Salahkah seorang istri mencintai suaminya? Walau pernikahannya karena perjodohan kedua orang tua mereka berdua. Tentu tidaklah salah!
Aurelia, gadis desa yang baru saja menyelesaikan sekolah tingkat atasnya, dia langsung jatuh cinta pada calon suaminya Dhafi Basim, pria dari desa yang sama tapi sudah lama pindah dan tinggal di Ibu Kota. Namun, apa yang terjadi setelah mereka menikah, lalu Dhafi memboyong Aurelia untuk tinggal di Jakarta?
"Ampun .. Mas Dhafi, maafkan aku ... ini sakit," teriak Aurelia kesakitan saat tali pinggang suaminya menghujami seluruh tubuhnya.
"Dasar istri kampungan!" maki Dhafi.
Cinta membuat orang buta, begitulah Aurelia wanita yang polos. Berulang kali menerima siksaan dari suami, namun dia tetap bertahan. Tapi sampai kapankah dia bertahan? apalagi suaminya juga berkhianat dengan sepupunya sendiri. Mungkinkah ada sosok pria yang lain menolong Aurelia? Ataukah Aurelia berjuang sendiri membuat suaminya membalas cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhat
Eka anak Bu Tin menyodorkan kotak tisu pada Aurelia, lalu meletakkan sepiring singkong keju di atas meja ruang tamu, sebenarnya wanita itu agak penasaran dengan Aurelia, akan tetapi lirikan mata Bu Tin seolah menyuruh anaknya untuk menjaga warungnya, mau tidak mau dia menuruti lirikan mata Bu Tin.
Sementara itu, Aurelia mengambil tisu tersebut lalu mengusap pipinya yang basah dan kembali meneguk teh hangat yang masih ada di dalam gelasnya, kemudian dia menarik napasnya dalam-dalam.
“Sebenarnya saya malu bercerita Bu, tapi hati saya sangat sakit,” ucap Aurelia, agak bingung harus memulai dari mana, namun dirinya butuh tempat untuk mengadu.
Aib dalam rumah tangga memang sebaiknya tidak diumbar atau diceritakan pada orang lain. Namun, ada hal yang mungkin tidak bisa dihadapi sendiri, butuh orang lain agar dirinya bisa kuat menghadapi masalahnya. Carilah orang yang dapat dipercayai sebagai tempatmu berbagai cerita.
Bu Tin dengan lembutnya mengusap bahu wanita muda itu. “Jika kamu merasa malu, jangan dipaksakan untuk bercerita. Ibu hanya ingin beban kamu atau kesedihan kamu berkurang,” jawab wanita paruh baya itu dengan lembutnya.
Aurelia pun menundukkan kepalanya sejenak, netranya pun kembali basah. “S-saya ba-baru saja melihat suami saya c-ciuman dengan saudara saya, Bu,” ungkap Aurelia dengan bibirnya yang bergetar.
Bu Tin terbelalak, lantas dia memeluk Aurelia kembali. “Astagfirullah, Ya Allah Neng ...,” gumam Bu Tin sembari mengusap Aurelia yang kembali terisak menangis. Wanita paruh baya itu memejamkan matanya sejenak, rupanya kecurigaan dia benar nyatanya.
Dalam pelukan Bu Tin wanita muda itu kembali menangis untuk sekian menit, bayangan adegan tersebut hadir kembali di pelupuk matanya. Usai lelah menangis, Bu Tin mengurai pelukannya dan menatap iba wanita muda itu.
“Sakit hati saya Bu, saya sangat mencintai suami saya ... tapi —.” Aurelia mengantungkan ucapannya, lalu dia menundukkan wajahnya sambil menyeka kembali wajahnya dengan selembar tisu. Kenyataan pahit yang harus dia terima adalah sejak awal suaminya memang tidak mencintainya, dan dia tidak menyangka saudara sepupunya yang begitu baik padanya ternyata kekasih suaminya, wanita yang dicintai oleh suaminya. Miris!
“Ibu bisa merasakan sakit hatimu itu, melihat dengan kepala mata sendiri perselingkuhan suami sendiri. Jika Ibu jadi kamu sudah pasti Ibu akan marah sekali pada kedua orang tersebut, kalau bisa menghajar wanita itu!” ucap Bu Tin geram.
Aurelia menggelengkan kepalanya, bagaimana dia mau marah atau memaki saudara sendiri, posisi dia sejak awal tidak dianggap istri oleh Dhafi, belum lagi ancaman yang akan menjandakan dirinya jika membongkar perselingkuhannya, sungguh Aurelia belum siap menjadi janda muda untuk saat ini.
Bu Tin mendesah saat melihat wajah Aurelia yang pasti tidak mampu marah dan memaki saudaranya sendiri. “Sekarang kamu tenang kan hatimu dulu di sini, jangan pikirkan apapun dulu. Jika pikiran kamu tenang barulah cari jalan keluar dalam rumah tangga kamu, antara memaafkan perselingkuhan suami kamu, atau kamu memilih menyelesaikan permasalahan tersebut. Yang jelas perselingkuhan tersebut ada penyebab pematiknya, mungkin kita sebagai istri banyak kurangnya, atau memang sudah jadi habit suami sendiri,” imbuh Bu Tin menjelaskan.
