"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9. Mama Dania Simpanan Suamiku
Kimberly hendak pulang ke rumah karena tidak adanya pekerjaan dan skedul, namun saat ia hendak menaiki mobilnya di parkiran cafe tempat ia bertemu dan berbincang dengan Jennifer, tiba-tiba ponselnya berdering keras.
Tanpa ragu, Kimberly segera mengambil ponselnya dari tasnya untuk melihat siapa yang menelepon.
Ternyata, yang menelepon adalah bosnya. Dengan cepat, Kimberly menjawab panggilan tersebut dan mendengarkan dengan seksama apa yang ingin disampaikan oleh bosnya.
"Oh, jadi ada pembeli yang minta buat di anterin ke lokasi itu pak? oke, saya otw sekarang. Saya akan segera berangkat ke lokasi pembeli itu." ujar Kimberly saat menjawab panggilan telepon dari atasannya.
"Saya sedang di cafe pak. Baik, saya berangkat sekarang." Setelah cukup lama berkomunikasi, bosnya pun mengakhiri panggilan tersebut.
Kimberly menghela napas panjang, niatnya ingin pulang ke rumahnya dan family time terpaksa tertunda karena panggilan tugas dari bosnya. Namun, sebagai seorang profesional, dia tidak bisa menolak tanggung jawabnya.
Saat tiba di lokasi, Kimberly melihat seorang wanita muda yang tampak gelisah menunggu di depan sebuah ruko. Wanita itu adalah pembeli yang telah menghubungi perusahaan tempat Kimberly bekerja untuk meminta bantuan dalam mengecek kondisi ruko yang akan dia beli.
"Maaf ya, saya agak terlambat," ucap Kimberly sambil tersenyum ramah pada wanita itu.
"Tidak apa-apa, saya sangat berterima kasih bahwa Anda bisa datang," jawab wanita itu dengan senyum lega.
Kimberly pun mulai mengecek kondisi ruko tersebut dengan teliti. Dia berbicara dengan pembeli tersebut sambil menanyakan beberapa hal terkait dengan ruko tersebut.
Pembeli tersebut pun mulai menceritakan alasan dia ingin membeli ruko tersebut dan apa rencananya setelah membeli ruko tersebut.
"Sebenarnya saya ingin membuka usaha kecil-kecilan di sini. Saya punya impian untuk memiliki bisnis sendiri dan ruko ini sepertinya cocok untuk usaha yang saya inginkan," ucap pembeli tersebut dengan semangat.
Kimberly mendengarkan dengan seksama cerita pembeli tersebut. Dia bisa merasakan semangat dan keinginan yang kuat dari wanita muda itu untuk meraih impian dan memulai usaha kecil-kecilan.
Kimberly pun memberikan beberapa saran dan tips kepada pembeli tersebut, serta memberikan penjelasan mengenai kondisi ruko yang sedang dia cek.
Setelah selesai mengecek ruko, Kimberly memberikan laporan kepada pembeli tersebut. Wanita itu terlihat senang mendengar bahwa kondisi ruko tersebut masih baik dan layak untuk dijadikan tempat usaha.
Mereka pun berdiskusi lebih lanjut mengenai proses pembelian dan persiapan yang perlu dilakukan oleh pembeli tersebut.
Kimberly dan pembeli tersebut akhirnya sepakat untuk melanjutkan proses pembelian ruko tersebut. Mereka saling berjabat tangan sebagai tanda kesepakatan.
Pembeli tersebut tampak sangat berterima kasih kepada Kimberly atas bantuannya dalam pembelian dan mengecek kondisi ruko tersebut.
Setelah selesai dengan tugasnya, Kimberly pun kembali ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Dia merasa lega bisa membantu orang lain dan merasa puas dengan pekerjaannya.
Meskipun terpaksa menunda family time bersama keluarga, namun Kimberly merasa bahwa tugasnya sebagai agen properti sangat penting dan harus diprioritaskan.
