Raisa memiliki prinsip untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Awalnya Edgar, suaminya menerima prinsip Raisa itu. Tapi setelah 6 tahun pernikahan, Edgar mendapatkan tekanan dari keluarganya mengenai keturunan. Edgar pun goyah dan hubungan mereka berakhir dengan perceraian.
Tanpa disadari Raisa, ternyata dia mengandung setelah diceraikan. Segalanya tak lagi sama dengan prinsipnya. Dia menjadi single mother dari dua gadis kembarnya. Dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama karena merasa keluarga itu telah membenci dirinya.
Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan lagi tanpa sengaja. Di saat itu, Edgar sadar kalau dirinya telah menjadi seorang ayah ketika ia sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya yang baru.
Akankah kehadiran dua gadis kecil itu mampu mempersatukan mereka kembali?
Follow Ig : @yoyotaa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Raisa pikir, Elsa sudah pulang sejak kejadian tadi. Tapi ternyata, wanita itu masih berada di restoran padahal kini dirinya akan pulang ke rumah.
"Mba, tolong jelaskan kenapa Mba menyembunyikan kehadiran si kembar!?" tanya Elsa yang sedikit dengan nada tingginya.
Raisa yang tidak suka jadi pusat perhatian, apalagi orang-orang mulai melihat ke arah mereka berdua. Dia langsung mengajak Elsa untuk berbicara di tempat biasanya ia menghirup udara segar selepas lelah memasak di dapur.
Disana suasana terlihat canggung, Elsa yang tadinya sudah berapi-api malah sekarang terlihat sudah mereda. Tapi ternyata, Raisa salah menduganya.
"Aku tidak tahu kalau Mba ternyata sejahat ini! Aku bersyukur, Mas Edgar sudah berpisah dari Mba."
"Bisakah kita bicara dengan kepala dingin? Aku tidak akan membela diriku, tapi aku juga tidak akan diam saja kalau kata-kata itu terus keluar dari mulut kamu Elsa. Kamu tidak tahu apapun, jangan bicara seenaknya."
Elsa mendengus sebal. Tapi ia tetap menuruti apa yang diucapkan oleh Raisa. Karena pada masanya, Raisa pernah menjadi bagian dari keluarganya yang begitu ia sayangi. Mungkin sampai sekarang pun masih, mungkin.
"Aku tidak akan membohongi kamu karena kamu memang sudah bertemu si kembar. Sangat sulit memang, kalau kamu tidak percaya si kembar adalah anak Edgar. Bentuk wajahnya, garis wajahnya bahkan senyumnya memang persis sekali dengan Edgar. Apalagi rambut hitam pirangnya yang menjadi ciri khas dari keluarga kalian. Benar, mereka adalah anak-anak dari Edgar. Aku bukan tanpa sengaja menyembunyikan kehadiran mereka. Aku punya alasan, dan kamu tidak harus tahu alasan itu. Intinya, aku hanya meminta satu hal dari kamu. Jangan kasih tahu Edgar."
Seketika Elsa langsung berdiri karena saking kesalnya mendengar ucapan Raisa yang melarangnya untuk memberitahukan berita sepenting ini ke kakaknya.
"Aku tidak berencana untuk menyembunyikan ini selamanya. Aku akan memberitahukannya di waktu yang tepat. Edgar memiliki tunangan, kan? Aku ingin menjaga perasaan wanita itu."
Untuk sejenak, Elsa jadi terdiam dan duduk kembali. Apa yang diucapkan Raisa benar juga. Jika kakaknya tahu dirinya memiliki anak, pastinya Edgar akan memilih untuk membatalkan pernikahannya dan ingin kembali bersama Raisa. Lantas bagaimana dengan Tamara yang begitu mencintai kakaknya dan sudah dia anggap menjadi keluarganya sendiri?
"Baiklah, aku tidak akan memberitahukannya ke Mas Edgar. Tapi tidak janji, bisa saja mulut ini keceplosan."
Elsa pun beranjak pergi dari sana. Raisa yang tadinya terlihat kuat dan tegar menghadapi Elsa kini semakin terlihat bahwa dirinya rapuh. Ia meneteskan air matanya.
Dirinya jahat, iya memang jahat telah menyembunyikan kehadiran si kembar dari keluarga Gautama. Tapi mau bagaimana lagi, dirinya pun takut, kalau si kembar tak akan diterima di keluarga itu, karena Raisa sadar betul dirinya telah membuat kesalahan pada Mama Ola yang begitu menyayangi dirinya dulu. Ketika wanita itu mulai membencinya, rasanya hatinya tercabik-cabik begitu dalam.
Ingatannya kembali pada beberapa tahun lalu.
"Ca, kumohon, satu anak saja Ca. Cuma satu."
