Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis yang sama sikap berbeda
Setelah kejadian malam itu Adipati Ling Yun selalu berada di tempat kerjanya yaitu di prajurit pengawal kekaisaran. Dia tidak pernah menyangka akan memiliki perasaan bersalah dalam hatinya. Di antara tumpukan dokumen yang menggunung di meja kerja. Dia sesekali memperhatikan tangan kirinya. Dirinya ingat betul cengkeraman di leher istrinya tidak ia tekan tapi cukup kuat. Gadis di depannya bahkan tidak bergeming hanya menatap penuh rasa kecewa yang dalam. Pandangan mata samar penuh luka itu terus ia ingat.
Dia tidak pernah kehilangan kendali akan dirinya sendiri. Tapi di hari itu emosinya meledak begitu saja. Mungkin juga kerena dia baru saja mendapatkan kabar lain tentang Ayah mertuanya. Mata-mata memberitahukan jika Ayah mertuanya telah menghidupi prajurit pribadi di bawah kendalinya. Niat ini terlihat sangat jelas sebagai sebuah pemberontakan. Namun Adipati Ling Yun tidak memiliki bukti jelas. Sehingga tidak mampu mengungkapkan kehadapan publik.
Dari arah pintu masuk Ketua Guo Dong mendekat, "Adipati penyergapan telah siap. Hanya tinggal menunggu perintah dari anda."
Dokumen di tangan di letakkan. "Pastikan dia tidak kabur lagi." Bangkit dari tempat duduknya. Adipati Ling Yun mengambil jubah tebal yang tergantung di sisi kanan meja kerja baru setelahnya pergi.
Di ujung selatan ibu kota, semua persiapan penyergapan buronan tingkat satu telah mencapai tahap siaga. Sekitar dua puluh prajurit pengawal kekaisaran tingkat dua bersiaga di tempat mereka masing-masing. Aba-aba dari Jenderal utama prajurit pengawal Kekaisaran yang merupakan Adipati Ling Yun telah bersiap. Satu lambaian tangan membuat dua puluh prajurit pengawal kekaisaran tingkat dua bergerak beraturan menyerbu tempat rahasia buronan tingkat satu.
Buronan itu telah terkepung dan tidak mampu melawan lagi. Tubuhnya di ikat kuat di tanah oleh dua prajurit pengawal kekaisaran. Adipati Ling Yun mendekat perlahan. "Bawa. Aku sendiri yang akan mengintrogasinya."
"Baik."
Prajurit pengawal kekaisaran bergerak pergi meninggalkan tempat pengepungan.
Adipati Ling Yun diam menatap kearah pondok kecil yang terlibat usang.
Ketua Guo Dong mendekat. "Adipati."
"Katakan saja. Jangan seperti pengecut," saut Adipati Ling Yun dingin.
"Saya hanya ingin bertanya. Apakah karena perkataan saya beberapa waktu lalu yang membuat anda tidak pernah kembali lagi kekediaman? Jika benar begitu. Ini merupakan salah satu tanggung jawab saya." Ketua Guo Dong masih memperhatikan jawaban yang akan ia dapatkan. Perasaan bersalah itu terlalu menganggu pikirannya.
Adipati Ling Yun membalikkan tubuhnya berjalan pergi. Dia berkata, "Apa aku sebodoh itu?" melirik kearah bawahannya.
"Tentu tidak."
"Semua kabar yang beredar di sebarluaskan dari kediaman Xiao. Orang di balik ini semua ingin mengikat nama ku dan Nyonya muda agar jatuh bersama dengan rumor yang beredar. Pria itu cukup kejam dengan putrinya sendiri." Jelas Adipati Ling Yun berjalan pergi menuju kudanya.
"Tapi kenapa malam itu." Ketua Guo Dong menghentikan ucapannya. Dia tidak sengaja melihat Adipati Ling Yun mencekik leher istrinya.
Tangan Adipati Ling Yun berhenti di kekang kuda. "Kamu melihatnya?"
"Iya."
"Mungkin karena aku cukup muak dengan sandiwaranya. Bersikap baik di hadapan ku juga keluarga Ling hanya untuk mendapatkan informasi dan di berikan kepada Ayahnya," jelas Adipati Ling Yun yang langsung melompat naik keatas kudanya. "Ciahh..." kuda di pacu pergi di ikuti bawahannya.
