NovelToon NovelToon
Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Beda Dunia
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rendy Purnama

Bayangkan terbangun dan mendapati dirimu dalam tubuh yang bukan milikmu. Itulah yang terjadi padaku setiap kali matahari terbit. Dan kali ini, aku terperangkap dalam tubuh seorang pria asing bernama Arya Pradipta. Tidak ada petunjuk tentang bagaimana aku bisa ada di sini, atau apakah ini hanya sementara. Hanya ada kebingungan, ketakutan, dan kebutuhan untuk berpura-pura menjalani hidup sebagai seseorang yang tak kukenali.

Namun, Arya bukan orang biasa. Setiap hari aku menggali lebih dalam kehidupannya, menemui teka-teki yang membuat kisah ini semakin rumit. Dari panggilan misterius, kenangan yang menghantui, hingga hubungan Arya dengan seorang gadis yang menyimpan rahasia. Di setiap sudut hidup Arya, aku merasakan ada sesuatu yang menunggu untuk ditemukan, sesuatu yang lebih besar dari sekadar tubuh yang kumiliki sementara.

Dalam perjalanan ini, aku menyadari bahwa kehadiranku dalam tubuh Arya bukanlah kebetulan. Ada kekuatan yang menyeret

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Langkah Baru, Tantangan Baru

Setelah Arya diterima bekerja di perusahaan baru, hidup kami perlahan kembali berjalan seperti biasa, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Arya terlihat lebih bersemangat dengan pekerjaannya yang baru, dan aku merasa bangga melihatnya bangkit dari keterpurukan. Kami berdua kini mulai menyusun rencana masa depan dengan lebih optimis. Tidak hanya sekadar membicarakan impian, kami benar-benar mulai mengambil langkah nyata untuk mencapainya.

Suatu malam, kami duduk bersama untuk merencanakan tujuan jangka panjang. Arya yang biasanya terlihat lebih santai kini tampak sangat serius dengan rencana-rencana ini.

"Aku ingin kita punya tabungan yang cukup sebelum kita benar-benar melangkah ke tahap berikutnya," kata Arya sambil menulis angka-angka di sebuah catatan kecil.

"Aku setuju. Tabungan akan membuat kita lebih tenang menghadapi apa pun yang mungkin terjadi ke depannya," jawabku sambil menatapnya.

Setelah diskusi panjang, kami memutuskan untuk mulai menabung secara rutin dan menetapkan target yang realistis. Kami juga membuat daftar hal-hal yang ingin kami capai dalam beberapa tahun ke depan, termasuk membangun rumah kecil, melanjutkan pendidikan, dan bahkan memikirkan pernikahan. Semua ini terasa seperti mimpi yang akhirnya bisa diraih.

***

Beberapa bulan kemudian, kami sudah mulai stabil secara finansial dan bisa mencapai beberapa target yang kami buat. Namun, justru ketika segalanya terasa berjalan lancar, tantangan baru muncul. Kali ini bukan dari luar, melainkan dari dalam diri kami sendiri.

Aku mulai merasakan tekanan dari ekspektasi yang kami buat sendiri. Kadang aku merasa takut apakah kami mampu mewujudkan semua yang telah direncanakan, atau apakah keputusan ini benar-benar yang terbaik untuk kami. Di sisi lain, Arya juga mulai sering pulang dalam keadaan lelah, terutama karena tuntutan pekerjaan barunya yang sangat tinggi.

Suatu hari, setelah bekerja hingga larut malam, Arya pulang dengan wajah lesu. "Maaf, aku pulang terlambat lagi," katanya sambil menunduk.

Aku tersenyum dan berusaha menenangkan perasaannya. "Tidak apa-apa. Aku tahu kamu bekerja keras untuk masa depan kita."

Namun, meski aku berkata demikian, rasa lelah dan kekhawatiran tetap menghantui. Ada kalanya aku merasa Arya dan aku seperti terpisah jarak, walau kami duduk di ruang yang sama. Waktu kami bersama berkurang, dan meskipun kami berusaha tetap saling mendukung, hubungan kami mulai terasa berbeda.