"Gar, kenapa sih kamu harus nurutin keluarga kamu? Padahal jelas-jelas di awal kamu setuju-setuju aja dengan prinsipku! Kamu yang lebih tahu gimana kondisi mentalku bukan mereka Gar."
"Iya aku paham Ca. Tapi mama ingin cucu dari kita."
"Aku pikir mama mengerti keadaanku, tapi kenapa mama malah terus memaksaku untuk memperoleh keturunan? Dia benar-benar tak tahu apapun soal diriku. Harusnya kamu bilang sedari awal saja kalau kita menikah tanpa menginginkan hadirnya anak di antara kita, Gar."
Tanpa Raisa sadari, rupanya Mama Ola mendengar perbincangan keduanya. Dia awalnya terkejut karena ternyata Raisa yang memang tidak ingin memiliki anak. Sejujurnya dia tidak masalah kalau Edgar dan Raisa jujur sedari awal. Tapi hatinya begitu sakit ketika dibilang tidak mengerti apapun soal Raisa. Bagian mananya yang dia tidak mengerti?
Mama Ola membiarkan Raisa masuk ke dalam keluarganya padahal asal-usul Raisa yang bisa membuat keluarga Gautama tercoreng nama baiknya. Mama Ola menyambutnya dengan tangan hangat dan menganggapnya sebagai putrinya sendiri, bahkan jika dilihat orang lain, mungkin saja Raisa akan terlihat sebagai anak kandungnya daripada Edgar yang kenyataannya adalah putranya sendiri.
Apa semua itu tidak terlihat sama sekali di mata Raisa? Mama Ola begitu kecewa dengan Raisa sampai ia pun masuk ke dalam kamar Raisa dan Edgar sambil mengungkapkan kekecewaannya.
"Mama benar-benar kecewa, Ca."
Setelah mengatakan itu, Mama Ola pergi dari sana ke ruang keluarga.
Raisa yang terkejut karena Mama Ola mendengarkan perdebatannya dengan Edgar langsung menyusulnya. Ia sadar betul telah mengucapkan kata-kata yang melukai wanita yang begitu disayanginya melebih dia menyayangi Edgar.
Di ruang keluarga itu, Mama Ola menangis. Raisa datang dan langsung meraih tangan Mama Ola yang langsung dihempaskan begitu saja oleh wanita itu.
"Ternyata kamu berpikir mama tidak tahu apapun tentang kamu. Lantas kamu anggap apa semua yang Mama lakukan selama ini? Mama kecewa, sangat kecewa sama kamu! Kalau soal anak, Mama memang menginginkan cucu dari Edgar, tapi jika kamu memang belum siap, tidak apa-apa. Mama mengerti banyak hal yang kamu takutkan. Tapi kenapa kamu harus menyakiti hati Mama, Ca! Kenapa?"
Raisa menangis karena tidak tahan melihat hati Mama Ola terluka. Mau berkilah apapun dia memang sudah melukai hati Mama Ola.
"Kamu yang dianggap kotor oleh orang di luar sana, kami rangkul kamu dan menjadikan kamu bak barang berharga di keluarga ini. Tapi kenapa, yang kamu berikan justru duri-duri tajam yang begitu menyakitkan?"
"Maafkan aku, Ma."
Raisa terus menangis sambil mencoba mencium tangan Mama Ola.
"Aku sudah marah dan tak mau bicara apapun padamu lagi Raisa."
Seketika tangis Raisa jadi semakin kencang karena panggilan yang disematkan oleh Mama Ola bukan lagi Caca melainkan Raisa.
"Sekarang terserah kamu saja dan Edgar. Mama sudah tak mau mengurusi kalian. Mau kalian pnya anak atau tidak. Mama tidak akan meminta lagi."
Sejak saat itulah hubungan Raisa dan Mama Ola jadi merenggang dan Mama Ola terlihat begitu membenci dirinya. Dan beberapa bulan setelahnya, dirinya pun berpisah dari Edgar. Tak ada kata perpisahan yang ia ucapkan kepada Mama Ola. Walaupun ingin mengucapkan maaf sekali lagi, dirinya terlalu takut untuk semakin dibenci. Dia pergi dari kediaman Gautama ketika gelap gulita, ketika semua keluarga Edgar sudah terlelap dalam tidurnya. Ia juga meninggalkan surat cerai yang sudah ia tanda tangani di atas nakas meja kamarnya bersama Edgar.
Jika mengingat masa lalu itu lagi, hati Raisa begitu hancur. Dia begitu merindukan hangatnya pelukan Mama Ola. Merindukan dimanja oleh wanita itu. Semua tentangnya selalu dirindukan oleh Raisa. Tapi sekarang, sudah tak ada lagi karena kesalahannya sendiri.
"Maafkan aku, Ma."
*
*
TBC