NovelToon NovelToon
Stalker Cinta

Stalker Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:571
Nilai: 5
Nama Author: Queensha Narendra Sakti

"STALKER CINTA"
adalah sebuah drama psikologis yang menceritakan perjalanan Naura Amelia, seorang desainer grafis berbakat yang terjebak dalam gangguan emosional akibat seorang penggemar yang mengganggu, Ryan Rizky, seorang musisi dan penulis dengan integritas tinggi. Ketika Naura mulai merasakan ketidaknyamanan, Ryan datang untuk membantunya, menunjukkan dukungan yang bijaksana. Cerita ini mengeksplorasi tema tentang kekuatan menghadapi gangguan, pentingnya batasan yang sehat, dan pemulihan personal. "STALKER CINTA" adalah tentang mencari kebebasan, menemukan kekuatan dalam diri, dan membangun kembali kehidupan yang utuh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queensha Narendra Sakti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanda-Tanda Bahaya

Pagi itu, Naura terbangun dengan perasaan tidak nyaman yang sulit dijelaskan. Notifikasi ponselnya berbunyi lebih sering dari biasanya. Awalnya, dia mengira itu hanya interaksi normal di media sosial, mengingat desain terbarunya tentang interpretasi lagu Ryan Rizky mendapat banyak perhatian. Namun, sesuatu terasa berbeda.

Sambil menyesap kopi, Naura membuka ponselnya. Matanya menyipit ketika melihat puluhan komentar dari akun yang tidak dikenal di berbagai platform media sosialnya. Komentar-komentar itu tidak secara langsung mengancam, tapi ada sesuatu yang menggelisahkan dari cara mereka ditulis. Seolah seseorang mengawasinya dengan sangat detail.

"Desain yang bagus, Naura. Aku suka caramu menggunakan warna biru navy di sudut kanan atas, seperti yang kau pakai di bajumu kemarin," tulis salah satu akun.

Naura tertegun. Memang benar kemarin dia mengenakan baju biru navy saat bekerja di kafe langganannya. Tapi bagaimana orang asing bisa tahu detail seperti itu?

Komentar lain berbunyi, "Inspirasi dari lagu 'Melodi Senja' Ryan Rizky ya? Aku juga melihatmu di peluncuran bukunya minggu lalu. Kau duduk di baris ketiga dari depan, kan?"

Jantung Naura berdegup kencang. Dia memang hadir di acara peluncuran buku Ryan, tapi dia yakin tidak memposting tentang hal itu di media sosial manapun. Bagaimana orang ini bisa tahu posisi duduknya dengan tepat?

Di studio tempatnya bekerja, Naura mencoba fokus pada proyek-proyek yang menunggu. Namun, pikirannya terus melayang pada komentar-komentar itu. Saat jam makan siang, dia menerima email dari alamat yang tidak dikenal. Email itu berisi foto-foto dirinya sedang bekerja di kafe, berjalan pulang, bahkan saat menghadiri acara Ryan. Semuanya diambil dari jarak jauh, tanpa sepengetahuannya.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Lisa, rekan kerjanya, melihat wajah Naura yang pucat. "Kau terlihat seperti baru melihat hantu."

Naura menggeleng pelan, berusaha tersenyum. "Aku... aku tidak yakin," jawabnya jujur. "Sepertinya ada yang mengikutiku."

Lisa mengerutkan dahi, "Maksudmu stalker? Apa ini ada hubungannya dengan desain-desainmu tentang Ryan?"

"Entahlah," Naura menghela napas. "Awalnya kukira ini hanya penggemar yang terlalu antusias. Tapi sekarang..." Dia menunjukkan email yang diterimanya pada Lisa.

"Ya Tuhan, Naura! Ini serius!" Lisa terkesiap. "Kau harus melaporkan ini. Paling tidak, bicarakan dengan keamanan gedung."