“Kami menikah karena dijodohkan Bu, tapi saya memang suka dengan suami saya, tapi suami saya —.” Kembali lagi Aurelia mengantungkan ucapannya. Dan Bu Tin langsung memahami kondisi pemicu awalnya.
“Jangan bilang suami Neng tidak mencintai Neng, dan dia sudah memiliki kekasih sebelum menikahi Neng.” Bu Tin langsung menebak ke arah ke sana.
Aurelia yang semula menatap Bu Tin, kembali menundukkan kepalanya sembari mengangguk samar. Helaan napas panjang Bu Tin pun terdengar jelas, dan wanita paruh baya itu pun meneguk air minum miliknya yang ada di atas meja.
“Salahkah aku mencintai suami sendiri, Bu?”
“Tidak ada yang salah,” jawab Bu Tin, kemudian dia kembali meneguk air minumnya.
“Hari gini masih saja ada orang tua menjodohkan anaknya seperti di jaman Siti Nurbaya, tapi tidak selamanya juga perjodohan itu buruk, banyak juga pasangan hasil perjodohan saling mencintai. Ibu tidak mau mendoktrin apa pun saat ini, tapi paling tidak kamu harus menyadarkan hatimu sendiri, apakah patut memperjuangkan rasa cintamu pada suamimu sendiri, setelah melihat perselingkuhan itu. Dan memang tidak salah mencintai suami, namun lihatlah suaminya seperti apa,” imbuh Bu Tin.
Aurelia menghela napas panjang lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Sementara itu Bu Tin bangkit dari duduknya. “Kebetulan Ibu masak sayur asem sama ikan peda sama sambel terasi, kita makan ya ... kamu pasti belum makan'kan,” ajak Bu Tin sembari meraih tangan Aurelia, sejenak dia mengalihkan pikiran Aurelia dengan mengajaknya makan menjelang malam.
Wanita muda itu nampak sungkan, tapi manut dengan Bu Tin ikut menuju arah ke belakang rumah.
Sementara itu di rumah Dhafi, Faiza tampak merayu suaminya untuk makan malam di mall sekalian jalan-jalan.
“Masku sayang, perut aku lapar loh. Kita makan di mall yuk, mumpung Mas pulangnya cepat nih, sekalian belanjain aku baju ya, Sayang,” rayu Faiza sembari mengusap rahang Dhafi dan sedikit memberikan kecupan hangat.
“Tapi nanti aku minta jatah lagi ya,” jawab Dhafi dengan mengedipkan salah satu matanya.
“Oke Mas, aku akan service kamu sampai puas,” balas Faiza dengan kerlingan mata menggodanya.
Waktu terus bergulir, Aurelia yang mulai terlihat tenang walau tidak sepenuhnya, berpamitan pulang kembali akan tetapi sebelumnya dia ngebon kopi dan gula di warung Bu Tin. Dengan langkah yang tergontai dia kembali ke rumah, dan harus bersiap-siap menerima amukan suaminya yang sudah terlalu lama meninggalkan rumah.
Namun, setibanya di rumah, mobil Dhafi sudah tidak terparkir di depan rumah, sedikit ada perasaan lega karena itu tandanya pria itu sudah pergi. Aurelia pun bergegas membuka pagar kemudian memutar kenop pintu.
“Terkunci pintunya,” gumam Aurelia sendiri. Wanita itu mendesah karena kunci cadangan rumahnya ada di dalam, dan malam ini terpaksa dia menunggu kepulangan suaminya di teras rumahnya.
Sementara itu Dhafi dan Faiza sehabis jalan-jalan ke Mall, sekarang mereka berdua kembali ke rumah kontrakan Faiza. Pria itu menagih janji pada istri keduanya, dengan senang hati Faiza melayani kebutuhan pria itu hingga suara erangan mereka saling sahut-sahutan menghiasi kamar.
Udara malam semakin dingin, ditambah rintikan hujan mulai jatuh membasahi bumi. Aurelia nampak mengusap-usap kedua lengannya lalu memeluk dirinya di dalam duduknya di teras, mencari kehangatan sendiri. Entah kini sudah jam berapa, netranya pun sudah mulai terkantuk, hingga tanpa dia sadari tertidur di teras.
Beberapa jam kemudian, tepatnya tengah malam mobil Dhafi sudah terparkir di halaman rumahnya. Pria yang habis mereguk nikmatnya surga dunia dengan Faiza, teringat untuk kembali pulang ke rumah. Setibanya di rumah, sorot mata Dhafi mulai tampak emosi melihat Aurelia tidur di teras, dengan terburu-buru dia membuka pintu rumah dengan kunci nya, lalu tak lama tanpa membangun Aurelia, tangan pria itu mencengkeram salah satu tangan wanita itu lalu, menyeretnya dengan paksa.
Aurelia tersentak dan gelagapan saat merasa tubuhnya ditarik saat matanya masih terpejam.
“Mas ...”
“Dasar kampungan, bikin malu aku aja! Pakai tidur segala di teras ... Huh!” maki Dhafi sembari menghempaskan tubuh Aurelia hingga pinggang wanita itu tersentak dengan ujung sandaran sofa yang lumayan keras.
“AAKHH” Tubuh Aurelia melorot ke lantai, dan merasakan sakit yang luar biasa.
Bersambung ...
Kakak Readers jangan lupa selalu klik LIKE nya, tinggalkan komentar, makasih sebelumnya 🙏😊