Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Gawat! Ini tidak dibiarkan, aku tidak bisa tinggal diam di sini. Aku harus melakukan sesuatu agar Xavier tidak mengetahui semuanya," gumam Myra berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya.
Dia nampak gelisah, berpikir keras agar rahasia malam itu tidak diketahui oleh Xavier. Bagaimanapun penyusup itu adalah orang suruhannya.
"Lyan, datanglah. Aku membutuhkan bantuan mu," panggil Myra melalui sambungan telpon.
Seorang pengawal berjalan tergesa mendatangi kamar Myra yang bersebrangan dengan kamar Lyra. Ia masuk begitu saja, membuka topi yang menutupi wajahnya.
"Tidak ada yang melihatmu, bukan?" bisiknya cemas. Dia mengunci pintu agar siapapun tak dapat masuk ke dalam kamarnya.
"Aku jamin tidak ada. Ada apa kau memanggilku?" tanya laki-laki itu seraya duduk di sofa tanpa segan.
Myra ikut mendaratkan bokong di sampingnya, terlihat gelisah dan cemas akan nasib dirinya.
"Ada apa? Tidak biasanya kau gelisah seperti ini," ucap laki-laki itu lagi sembari menelisik wajah Myra yang dipenuhi keringat kasar.
"Aku membutuhkan bantuanmu untuk menghabisi seseorang. Dia dibawa Xavier ke dalam penjara bawah tanah. Kau adalah salah satu pengawalnya, dan bisa menyelundup masuk ke sana. Habisi dia, aku tidak ingin kejadian malam ini diketahui Xavier," titah perempuan itu.
Laki-laki bernama Lyan itu menghembuskan napas, diam beberapa saat. Dia tahu peristiwa apa yang terjadi malam itu. Seorang penyusup yang menargetkan Lyra menjadi korbannya. Sayang, semuanya dipatahkan oleh gadis tersebut.
"Ini sedikit sulit. Kemungkinan saat ini Xavier ada di sana," ujarnya sembari melipat kedua tangan di perut.
Myra membelalak, jantungnya berpacu cepat. Dia tidak berharap secepat itu Xavier akan menginterogasi orang suruhannya.
"Tidak! Aku akan mencegah Xavier agar tidak pergi ke sana. Kau harus cepat," katanya pasti.
Laki-laki itu beranjak, menatap Myra ragu. "Pastikan kau bisa menahannya sampai aku menyelesaikan pekerjaanku," katanya yang kemudian pergi melalui jendela kamar Myra.
Gadis itu ikut beranjak, bersiap mencegah Xavier agar tidak pergi ke penjara bawah tanah.
"Pelayan! Katakan pada tuan aku kesakitan, aku juga takut Lyra akan datang ke kamar ini. Cepatlah!" titah Myra pada pelayan yang berjaga di luar kamarnya.
"Baik, Nona!"
Dia pergi untuk menemui Xavier, secara kebetulan laki-laki itu keluar dari kamarnya hendak pergi ke penjara bawah tanah diikuti oleh sang asisten.
"Tuan! Nona Myra sangat kesakitan, nona juga terus bergumam takut. Tubuhnya menggigil, saya harap Anda mau melihatnya sebentar, Tuan," ucap pelayan itu dengan ekspresi meyakinkan.
Xavier melirik arloji di tangannya, sudah hampir mencapai tengah malam. Ia melirik kamar Lyra yang tertutup rapat sejak kembali dari halaman belakang.
"Baiklah, aku ke sana sekarang," jawab Xavier seraya berjalan menuju kamar Myra untuk melihat kondisi gadis itu. Sementara Tian, akan menunggunya di lantai bawah.
"Myra mencoba mencegah Xavier untuk pergi ke sana. Seandainya tubuh ini tidak kehabisan tenaga, aku ingin sekali datang ke sana memergoki mereka," geram Lyra yang berbaring di atas ranjang dalam keadaan lemah dan wajah yang pucat.
"Nona, apakah racun ini tidak bisa dihilangkan?" tanya Nira cemas melihat keadaan Lyra yang begitu lemah dan menyedihkan.
"Tenang saja, Nira. Satu Minggu kemudian aku akan pulih meski sedikit, asalkan tidak meminum ramuan yang mereka berikan juga makanan yang dikirim ke kamar ini," ucap Lyra menenangkan Nira.
Pelayan kecil itu mengangguk setuju, dia sudah melihat perubahan dalam diri Lyra meski hanya sedikit. Berharap semakin lama akan semakin membaik dan dapat dihilangkan semuanya.
"Kau sudah tahu di mana lokasi dokter itu berada, Nira?" tanya Lyra teringat pada misinya yang akan pergi mengunjungi seorang dokter yang mengasingkan diri di gunung.
"Sudah, Nona. Menurut orang kita dia menetap di sebuah gubuk terpencil di puncak gunung selatan. Dia sudah memastikannya sendiri," jawab Nira dengan yakin.
"Baiklah. Kita harus istirahat dengen cepat dan tunggu berita pagi ini." Lyra tersenyum sinis sebelum memejamkan mata dan hanyut di alam mimpi.
ayok up banyak²