Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu?
Alea segera membuka pintunya.
"Sedang apa saja kau ini? Mengapa begitu lama membukanya." Carlos tampak sedikit kesal.
"Ma-maaf, Tuan. Tadi aku sedang dikamar mandi," jawabnya berbohong.
"Malam ini kau terlihat begitu sangat cantik," puji Carlos dengan tatapan mesumnya seraya mendekati Alea.
"Ini sudah malam, aku sangat lelah dan ingin beristirahat. Jika tidak ada yang ingin Tuan bicarakan, apa Tuan bisa pergi?" pinta Alea, secara tidak langsung mengusir laki-laki yang masih menjadi suaminya.
"Aku ini suamimu. Mengapa kau mengusirku?"
"Maaf Tuan, aku tidak bermaksud untuk seperti itu."
"Mulai sekarang, aku tidak akan mempermasalahkan lagi orang yang telah merenggut mahkota mu yang seharusnya menjadi milikku," ucap Carlos berpura-pura. Tentu saja dia tidak akan melepaskan orang itu begitu saja jika sudah mengetahui siapa orangnya.
"Sungguh, Tuan?"
"Ya. Tapi aku harus menghapus jejak noda yang orang itu tinggalkan di tubuhmu."
"Ma-maksud Tuan?" Alea mulai merasa was-was mendengar ucapannya. Sementara itu tanpa sepengetahuan Alea, Arthur sengaja menguping pembicaraan mereka. Ternyata Arthur tidak pergi ketika Alea menyuruhnya untuk segera pergi.
"Dimana saja letak laki-laki itu menyentuhmu?" tanya Carlos seraya meraba-raba wajah Alea dan mengusap bibirnya dengan lembut. Melihat itu, Arthur mengepalkan kedua tangannya. Namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Carlos itu suami Alea.
Alea tampak terlihat sedikit ketakutan. "Tu-tuan mau apa?"
"Aku benci, ketika kau bertanya seperti itu," ucap Carlos, namun masih bernada lembut. "Aku ini suamimu, dan malam ini aku ingin sekali merasakan hangatnya tubuhmu." Carlos mendekati wajah Alea, lalu menciumnya.
Dia mengigit ujung bibir Alea agar mau membuka mulut. Dan ketika mulutnya terbuka, dengan cepat Carlos memasukan lidah dan bermain-main di dalamnya. Kedua benda kenyal itu saling bertaut, Carlos menghisap lidah Alea berkali-kali. Alea tampak pasrah, meskipun air mata mengalir deras membasahi pipinya.
Arthur semakin geram melihat itu. Ingin rasanya dia menghampiri ayahnya dan menghajarnya dengan membabi buta. Namun akal sehatnya masih berfungsi. Dia sadar akan posisinya saat ini yang hanya berstatus sebagai anak tiri dari Alea. Bukankah hal yang wajar jika Carlos melakukan itu kepada Alea, yang notabenenya berstatus istri sah dari Carlos.
Carlos merebahkan tubuh mungil Alea di tempat tidur. Namun saat dia ingin kembali menciumnya, Alea mengatakan sesuatu diluar dugaannya.
"Tuan, kenapa Tuan tidak membunuhku saja?" ucap Alea dengan tatapan sayu, serta air mata yang tidak mau berhenti dan terus mengalir di pelupuk matanya.
Carlos tercengang mendengar perkataannya. "Kenapa kau bicara seperti itu? Apa kau benar-benar ingin mati?" Carlos seakan menantangnya.
"Untuk apa aku hidup? Kalau kehidupan yang aku jalani tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Aku ini manusia, kenapa semua orang selalu mempermainkan kehidupanku seolah-olah aku ini boneka."
"Aku hanya ingin membuatmu mengerti, kalau aku sangat-sangat menginginkan mu. apa aku salah?" tutur Carlos.
"Dengan cara memaksa gadis sepertiku untuk menikah dengan Tuan Carlos, apa menurut Tuan Carlos itu suatu tindakan yang benar?" ujar Alea, "bayangkan jika seandainya posisinya terbalik, kalau kejadian yang sekarang aku alami, dialami juga oleh putri Tuan."
"Stop! Jangan diteruskan!" bentak Carlos. "Omong kosong! Ucapanmu hanya membuat gendang telingaku terasa sakit saja. Lagi pula Rachel itu terlahir dari keluarga yang bergelimangan harta. Jadi tidak mungkin aku memaksanya untuk menikah dengan pria kaya."