***

Seiring berjalannya waktu, kami menyadari bahwa tekanan yang kami alami ini bisa berpengaruh pada hubungan kami. Suatu malam, aku dan Arya duduk berdua, saling menatap tanpa perlu berkata apa pun. Seperti ada jarak yang mulai terbentuk di antara kami, dan itu membuatku merasa cemas.

"Arya, apakah kamu merasa kita terlalu cepat merencanakan banyak hal?" tanyaku pelan.

Arya terdiam sejenak, tampak memikirkan pertanyaanku. "Mungkin... mungkin iya," jawabnya akhirnya. "Aku tidak menyangka bahwa beban ini bisa begitu berat. Aku kira setelah mendapatkan pekerjaan baru, semuanya akan menjadi lebih mudah."

Aku menggenggam tangannya, berusaha memberikan kekuatan. "Aku juga merasakan hal yang sama. Terkadang aku merasa kita terlalu banyak menuntut dari diri kita sendiri. Kita seolah lupa untuk menikmati perjalanan ini."

Dia menatapku dengan mata penuh penyesalan. "Maaf kalau aku terlalu fokus pada pekerjaan dan rencana-rencana kita. Mungkin aku terlalu ambisius."

Kami berbincang panjang malam itu, saling mencurahkan perasaan dan kegelisahan yang kami rasakan. Kami sepakat untuk sedikit mengurangi tekanan pada diri kami dan mulai menikmati setiap langkah tanpa terlalu terpaku pada target-target besar. Kami ingin kembali merasakan kebahagiaan yang sederhana tanpa harus merasa terbebani oleh rencana-rencana besar.

***

Hari-hari berikutnya, kami mulai memperlambat ritme hidup kami. Setiap akhir pekan, kami menyempatkan diri untuk pergi berlibur meski hanya ke tempat yang dekat, menikmati waktu bersama tanpa harus memikirkan pekerjaan atau masa depan. Kami mencoba menikmati momen yang ada dan menjalani kehidupan dengan lebih santai.

Suatu ketika, saat kami sedang berjalan-jalan di taman, Arya berkata, "Aku rasa ini adalah yang sebenarnya kita cari. Bukan soal seberapa cepat kita mencapai tujuan, tapi seberapa bahagia kita menjalani setiap prosesnya."

Aku mengangguk setuju. "Kamu benar. Kadang kita terlalu terobsesi pada hasil akhir sampai lupa bahwa perjalanan ini juga bagian penting dari kehidupan kita."

Dalam momen tersebut, aku merasa kami berdua tumbuh. Kami belajar bahwa hubungan tidak hanya tentang mencapai tujuan bersama, tapi juga tentang menikmati setiap langkah yang kami tempuh bersama. Kami menyadari bahwa kehidupan ini adalah perjalanan panjang, dan kebahagiaan tidak hanya ada di ujung jalan, tapi juga di setiap langkah yang kita ambil.

Sejak saat itu, kami lebih banyak tertawa dan bersenda gurau. Kami saling mendukung, bukan hanya sebagai pasangan yang punya tujuan bersama, tapi sebagai sahabat yang saling menemani dalam setiap suka dan duka. Kami terus menabung dan merencanakan masa depan, tapi kali ini kami melakukannya tanpa tekanan. Kami yakin bahwa selama kami bersama, segala rintangan bisa kami lewati.

Kami tahu bahwa masih banyak tantangan yang mungkin akan datang, namun kali ini kami lebih siap. Kami tidak lagi takut menghadapi masa depan, karena kami percaya bahwa apa pun yang terjadi, kami memiliki satu sama lain.

1
Iolanthe
Jangan ditinggal nggak jelas thor, kami semua sudah mulai ketagihan nih
+sakuran+
Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!
Rendy Purnama: makasii ya ka sakuran
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!