NovelToon NovelToon
ZIELL

ZIELL

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Persahabatan / Angst / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Meka Gethrieen

"Ketika cinta dan kesetiaan diuji oleh kebenaran dan darah, hanya hati yang tahu siapa yang benar-benar layak dicintai." - Kenzie William Franklyn.

•••

Vanellye Arch Equeenza, atau Ellyenza. Perempuan nakal dengan masa lalu kelam, hidup dalam keluarga Parvyez yang penuh konflik. Tanpa mengetahui dirinya bukan anak kandung, Ellyenza dijodohkan dengan Kenzie, ketua OSIS yang juga memimpin geng "The Sovereign Four." Saat rahasia masa lalunya terungkap—bahwa ia sebenarnya anak dari Sweetly, sahabat yang dikhianati ibunya, Stella—Ellyenza harus menghadapi kenyataan pahit tentang jati dirinya. Cinta, dendam, dan pengkhianatan beradu, saat Ellyenza berjuang memilih antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang tidak pasti.

Akan seperti apakah cerita ini berakhir? mari nantikan terus kelanjutan untuk kisah Kenzie dan Ellyenza.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meka Gethrieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ZIELL 4 ; Kembalinya Kevin Dan Keputusan Keluarga.

..."Suka bukan berarti harus bersama, mencintai juga tidak harus memiliki. Jika ingin mendapatkannya, maka perjuangkan dan nikahi."...

...- From Ellyenza -...

...●●●...

Dari luar sebuah kafe, langit sore mulai berubah warna, menandakan akhir dari hari yang panjang di sekolah. Ellyenza melangkah keluar gerbang sekolah dengan langkah cepat. Dia ingin segera pergi dari suasana sekolah yang membuatnya jenuh, menuju kafe kecil di sudut jalan yang biasa dia kunjungi bersama teman-temannya. Saat dia berjalan, rambut panjangnya yang tergerai sedikit berantakan tertiup angin, namun dia tidak peduli.

Begitu sampai di kafe, dia langsung masuk dan memesan minuman favoritnya, tidak memperhatikan suasana sekitarnya. Setelah membayar, Ellyenza mengambil tempat di pojok yang sepi, membuka ponselnya untuk mengirim pesan singkat kepada Ayu dan Chitra, sahabat-sahabatnya. Sore itu, dia hanya ingin bersantai serta melupakan segala drama di rumah dan sekolah.

Namun, tanpa dia sadari, sepasang mata tajam mengamatinya dari kejauhan. Di meja lain, dekat jendela besar yang menghadap jalan, seorang pria duduk sendirian sambil memegang secangkir kopi yang uapnya masih mengepul. Dia adalah Kevin Sultan Alaswell, pria yang dulu pernah menjadi pusat dari seluruh dunia Ellyenza.

Kevin menatap Ellyenza dalam diam, mengenang masa lalu yang pernah mereka lewati bersama. Wajahnya menunjukkan campuran perasaan—rasa bersalah, keinginan, dan sedikit kemarahan. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali mereka berbicara, sejak dia meninggalkan Ellyenza tanpa jawaban atas segala hal yang telah terjadi.

“Kita belum selesai, Ell,” gumam Kevin pelan sambil menyesap kopinya.

Rambutnya yang hitam pendek tertata rapi, namun di balik penampilannya yang tenang, pikirannya berkecamuk. Dia tidak pernah benar-benar bisa melupakan Ellyenza, tidak peduli seberapa jauh dia mencoba melarikan diri dari masalah yang mereka hadapi dulu. Kehadirannya kembali ke kota ini bukan kebetulan, dia punya rencana dan Ellyenza merupakan bagian besar dari rencana itu.

Kevin menaruh cangkir kopinya di meja, menghela napas panjang. Dia tahu bahwa mendekati Ellyenza lagi tidak akan mudah. Gadis yang dulu penuh cinta dan harapan sekarang telah berubah—menjadi seseorang yang jauh lebih keras, sinis, dan tidak mudah didekati. Tapi dia yakin, dengan cara yang tepat, dia bisa kembali masuk ke dalam hidupnya, memperbaiki kesalahan yang dulu dia buat, atau setidaknya, mendapatkan apa yang dia inginkan.

Sore itu, Kevin terus mengawasi Ellyenza dari tempat duduknya, memperhatikan setiap gerak-geriknya. Dia tidak terburu-buru, karena dia tahu bahwa waktunya akan datang. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dia rencanakan, dan Ellyenza, suka atau tidak, akan menjadi bagian dari itu. Tanpa sadar, bibirnya tersenyum tipis saat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah beberapa menit, Kevin berdiri dari tempat duduknya, meninggalkan kafe tanpa sedikit pun membuat Ellyenza menyadari kehadirannya. Dia melangkah keluar, yakin bahwa ini baru awal dari permainan yang akan dia mainkan. "Kita akan bertemu lagi, Ell." Pikirnya dalam hati, melangkah pergi dengan rencana yang perlahan-lahan mulai terbentuk di kepalanya.

...•••...

Keadaan dalam Rumah Keluarga Parvyez, Malam telah tiba saat Ellyenza tiba di rumah. Udara dingin musim gugur menyambutnya begitu dia membuka pintu depan. Suasana di rumah keluarga Parvyez selalu terasa tegang, terutama sejak Stella—ibu Ellyenza—mengetahui bahwa putrinya semakin nakal dan sulit dikendalikan. Malam ini tidak berbeda, dan Ellyenza sudah bisa merasakan aura ketegangan bahkan sebelum dia masuk ke dalam rumah.