"Kenapa Tuan Carlos tidak pernah bertanya kepadaku. Apa aku ingin terlahir sebagai orang miskin atau sebagai orang kaya?" tutur Alea. "Andai saja Tuan mau bertanya, sudah pasti aku akan menjawabnya, Dan tentunya aku ingin terlahir sebagai orang kaya," lirih Alea, "jadi orang miskin itu melelahkan, Apa lagi saat aku dipandang hina hanya karena aku tidak memiliki apa-apa," lanjutnya.
"Untuk apa aku menanyakan hal yang menurutku sama sekali tidak penting!" ucap Carlos. "Sekarang aku ingin bertanya untuk yang terakhir kalinya, siapa orang yang telah menodai mu?"
"Kenapa Tuan Carlos selalu menanyakan hal itu? Tidakkah sedikit saja tersirat rasa iba di hati Tuan kepadaku? Asal tuan tahu, betapa sulitnya aku melupakan kejadian itu? Kejadian dimana seorang pria asing merenggut kesucianku dengan cara paksa, sehingga menyisakan trauma yang sangat mendalam di hatiku, selama ini."
Arthur menyandarkan kepalanya di dinding. Dia baru sadar akan kesalahannya. Bahkan hingga saat ini dia belum pernah meminta maaf kepada alea atas kesalahan yang pernah dia lakukan sebelumnya. "Aku berjanji! Aku akan menebus semua kesalahan yang pernah aku perbuat kepadamu," batin Arthur.
"Kata-katamu membuatku merasa muak!" Carlos keluar dari kamar Alea dengan raut wajah yang marah.
Alea duduk di tepi ranjang dan menundukkan kepalanya. "Hiks...Hiks..." Alea menangis tersedu-sedu. Arthur pun masuk lalu duduk di sampingnya.
"Maafkan aku," ucap Arthur tiba-tiba.
Perlahan Alea mengangkat kepala menoleh kesamping. Seketika dia langsung mengusap air matanya. "Tolong pergi dari sini. Biarkan aku sendiri," pintanya.
"Menangis lah jika memang kau ingin menangis. Aku siap mendengar semua keluh kesah mu," kata Arthur. "Aku minta maaf, karena sudah menghancurkan hidup mu," lanjut Arthur terdengar sangat tulus.
"Bisakah kau tinggalkan aku sendiri? Aku mohon," lirih Alea dengan suara yang bergetar, dia tak kuasa menahan air matanya hingga kembali mengalir deras.
Namun bukannya pergi, Arthur perlahan menarik tangan Alea lalu mendekap tubuhnya. Alea terperangah, tapi perlahan dia melingkarkan tangan di pinggang Arthur lalu menenggelamkan wajah di dada bidang-nya. Arthur mengusap lembut kepala Alea dengan sentuhan hangatnya. Hingga Alea merasa nyaman saat berada di pelukan laki-laki yang telah menodai nya.
Cukup lama mereka berdiam diri, dengan posisi berpelukan seperti itu.
Arthur mengusap lembut air mata Alea, setelah dia melepaskan pelukannya. "Aku berjanji! Mulai saat ini, aku akan selalu ada untukmu," ucap Arthur. "Ini sudah larut, sebaiknya kau tidur." Arthur merebahkan tubuh Alea lalu menyelimuti tubuhnya.
*
bayangkan jika seandainya posisinya terbalik, kalau kejadian yang sekarang aku alami, dialami juga oleh putri Tuan.
bayangkan jika seandainya posisinya terbalik, kalau kejadian yang sekarang aku alami, dialami juga oleh putri Tuan.
Ucapan Alea kini terngiang-ngiang di pikiran Carlos. "Gadis itu, selalu saja membuatku merasa kesal," gerutu Carlos seraya berjalan menuju kamar Chamela.
"Ada apa Tuan Carlos? Apa istri kecil mu itu tidak mau melayani mu lagi?" tanya Chamela.
"Seharusnya aku tidak menikahinya," sahut Carlos.
"Kenapa tidak kau ceraikan saja, istri yang tidak berguna itu? Percuma juga dia tinggal disini jika tak mampu memuaskan semua has*rat mu."
"Aku masih membutuhkannya," ucap Carlos.
"Sebenarnya aku kecewa padanya, karena diam-diam ternyata dia sudah mengalihkan separuh aset kekayaan nya kepada Arthur. Namun aku harus tetap bersikap baik, untuk mencuri perhatiannya. Karena separuh dari kekayaan yang tersisa harus menjadi milik Rachel seutuhnya." batin Chamela.