Naura menggigit bibirnya, ragu. Sebagai penggemar Ryan, dia paham betul batasan antara mengagumi dan menguntit. Dia selalu menjaga jarak dan menghormati privasi idolanya. Tapi sekarang, dia berada di posisi yang berlawanan. Menjadi target dari seseorang yang tidak mengenal batas.

Sepanjang sore, Naura mulai memperhatikan hal-hal kecil yang sebelumnya luput dari perhatiannya. Seperti mobil silver yang terparkir di tempat berbeda namun selalu ada di sekitar studionya, atau suara langkah kaki yang seolah mengikutinya saat pulang kerja.

Malam itu, Naura duduk di apartemennya yang sunyi, menatap layar laptopnya yang menampilkan notifikasi baru. Ryan baru saja memposting foto di Instagram, dan Naura melihat komentar-komentar yang masuk. Di antara ribuan komentar penggemar, matanya menangkap sesuatu yang membuat bulu kuduknya meremang.

"Ryan, tolong jaga Naura untukku. Dia sangat berharga."

Naura segera menutup laptopnya. Tangannya gemetar saat meraih ponsel, hendak menghubungi Lisa. Namun sebelum dia sempat melakukannya, sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal:

"Kau terlihat cantik dengan sweater hitam itu, Naura. Tidur yang nyenyak."

Naura memeluk dirinya sendiri, menyadari bahwa dia memang sedang mengenakan sweater hitam. Matanya melirik ke jendela apartemen yang tertutup tirai. Untuk pertama kalinya, dia merasa tidak aman di rumahnya sendiri.

Malam itu, Naura nyaris tidak bisa tidur. Pikirannya dipenuhi pertanyaan: Siapa yang mengawasinya? Apa yang mereka inginkan? Dan yang paling mengganggu: Apakah obsesinya pada karya Ryan selama ini juga tampak mengancam seperti ini?

Dia memutuskan untuk mengambil tindakan besok. Pertama, melapor ke keamanan gedung. Kedua, mengubah semua password media sosialnya. Dan ketiga, mungkin... mungkin dia harus mengurangi aktivitasnya yang berhubungan dengan Ryan untuk sementara waktu. Keselamatannya lebih penting dari apapun.

Di luar, bulan bersembunyi di balik awan, seolah ikut merasakan kegelisahan Naura. Dan di suatu tempat, seseorang masih mengawasi, menunggu, dan merencanakan langkah selanjutnya.

Dalam kegelapan sebuah ruangan yang hanya diterangi cahaya monitor, sesosok figur tersenyum sambil memandangi puluhan foto Naura yang tertempel di dinding. Jemarinya dengan lembut menyentuh salah satu foto terbaru - Naura yang sedang tersenyum sambil memegang buku Ryan. "Sebentar lagi," bisiknya pelan. "Sebentar lagi kau akan mengerti betapa kita ditakdirkan bersama."

Monitor di hadapannya menampilkan akun media sosial Naura yang masih aktif. Dengan cermat, dia mencatat setiap detail aktivitas gadis itu. Di sudut ruangan, tumpukan sketsa wajah Naura berserakan - hasil karya tangan yang terobsesi. "Kau pikir Ryan yang terbaik untukmu?" tanyanya pada kesunyian. "Tunggu sampai kau melihat apa yang sudah kusiapkan..."

Tangannya beralih ke sebuah buku catatan usang. Di dalamnya, tercatat setiap detail rutinitas Naura: jam berapa dia berangkat kerja, kafe mana yang dia kunjungi, bahkan merek kopi favoritnya. Halaman-halaman terakhir dipenuhi rencana yang ditulis dengan tulisan tangan berantakan dan tergesa-gesa. Beberapa kata dilingkari berkali-kali dengan tinta merah: "Kejutan", "Pertemuan", "Takdir".

