Alexander, The Hidden CEO

Alexander, The Hidden CEO

PROLOG - HAPPY BIRTHDAY

"Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday. Happy birthday to youuu!!" semua orang di dalam ruangan tersebut tampak bernyanyi dengan kencang dan memperlihatkan wajah penuh kebahagiaan.

Hari ini, tepat lima belas tahun usia seorang gadis cantik yang merupakan putri bungsu Keluarga Willfred, Pearly Hazel Willfred. Gadis cantik dengan mata bulat dan manik berwarna abu abu kecoklatan. Gaun cantik tersemat dengan begitu indah di tubuh rampingnya.

Pearl, begitu biasa ia dipanggil, bagai mutiara di dalam Keluarga Willfred, yang sangat dijaga dan disayangi. Semua keinginannya selalu dipenuhi oleh kedua orang tuanya dan kakak laki lakinya. Ia hidup berkelimpahan dan semua terasa begitu sempurna baginya.

"Tiup lilinnya, sayang. Tapi sebelum itu berdoa dulu dan ucapkan keinginanmu," ucap Mom Lady, Ibu Pearl.

Pearl tersenyum dengan cantik. Ia memejamkan mata dan mengucapkan keinginannya di dalam hati. Setelah itu, ia berdiri tepat di depan kue ulang tahun dengan lilin bertuliskan angka lima belas.

Suara petir menggelegar di luar dan hujan deras yang turun seakan tak mengganggu acara perayaan ulang tahun Pearl karena cuaca dingin di luar, sama sekali tak menghilangkan kehangatan di dalam rumah.

Baru saja Pearl ingin meniup lilin yang ada di atas kue ulang tahunnya, seorang petugas penjaga keamanan yang biasa berada di pos depan Mansion berlari ke dalam dengan wajah yang sulit untuk diartikan.

"Tuan Willfred," sapa petugas penjaga keamanan bernama Bobby tersebut.

Seketika acara peniupan lilin itu terhenti sejenak. Tuan Willfred yang melihat salah satu pegawainya itu pun melangkah mendekat.

"Ada apa?" tanya Tuan Willfred dengan wajah yang menatap tajam ke arah Bobby.

"Maaf mengganggu acara ulang tahun Nona muda, tapi di luar ada tamu," jawab Bobby.

"Tamu?"

"Seorang gadis, Tuan. Usianya sepertinya sama dengan Nona Muda," jelas Bobby lagi.

"Apakah itu mungkin sahabatmu, sayang?" tanya Mom Lady sambil merangkul putrinya.

"Diana sedang pergi keluar negeri, Mom. Atau mungkin ia kembali untuk memberi kejutan padaku?" tanya Pearl dengan wajah gembira penuh senyuman.

Tuan Willfred dan Nyonya Lady pun meminta Bobby untuk mengijinkan gadis itu masuk. Namun sebelum Bobby sempat memutar tubuhnya, gadis itu tampak sudah melangkahkan kaki ke depan pintu.

Seluruh anggota keluarga tampak memperhatikan sosok seorang gadis di ambang pintu. Gadis itu menggunakan gaun selutut yang telah basah karena kehujanan, sambil memeluk sebuah kantong plastik berwarna putih. Gadis itu terlihat sangat kotor dan berantakan dengan penampilannya saat ini.

Gadis itu mengangkat wajahnya dan memindai ke sekeliling rumah. Ia melihat betapa besar dan indah rumah itu. Ia juga melihat seorang gadis dengan gaun cantik dan penampilan yang begitu anggun, tengah berdiri di belakang sebuah kue ulang tahun yang lilinnya masih menyala.

"Itu adalah tempatku, itu seharusnya adalah posisiku. Aku yang seharusnya berdiri di sana, menikmati harta dan kasih sayang itu, bukan dia," batin gadis itu.

"Mom, siapa dia?" bisik Pearl pelan di telinga Ibunya.

"Mommy tidak tahu, sayang," jawab Mom Lady.

Sementara itu, Tuan Willfred dan putra pertamanya, Brian Patrick Willfred, melangkah mendekat. Nyonya Lady pun menggandeng tangan Pearl untuk mengikuti langkah suami serta putranya, meninggalkan kue ulang tahun dengan lilin yang masih menyala di atasnya.

"Siapa kamu dan apa keperluanmu?" tanya Tuan Willfred.

"Selamat malam, Tuan. Maaf mengganggu acara keluarga anda. Perkenalkan nama saya Merva. Saya adalah .... putri kandung anda."