Sesampainya di kamp militer prajurit pengawal kekaisaran Adipati Ling Yun langsung menuju kearah penjara. Tatapan dingin itu terlihat jelas membuat semua tahanan tidak berani menatapnya. Bahkan semua tahanan menghindar menuju ujung ruangan meringkuk ketakutan.
Di salah satu ruangan pria muda itu masuk di ikuti Ketua Guo Dong yang sudah siap dengan alat penyiksaan.
Pria usia empat puluh tahunan yang telah terikat di dinding ruangan penyiksaan menatap tidak perduli.
Adipati Ling Yun menatap semua alat penyiksaan. "Aku tidak membutuhkannya. Kita buka titik embun."
"Baik." Ketua Guo Dong menyimpan semua alat penyiksaan di ujung ruangan lalu pergi ke arah tahanan. Dia menarik tali tipis di samping kiri. Setelah tali di tarik perlahan air menetas setiap satu detik dari atas langit-langit ruangan.
"Hahaha... Apa kalian bercanda? Apa ini juga yang di maksud penyiksaan terkejam? Cuihh..." tawanan itu tertawa kencang dan meludah.
"Jangan hentikan sebelum dia mengaku." Adipati Ling Yun pergi begitu saja setelah memberikan perintah.
"Baik."
Ketua Guo Dong duduk santai mengawasi tawanan yang terus tertawa penuh kesombongan.
Di luar ruangan tahanan seorang prajurit pengawal kekaisaran mendekat. "Adipati di kediaman anda terjadi masalah."
Pria muda itu mengerutkan keningnya setelah mendapatkan kabar. Dia segera pergi kembali ke kediamannya. Semua pintu masuk telah di kunci panjagaan juga semakin di perketat. Dia berjalan menuju kearah halaman kediaman Nyonya besar.
Di luar kamar Nyonya utama sudah diam penuh rasa khawatir. "Yichen."
"Bagiamana keadaan Nenek?" Adipati Ling Yun menatap kearah ibunya.
"Xinyi dan tabib sedang menyelamatkan Ibu."
Adipati Ling Yun menyatukan alisnya menatap ibunya. "Dia?"
"Ibu juga baru tahu jika Xinyi pernah belajar pengobatan bersama pamannya. Bahkan berkeliling menjadi tabib bersama pamannya." Nyonya utama Ling meraih tangan putranya. "Yichen. Dia tidak seperti ayahnya. Gadis itu telah hidup bersama pamannya selama sepuluh tahun. Jangan terlalu keras kepada istrimu sendiri. Dia juga gadis yang malang."
Adipati Ling Yun hanya diam.
Pintu kamar di buka. Xiao Xinyi keluar menatap suaminya sebentar lalu melihat kearah Ibu mertuanya. "Keadaan Nenek sudah stabil."
"Syukurlah." Nyonya utama mengelus dadanya setelah mendapatkan kelegaan di hatinya. Dia meraih tangan menantunya. "Jika kamu tidak segera memberikan penanganan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan Ibu. Xinyi terima kasih banyak sudah menyelamatkan Ibu." Air mata Nyonya utama menetes perlahan.
Xiao Xinyi hanya tersenyum hangat menanggapi.
"Aku akan melihat keadaan Ibu di dalam." Nyonya utama Ling masuk kedalam ruangan kamar.
Di luar, Xiao Xinyi hanya diam tidak ingin terlalu menanggapi kehadiran suaminya.
"Kamu bisa ilmu pengobatan?" suara berat dari Adipati Ling Yun terdengar tidak terlalu ingin berbicara.
"Em," Xiao Xinyi menjawab seadanya. Dia mengerutkan keningnya. Rasa sakit di dadanya perlahan terasa lebih kuat. Obat pereda rasa sakit masih belum mampu ia dapatkan dari Ayahnya. Gadis itu masih kekeh dengan pendiriannya tidak ingin menjadi boneka Ayahnya sendiri. Penglihatannya perlahan menjadi kabur tubuhnya hampir terjatuh. Namun di tahan suaminya.
"Kamu kenapa?"
Mendengar pertanyaan itu Xiao Xinyi menjadi sadar kembali. Dia melepaskan dirinya dari pelukan suaminya. "Hanya sedikit pusing." Dia menatap kearah suaminya memberikan hormat lalu pergi.
Adipati Ling Yun menatap punggung gadis muda yang berlalu pergi dari halaman kediaman Neneknya. Sikap yang di tunjukkan istrinya sangat berbeda. Tidak seperti hari-hari sebelumnya menjadi gadis tenang dengan tatapan kelembutan.