Saat dia melangkah masuk, Stella sudah menunggunya di ruang tamu, duduk dengan postur tubuh yang tegap di sofa mewah yang selalu tampak terlalu formal untuk rumah ini. Wajahnya menunjukkan ekspresi ketidakpuasan yang sudah sangat dikenal Ellyenza. Sebuah meja kecil di depan Stella dipenuhi oleh tumpukan dokumen dan beberapa surat yang tampak penting. Ellyenza hanya melirik sejenak sebelum berusaha menghindari kontak mata.

“Ellyenza,” panggil Stella dengan nada dingin, “duduk.”

Tanpa berkata-kata, Ellyenza menurut. Dia tahu bahwa tidak ada gunanya menunda percakapan ini. Pertengkaran antara dirinya dengan sang ibu sudah menjadi bagian dari rutinitas, dan Ellyenza tidak terkejut jika malam ini akan menjadi salah satu dari malam-malam tersebut.

“Kamu pikir, kamu bisa terus bertingkah seperti ini?” Stella memulai tanpa basa-basi. Suaranya tegas, tapi ada sedikit nada frustrasi yang tersirat. “Membolos dari kelas, terlibat dalam hal-hal tidak jelas dengan teman-temanmu, juga semakin tidak bisa diatur. Apa kamu tidak sadar kalau sikapmu ini menghancurkan reputasi keluarga?”

Ellyenza hanya menatap ibunya dengan ekspresi datar. Dia sudah bosan mendengar ceramah semacam ini. “Kenapa mama peduli? Bukannya mama selalu bilang kalau aku ini cuma beban untuk kalian?” Ellyenza membalas dengan nada sinis, matanya penuh kemarahan yang dipendam.

Stella menghela napas panjang, mencoba menahan emosinya. “Tidak akan mama biarkan dirimu yang liar itu menghancurkan segala hal yang sudah mama bangun!” seru Stella, suaranya mulai meninggi. Dia menatap Ellyenza dengan tatapan tajam yang penuh ketidakpuasan. “Mama sudah terlalu lama membiarkanmu berbuat semaumu. Tapi sekarang, ini sudah cukup.”

Ellyenza menyilangkan lengannya di depan dada, menantang dengan tatapan yang tidak kalah dingin. “Cukup? Apa maksud mama?”

“Mama sudah mengatur masa depanmu, Ellyenza. Kamu akan menikah,” ujar Stella tegas, tanpa sedikit pun nada keraguan.

Ellyenza terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Apa?” suaranya terdengar penuh ketidakpercayaan. “Menikah? Dengan siapa? Aku bahkan belum lulus sekolah!”

Stella menatapnya dengan dingin. “Itu bukan urusanmu untuk dipertanyakan. Mama sudah mengatur semuanya dengan baik. Calon suamimu berasal dari keluarga yang terhormat, dan pernikahan ini akan memperbaiki banyak hal, termasuk perilakumu yang semakin tidak terkendali.”

Amarah mulai memuncak dalam diri Ellyenza. Dia berdiri dari tempat duduknya, menatap ibunya dengan mata yang penuh kemarahan. “Jadi ini cara mama mengendalikanku?! Dengan menjualku ke keluarga lain?”

“Jaga ucapanmu, Ellyenza!” Stella berdiri, suaranya penuh dengan otoritas. “Ini bukan tentang menjualmu, tapi tentang memastikan masa depanmu. Kamu sudah cukup merusak reputasiku, dan mama tidak akan membiarkan dirimu terus seperti ini.”

Ellyenza menggeleng, hatinya dipenuhi rasa frustrasi yang semakin besar. “Aku bukan bonekamu, ma. Kamu tidak bisa memaksaku menikah dengan seseorang yang bahkan tidak aku kenal!”

Stella mendekat, menatap Ellyenza dengan tatapan yang penuh kemarahan. “Kamu akan menikah, suka atau tidak. Ini bukan untuk didiskusikan, Ellyenza. Ini sudah menjadi keputusan yang final.”

Ellyenza terdiam, hatinya bergolak antara marah dan kecewa. Dia tidak percaya bahwa ibunya akan sejauh ini mengambil kendali atas hidupnya. Selama ini, dia sudah terbiasa hidup di bawah tekanan Stella. Tapi sekarang, semuanya terasa terlalu jauh. Perasaan tidak berdaya mulai menghantui dirinya, tapi dia menolak untuk menyerah.

“Aku akan pergi dari sini.” ucap Ellyenza pelan namun tegas. “Aku tidak akan membiarkan mama mengatur hidupku.”

Stella hanya tersenyum tipis, tatapannya dingin dan penuh kemenangan. “Cobalah kalau bisa, Ellyenza. Tapi jangan harap kamu bisa lepas dari tanggung jawab ini. Segala sesuatu sudah diatur, dan kamu tidak punya pilihan.”

Tanpa menunggu lebih lama, Ellyenza berbalik dan meninggalkan ruang tamu, membanting pintu di belakangnya. Hatinya terasa berat, penuh dengan kemarahan dan kepahitan. Dia tahu bahwa apa pun yang terjadi, pertarungan dengan ibunya baru saja dimulai.

...• Bersambung •...

1
Kyra Queensha
bagus banget
Meka Gethrieen: Halo kak! Terima kasih banyak udah baca dan memberikan komentar ya 😊 terus dukung karya ini ❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!