Saat tiba di rumah, suasana yang hangat dan penuh keceriaan menyambutnya di ruang keluarga. Di sana, dia melihat William dan mamanya, Dania tengah menonton televisi dan bercanda dengan akrab.
Keduanya saling merangkul atau bahkan berpelukan dengan mesra, membuat Kimberly terkejut melihat mereka seperti itu.
"Lagi-lagi mereka akrab banget, bikin aku curiga. Ah, Taulah capek banget aku, mo mandi aja," Kimberly berencana pergi menghampiri suami dan mamanya di ruang keluarga, namun akhirnya ia mengurungkan niatnya itu dan pergi ke kamarnya untuk bersiap mandi.
Malam harinya, ketika selesai makan malam, William tumben-tumbenan membantu membereskan bekas makan malam di meja dan membawanya ke dapur bersama dengan Dania. Tak hanya itu, William juga melarang Kimberly untuk membersihkan dan meminta agar ia pergi ke kamar.
"Kamu istirahat aja, biar aku yang beresin ini," begitulah ucapan William sebelum dia pergi bersama dengan Dania ke dapur untuk mencuci semua piring kotor dan membereskannya.
Awalnya Kimberly ingin mengikuti langkah Tasya ke kamar, namun akhirnya dia mengurungkan niatnya dan berbalik pergi ke dapur. Setibanya di ambang pintu dapur yang tertutup sebuah tirai ia melihat William dan Dania mencuci piring dengan ceria.
Keduanya saling bergurau atau bermain-main dengan menyemprotkan cairan sabun ke wajah satu sama lain.
"Hahaha, kena kamu. Basah kan sekarang," suara William terdengar ceria dan keras, membuat Kimberly heran kenapa mereka bisa seasik itu.
"Ih, jahat kamu ya, awas aja, aku bikin basah juga kamu. Nih,, hahaha ..." Dania juga terlihat iseng menyemprotkan cairan sabun ke muka William, membuat William tertawa dan balik menyemprotkan cairan sabun ke muka Dania.
Keduanya tetap bersikap seperti itu, Kimberly memilih untuk tidak mengomentari dan membiarkan keadaan karena baginya itu merupakan hal yang biasa.
Bahkan ketika Dania dan William menyebut mereka dengan sebutan "aku" dan "kamu", Kimberly tidak menganggapnya sebagai masalah.
Namun, ketika Kimberly mengintip dari celah tirai, ia terkejut melihat William memeluk Dania dari belakang. Pelukan itu terasa erat, bahkan terlihat juga oleh Kimberly, William men-ci-um pipi Dania.
Saat itu, Dania sedang mencuci piring tanpa memberikan respons kepada William. Meski begitu, Dania tidak terlihat marah atau melarang William melakukan itu padanya, Dania justru menikmati pelukan itu seolah mereka sudah sering melakukannya.
"Untung tadi Kimberly dah naik ya, kita bisa mesra-mesraan gini. Aku kangen kamu tau nggak," ucap William manja, tanpa menyadari keberadaan Kimberly yang tengah menatap tajam kearahnya dan Dania.
"Kok diem sih, kamu nggak kangen sama aku?" goda William, namun Dania tetap diam tanpa membalas.
Kimberly yang merasa muak pun segera membalikkan badannya dan pergi ke kamarnya di lantai atas untuk istirahat. Merefresh otaknya dan berpikir positif jika apa yang dilihatnya tadi hanyalah sebatas kasih sayang antara mama mertua dan menantunya.
Namun, begitu Kimberly tiba di kamar, ia melihat ponsel William di atas nakas, ponsel yang sejak dulu tidak William biarkan Kimberly membukanya.
"Dari dulu aku nggak pernah buka hp itu. Kalo aku buka isinya ada apa ya?" Kimberly segera pergi kearah nakas dan meraih ponsel William.
