Siddiq memiliki anak perempuan yang bernama Meutia, Makcik?”

“Betul, nya si bungsu! Kami menyebutnya ‘Kancil banyak akal’!”

“Apa Meutia sudah bersuami, Makcik …?”

.

.

“Abang? Mengapa sampai menyusul kesini …?”

.

.

Bersambung.

1
Mawar Hitam
Ohbyangbdibaqa je rumah sakit tu si Samson toh..
Mawar Hitam
Ya..si Winda mau dilamar Polisi pun tak jadi. Barang aisa siapa mau ambil rugi.

Hanya akan jadi samsak si Dhien aaja kau ni.
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 𝚜𝚌𝚘𝚛𝚙𝚒𝚘 🦂
thor.. kau mengingatkan ku pada masa2 sulit di masa lalu😭😭😭😭
Jamilah Dwi
ternyata kena prank, ku pikir ikram melamar meutia ke bang agam, ternyata samson berubah bentuk 🤣🤣🤣
Mawar Hitam: iya. aku juga sama kak..Kupikir Ikram.audah tak awsat dengar suami mwtia yg akan di bawa kw Rumah sakit.
total 1 replies
Fia Ayu
Lah ku kira omongan ini untuk si ikram,kena pranknya aku😭🤣
Ismi Asih
thor winda ini apa gak suster winda yg temen nya dokter rani ? yg kawin di semak²
Zidni Zakir
mudh2n jodoh dien itu bang dzikri /Whimper/
Masita
ya allahh tia paokkk 😭😭😭🤣🤣🤣🤣
Masita
dhien kowe dirasani anak buahmu 🤣🤣
ra nduwe wedi trio cebol iki 🤣🤣
Masita
ehhh mbuh tia 😭🤣
jan nyebut tenanan 🤣
jawir
Temen jadi demen ya ga apa2, sah2 aja ,,jgn di ambil paitny klu ada2 apa nanti persahabatan jd rusak ,y siapa tau dengan rasa yg tulus itu akan membawa mereka bersatu, menua bersama, hingga rambut memutih saling menjaga sampai maut memisahkan
maka udah selayaknya saling meraba perasaan masing2 ,menegaskan tanpa merasa risih hingga harus jd kakak beradik percayalah ga akan bisa jg karena hati yg sudah bertaut
jawir
Dalam kali kata2mu meutia ,teryata sesayang itu ya kalian pada Dhien ..jd teeharu aku tuh
Rehaan Aamir
Q Malah Tertarik Sama Kelanjutan Kehidupan Nirma&Byakta Thor...Meskipun Trio Cebol Juga Mungkin Bkln Menarik Krn Yg Ada Dalam Bayangan Q Seperti Film Laskar Pelangi....
Nayla Nachifaa
Luar biasa
Yuli a
dipaksa apa Tia...?? dipaksa nikah sama ikram Tah..???
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kenapa baca surat nya Dzikri ikutan sedih gitu
sedalam itu rasamu buat Dhien
nah bangkit Dhien tunjukkan kamu setegar karang yang ga bisa dihempas siapapun
Bang Fay
seru banget semakin penasaran bagaimana langkah yg akan di lakukan oleh keluarga Fikar
Bang Fay
pertemukan Dhien dgn zhi dalam mahligai rumah tangga
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
untung ada amala yang bisa ngasih tau Emak inong soal Dhien . tapi gimana pun emak inong kan ibunya pasti ada lah firasat dia ga enak ttg dhien
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
apa ini yang dikasih buat dititipkan ke Dhien
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!