Ucapan Merva seketika membuat semua yang ada di sana terdiam. Brian yang pertama kali tersadar dari lamunannya.

"Jangan asal bicara dan mengaku sebagai putri Keluarga Willfred. Apa kamu memiliki bukti untuk semua yang kamu katakan?" tanya Brian.

"Maaf jika saya membuat anda semua kaget dan tentu tak percaya. Namun, saya membawa bukti akan apa yang saya ucapkan," Merva mengeluarkan sebuah map dari dalam kantong yang ia pegang, kemudian memperlihatkannya pada Brian.

"Di dalam adalah akte kelahiranku. Aku lahir tepat hari ini, sama seperti putri anda," ucap Merva.

"Tanggal kelahiran yang sama bukan berarti bahwa kamu adalah putri kandung keluarga Willfred. Kalau seperti itu, semua orang juga pasti akan mengaku," ujar Brian dengan tatapan tajam.

Merva kembali mengeluarkan sebuah map yang menyatakan bahwa golongan darah yang ia miliki sama seperti kedua orang tua kandungnya, yakni Tuan Willfred dan Nyonya Lady. Namun lagi lagi Brian tak menerima alasan itu. Hingga akhirnya Merva mengeluarkan sebuah gelang kecil berbentuk bulat berwarna silver, dengan bunga cantik berwarna pink sebagai pemanisnya.

"Gelang itu ...," gumam Nyonya Lady.

"Maaf jika aku harus melakukan ini," Merva membuka rok gaun terusan yang ia kenakan, dan menunjukkan tanda lahir yang ia miliki di pahha kanannya, serta sebuah foto di mana Nyonya Lady sedang berfoto bersama seorang bayi dengan tanda lahir yang sama seperti yang dimiliki oleh Merva.

"Dan wanita yang ada di sebelah anda ini adalah ibu angkatku, wanita yang telah menukarku dengan bayi lain yang saat ini menjadi putri anda," ucap Merva menjelaskan.

Nyonya Lady terdiam. Ia mengingat saat ia melahirkan. Bayi yang ia lahirkan memang memiliki tanda lahir seperti yang dimiliki oleh Merva. Namun saat itu ia mengalami perasaan panik dan gelisah saat tak menemukan bayinya sesaat setelah keluar dari kamar mandi, padahal bayinya baru saja dibawa keluar oleh seorang perawat.

Ia bahkan berteriak dengan kencang hingga suaminya yang keluar sebentar untuk membeli kopi pun langsung berlari menemuinya. Wanita di sampingnya adalah pengasuh putranya, Brian. Nyonya Lady memberhentikan wanita itu dengan tidak hormat ketika wanita pengasuh itu membuat Brian terjatuh saat menemaninya bermain di taman rumah sakit, yang akhirnya membuat Brian mendapatkan beberapa jahitan.

"Putriku ...? Mungkinkah?" Nyonya Lady melepaskan genggaman tangannya dari tangan Pearl, membuat gadis yang sedang merayakan ulang tahunnya itu hanya terdiam melihat ke arah tangannya yang tak digenggam lagi oleh Ibunya.

Tuan Willfred dan Brian tentu tidak percaya begitu saja dengan semua yang dikatakan oleh Merva. Berbeda dengan Nyonya Lady yang memiliki sifat perasa dan begitu lembut, ia tentu akan langsung percaya hanya dengan cerita yang terkesan melankolis.

"Mom, berhenti!" ujar Brian.

"Mommy ingin melihat putri Mommy dari dekat, Brian. Lihatlah, pakaiannya basah. Ia pasti kedinginan," ucap Nyonya Lady.

Hati Pearl begitu sakit ketika dengan mudah Ibunya mengakui gadis lain sebagai putrinya, sementara dirinya ditinggalkan begitu saja. Ia memutuskan untuk pergi dari sana, kembali ke kamar tidurnya dengan perasaan kacau.

"Kita akan melakukan test DNA untuk membuktikan semua ucapanmu itu. Apa kamu berani melakukannya?!" tanya Tuan Willfred.

🧡 🧡 🧡

Terpopuler

Comments

Sita Sit

Sita Sit

kasian pearl,baru baca udah nyesek

2024-10-15

0

Sleepyhead

Sleepyhead

Back again...

2024-07-29

0

Ita rahmawati

Ita rahmawati

baru awal tp udh nyesek ya buat pearl,,tp kyknya dia emg anak kandung deh,,trus sengaja buat drama buat balas dendam biar pearl terpisah sm keluarganya 🤔🤔

2024-05-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!