Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Tidak Bisa Untuk disandingkan.
Lagi-lagi Evan terdiam saat mendapat pertanyaan dari sang ibu, dan tentu saja diamnya itu membuat kedua orang tuanya menjadi murka.
"Baiklah. Ternyata kau benar-benar tidak bisa diajak bicara, Evan. Sekarang pergi ke rumah wanita itu dan jangan lagi kembali ke rumah ini sampai kapan pun juga!"
Deg.
Evan tersentak kaget saat mendengar ucapan sang Ibu. "Tidak, Bu. Kenapa Ibu berkata seperti itu?"
Mery menepis tangan Evan yang akan meraih tangannya, sementara Endri hanya melirik mereka dengan penuh kecewa.
"Kenapa kau bilang?" Mery menatap putranya dengan tajam. "Ibu benar-benar tidak menyangka kau sanggup melakukan hal serendah ini, Evan. Kau selingkuh dengan wanita lain, bahkan sampai punya anak? Apa kau pikir ada seorang ayah yang lebih rendah darimu, hah?"
Suara teriakan Mery menggema di tempat itu membuat langkah Ayun yang akan memasuki dapur terhenti. Dia memilih untuk diam di balik dinding mendengar kemarahan sang mertua.
"Kenapa Ibu seperti ini? Aku tahu kalau aku sudah berbuat salah, tapi kenapa ibu merendahkan aku sehina ini?" ucap Evan dengan getir dan penuh kecewa.
"Lalu, apa kau pikir perbuatanmu ini membanggakan? Seumur hidup, ibu tidak penah sekecewa ini denganmu. Aku selalu bangga punya anak lelaki sepertimu, tapi sekarang tidak lagi." Mery menggelengkan kepalanya dengan air mata yang menetes membasahi wajah.
"Kau telah mencoreng nama baik kami, kau bahkan tega melempar kotoran ke wajah kami dengan perbuatan yang kau lakukan ini."
Evan langsung menggelengkan kepalanya dan bersimpuh di kaki sang ibu, tentu saja membuat hati Ayun kian teriris.
"Sumpah demi Tuhan, Bu. Aku sama sekali tidak berniat untuk mempermalukan Ibu dan ayah." Evan memegang kedua kaki ibunya dengan erat.
"Aku hanya manusia biasa yang luput dari salah dan dosa, Bu. Aku bersalah karena sudah menikahi wanita lain, tapi aku sama sekali tidak berniat untuk mempermalukan Ibu," ucap Evan dengan lemah.
"Aku tetap menjadi anak yang membanggakan Ayah dan Ibu, aku tetap menjunjung nama baik keluargaku di mana pun berada. Aku berjuang untuk masa depan keluargaku, tapi hanya karna satu kesalahan saja. Apa semua yang sudah aku lakulan tidak ada artinya, Bu?"
Evan mendonggakkan kepalanya dan menatap sang ibu dengan sendu, sementara Mery memalingkan wajah karena enggan untuk menatapnya.
"Selama ini aku berjuang keras demi Ayah dan Ibu, aku menyayangi dan menghormati Ayah dan Ibu lebih dari apapun. Tapi karena satu kesalahan, sekarang aku menjadi manusia yang paling rendah dan hina."
Hati orang tua mana yang tidak terluka jika mengatakan buah hati mereka sendiri rendah dan hina, tetapi kenapa anak mereka tidak mengerti dengan luka itu?
Orang tualah yang paling terluka jika terjadi sesuatu dengan anak mereka, bahkan orang tua jugalah yang akan menanggung derita saat ada seseorang yang menyakiti buah hati mereka. Namun, jika anak mereka sendiri yang melakukan kesalahan. Apakah mereka tidak akan menanggung malu dan kecewa?
"Sekarang katakan padaku, Bu. Apakah kesalahanku separah itu, sehingga aku tidak punya harga diri lagi di hadapan Ibu?"
Air mata Mery menetes membasahi wajah, dengan rasa sesak yang seakan menghantam dadanya.
"Kau sama sekali tidak memikirkan keluargamu sendiri, Evan. Kau tidak memikirkan bagaimana perasaan istrimu, apa kau pikir selama ini kau berjuang sendirian, hah?" Mery terisak lirih memikirkan perasaan menantunya.
"Kami tau jika selama ini kau sudah berjuang demi masa depan keluarga ini, kau kerja dari pagi sampai malam demi merubah perekonomian kita. Tapi kerja kerasmu itu tidak sebanding dengan apa yang sudah istrimu lakukan, Evan. Sama sekali tidak bisa dibandingkan," teriak Mery dengan pilu.
Mery lalu menepis tangan Evan dan berjalan cepat ke arah pintu dapur, di mana dia sempat melihat keberadaan Ayun.
Dengan cepat Ayun mengusap air matanya saat sang mertua sudah berdiri di hadapannya, dia lalu tersentak kaget saat tiba-tiba tangannya di tarik oleh sang mertua.
"Kau lihat dia, kau lihat istrimu ini, Evan!" teriak Mery membuat Evan beranjak bangun dari lantai.
Untuk beberapa saat mereka semua saling pandang dengan sendu. Dada Mery naik turun karena menahan sakit dan amarah secara bersamaan.
"Kau sudah lihat istrimu ini, hah? Wanita inilah yang selama ini sudah menemani dan berjuang bersamamu, jangan kau pikir semua kesuksesan ini adalah hasil kerja kerasmu saja, karena itu tidak akan terwujud tanpa bantuan dan do'a dari Ayun!" ucap Mery dengan tajam, dan ucapannya itu berhasil menusuk hati semua orang.
"Dia rela bangun lebih pagi dari orang lain hanya demi mengurus keluarga ini, dia bahkan rela tidak tidur semalaman hanya demi menunggumu dan memikirkan apa yang harus dia lakukan agar bisa membantumu. Apa matamu tidak melihat semua perjuangannya itu, hah?" Bibir Mery sampai bergetar saat mengucapkannya. Begitu juga dengan Ayun yang tertunduk dengan tangis yang tidak bisa ditahan.
"Setelah apa yang sudah istrimu lakukan, kau membalasnya dengan pengkhianatan. Dengan bangga kau mengatakan jika mencintai wanita lain, bahkan kau mengatakan jika sudah menikah dan punya anak dengannya. Sungguh, Evan. Jika ibu yang menjadi istrimu, maka ibu pasti sudah mati sekarang."
"Ibu, apa yang Ibu katakan?"
Ayun langsung memegang tangan mertuanya dengan erat. Dia menggelengkan kepala karena tidak setuju dengan apa yang wanita paruh baya itu katakan.
"Sekarang katakan pada ibu, Evan. Pantaskan kau melakukan hal seperti ini pada istrimu? Istri yang sudah setia dan mengabdikan diri padamu dan juga keluargamu. Dia rela hidup susah bersamamu, dan tidak pernah mengeluh sedikit pun. Lalu, pantaskah dia disandingkan dengan wanita yang kau cintai itu?"
Suasana benar-benar sangat menyedihkan sekali saat ini, bahkan Endri sampai beberapa kali mengusap wajahnya yang basah karena air mata.
Evan menatap Ayun dengan sendu, terlihat jelas rasa sakit diwajah isitrinya itu saat ini.
"Maaf, Ayun. Aku mohon maafkan aku."
•
•
•
Tbc.