Setelah ia dapatkan ponsel itu ia hendak membukanya. Namun, saat ponsel menyala, terdapat sebuah pin yang menghalangi Kimberly untuk membukanya.
"Si4lan! ini apa sandinya?!" Kimberly terus berpikir apa sandi dari ponsel William, sampai akhirnya keisengan membawanya pada tahun lahir sang mama, Dania.
Setelah Kimberly memasukkan sandi pada ponsel William tahun lahir Dania, ponsel pun terbuka dengan sendirinya. Kimberly terkejut dan segera pergi ke aplikasi pesan yang saat itu tidak terkunci.
Dengan cepat, dia menelusuri siapa saja yang sedang berkomunikasi dengan William dan membaca isi pesan yang tersimpan di dalamnya.
Namun, ketika ia membuka pesan yang di arsipkan ia terkejut. Di sana tertera nomor Dania dengan nama di kontak William 'Pacarku' lengkap dengan dua emotikon hati yang menghiasi di sebelah nama tersebut.
Kimberly semakin curiga, lalu membuka pesan tersebut untuk melihat percakapan mereka. Saat layar ponsel terbuka, ekspresi terkejut menghiasi wajahnya. Isi pesan begitu mengejutkan hingga hampir membuatnya pingsan, dan menjatuhkan ponsel William.
"Ja-jadi Mama, mama Dania sim-simmpanan suamiku ... Pacar mas William?!!! nggak mungkin. Nggak mungkin mama tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!" Kimberly hampir saja teriak, sampai dari luar ia mendengar suara langkah kaki mendekat.
Dengan cepat, ia menutup ponsel William dan mengembalikkannya ke tempat semula. Ia pura-pura tidur dan menunggu apa yang akan dilakukan William.
Kimberly berusaha menenangkan dirinya saat William masuk ke dalam kamar. Dia pura-pura tidur dengan wajah tertutup selimut, berharap William tidak akan curiga dengan keadaannya.
"Sayang, kamu sudah tidur?" tanya William pelan sambil duduk di pinggir tempat tidur.
Kimberly tetap pura-pura tidur, tidak menjawab pertanyaan William. Dia berusaha menahan emosinya agar tidak terlihat curiga.
William akhirnya memutuskan untuk tidak mengganggu Kimberly yang sedang tidur. Dia mencivm kening Kimberly dengan lembut sebelum pergi meninggalkan kamar.
Setelah William pergi, Kimberly segera membuka matanya dan mengambil ponsel William lagi. Dia kembali membuka pesan antara William dan Dania, membaca setiap kata dengan teliti.
Isi pesan tersebut memang menunjukkan adanya hubungan yang lebih dari sekadar hubungan ibu mertua dan menantu.
Kimberly merasa hancur dan terluka. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Dania, mama tirinya sendiri, bisa melakukan hal seperti itu. Rasa kecewa dan amarah memenuhi hatinya.
"Tega kamu, mas, tega kamu ngelakuin ini sama aku. Aku sibuk kerja dan cari uang buat menuhin kebutuhan kita, tapi ini yang kau lakukan sebagai balasannya?! awas aja ya, nggak akan lama lagi kau atau Mama akan menghadapi konsekuensinya ..,"
"Tindakan kalian ini akan kubalas berkali-kali lipat suatu hari nanti. Tunggu saja!" gumam Kimberly dengan kesal sebelum akhirnya ia meletakkan ponsel William kembali ke tempatnya dan pergi tidur.
Keesokan harinya, Kimberly terbangun dengan perasaan yang masih terluka dan kecewa. Dia merasa sulit untuk mempercayai bahwa Dania, mama tirinya, bisa melakukan hal seperti itu. Namun, dia juga merasa marah dan bertekad untuk membalas perlakuan mereka.
Setelah sarapan pagi, Kimberly memutuskan untuk pergi ke kantor dan fokus pada pekerjaannya. Dia tidak ingin memikirkan masalah rumah tangganya saat ini.
Bersambung ...