"Mereka semua salah menilaimu, Naura," gumamnya sambil membuka laci meja. Di dalamnya, terdapat sebuah kotak kecil berpita ungu - warna favorit Naura. "Hanya aku yang benar-benar memahami keindahanmu. Hanya aku yang layak memilikimu." Dia mengambil ponselnya, membuka aplikasi pesan, dan mulai mengetik sesuatu dengan senyum yang semakin melebar.

Di apartemennya, ponsel Naura bergetar pelan.

Sebuah pesan masuk dari nomor asing: "Tidurmu gelisah sekali malam ini, Naura sayang. Aku bisa melihatmu dari sini. Sweater hitam itu memang cocok untukmu, tapi besok... ah, kau akan lebih suka hadiah dariku."

Sosok itu berdiri, meregangkan tubuhnya yang kaku setelah berjam-jam duduk mengawasi. Di mejanya, sebuah surat izin kerja palsu dari studio tempat Naura bekerja tergeletak di samping seragam cleaning service yang masih baru. Besok adalah hari yang ditunggunya - hari di mana dia bisa berada lebih dekat dengan Naura, sangat dekat, tanpa ada yang mencurigai.

"Ryan Rizky," dia mendesis pelan, matanya menatap tajam poster Ryan yang tertempel di dinding Naura, terlihat jelas dari jendela apartemen seberang. "Kau hanya pengalih perhatian sementara. Sebentar lagi Naura akan tahu, siapa yang sebenarnya pantas mendampinginya."

Monitor komputernya berkedip, menampilkan notifikasi baru: Naura baru saja mengunci pintu kamarnya untuk yang ketiga kali malam ini.

Di dalam kamarnya, Naura duduk meringkuk di sudut tempat tidur, matanya tak lepas dari ponsel yang kini dia letakkan di meja samping. Pesan terakhir itu membuatnya merinding. Seseorang bisa melihatnya? Tapi dari mana? Matanya menyapu sekeliling kamar, mencari-cari kemungkinan adanya celah pada tirai jendela.

Dengan tangan gemetar, dia meraih laptop dan mulai mencari artikel tentang cara menghadapi stalker. Setiap suara sekecil apapun membuatnya terlonjak - suara lift di ujung koridor, langkah kaki tetangga, bahkan desir angin yang menyentuh jendela.

Sementara itu, si penguntit mulai membereskan peralatannya untuk besok. Seragam cleaning service dilipat rapi, badge palsu dicheck sekali lagi, dan rencana cadangan disusun dengan cermat. "Kau tahu, Naura," dia berbicara pada foto di hadapannya, "besok akan jadi hari yang spesial. Aku sudah menyiapkan segalanya dengan sempurna."

Dia membuka notes di ponselnya, mengecek jadwal yang sudah dia hafalkan di luar kepala: 08.30 - Naura tiba di studio, 10.15 - meeting dengan klien baru, 12.00 - jam makan siang di kafe langganan. "Kali ini, kita akan bertemu. Benar-benar bertemu," bisiknya sambil tersenyum. Tangannya mengelus kotak kecil berpita ungu itu sekali lagi.

Di layar komputernya, muncul notifikasi baru dari akun media sosial Naura - sebuah story Instagram yang baru diposting. Naura membagikan quote dari buku Ryan: "Ketakutan terbesar bukanlah pada kegelapan, tapi pada bayangan yang kita ciptakan sendiri." Penguntit itu tertawa pelan. "Oh, Naura... kau tidak tahu betapa tepatnya kata-kata itu."

1
Aulia Nur
aku tunggu kedatangan nya yaa...
🤗
Queen: terimakasih kk Aulia Nur sudah dukung aku kk
total 1 replies
grr_bb23
Halaman profil author terlihat sepi, tolong sedikit perhatian untuk pembaca yang setia!
Queen: terimakasih juga bang grr_bb23
total 1 replies
Melanie
Intensitas emosi tinggi.
Queen: iya kk cerita penuh emosi banget kk
total 1 replies
DARU YOGA PRADANA
Penuh emosi deh!
Queen: sangat banget emosi ya😭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!