Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 5. Perjuangan Anak Perantauan.
Setelah melihat adegan panas, tentu Laura ikut merasa panas juga. Dia segera mengambil ponsel dan melihat situs dewasa yang biasa dia lihat.
Laura membuka semua pakaiannya hingga menyisakan segitiga bermuda saja, bahkan penutup bagian atasnya sudah berserakan di atas lantai. Dia bermain solo untuk memuaskan diri sendiri, sambil membayangkan bahwa Aksa lah yang saat ini tengah menikmatinya.
Setelah merasa puas, Laura beranjak turun dari ranjang dan mengambil jubah mandi Hyuna yang tergantung di kamar itu. Dia memakainya lalu duduk di pinggir ranjang sambil tetap melihat video kesukaannya itu.
Hyuna yang baru saja masuk ke dalam kamar memekik kaget saat melihat pakaian Laura berserakan di atas lantai.
"Apa yang kau lakukan?"
Laura tersentak kaget saat mendengar suara seseorang, apalagi saat melihat keberadaan Hyuna di ambang pintu.
"Si*al!"
"Ma-maaf. Tadi, tadi aku sangat kepanasan. Jadi aku mandi dan lupa membereskan pakaianku," ucap Laura sambil memunguti pakaiannya dengan cepat.
Hyuna terdiam. Pikirannya masih mencoba untuk mencerna apa yang baru saja dia lihat. Memangnya ada, orang yang ingin mandi membuka pakaian sampai seperti itu? Lalu, bagaimana jika yang masuk ke dalam kamar tadi adalah Aksa?
"Maaf karena sudah mengejutkanmu, Laura. Aku tidak masalah jika kau ingin mandi atau melakukan apa di kamar ini, hanya saja ingatlah jika ini kamar orang lain. Bisa saja tadi suamiku yang masuk ke dalam kamar ini, 'kan?"
Hyuna masih bersikap sopan, walau apa yang wanita itu lakukan sangat mencurigakan sekali, dan wanita itu memang pantas untuk dicurigain.
"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi."
Laura menundukkan kepalanya dengan raut wajah menyesal, dia lalu berbalik dan masuk ke dalam kamar mandi untuk kembali memakai pakaiannya.
"Tunggu, aku tidak akan mengulanginya lagi katanya?"
Hyuna malah fokus dengan apa yang Laura katakan. Memangnya wanita itu mau menginap di rumahnya lagi, sehingga mengatakan hal seperti itu? Tidak. Dia tidak akan membiarkannya.
Setelah kejadian itu, Hyuna kembali keluar dari kamar dan memilih untuk bersama dengan Aksa. Persetan dengan rasa lengket dan tidak nyaman di tubuhnya, dia lebih tidak nyaman lagi saat melihat wanita itu berkeliaran di dalam kamarnya.
*
*
*
Tepat pukul 5 pagi, Hyuna kembali bangun untuk segera menyiapkan sarapan semua orang. Sebelumnya dia harus membersihkan diri terlebih dulu di kamar mandi dapur, dan untungnya ada pakaian kemaren yang belum sempat di bereskan oleh sang pembantu.
"Hari ini kita masak apa, Buk?" tanya Bik Mina, pembantu yang sudah bekerja sejak Hyuna dan Aksa baru menikah.
"Biar aku aja yang nyiapinnya, Bik. Bibik beres-beres rumah aja ya, lumayan berantakan di luar."
Bik Mina lalu menganggukkan kepalanya dan berlalu keluar sesuai dengan apa yang majikannya katakan, sementara Hyuna mulai bersiap untuk menyiapkan menu sarapan pagi ini.
Tidak berselang lama, datanglah Aida yang berniat untuk membantu putrinya menyiapkan sarapan.
"Kau bangun pagi sekali, Nak? Apa tidak lelah?"
Hyuna tersengum lebar saat melihat keberadaan sang Ibu. "Tidak kok, Bu. Tapi kenapa Ibu juga sudah bangun? Seharusnya Ibu tidur lebih lama lagi, pasti lelah karena perjalanan semalam."
Aida tersenyum sambil mengambil pisau untuk mengiris daun bawang yang sudah berada di tangannya. "Ibu sama sekali tidak lelah."
Butuh waktu selama 4 jam dari rumah orang tua Hyuna menuju kota, lebih tepatnya ke rumahnya karena memang mereka adalah orang desa yang kebetulan merantau ke kota.
Sejak lulus sekolah menengah atas, Hyuna langsung pergi ke kota untuk mengubah nasib. Dia harus membantu perekonomian keluarga juga membantu membayar pendidikan kedua adiknya yang saat itu masih duduk dibangku SMP dan SD.
Semua pekerjaan sudah pernah Hyuna kerjakan selagi itu pekerjaan yang halal, sampai akhirnya dia menjadi pelayan di restoran tempatnya bekerja saat ini.
2 tahun bekerja sebagai pelayan, membuat Hyuna naik jabatan menjadi asisten koki karena pekerjaannya sangat baik dan dia selalu membantu koki menyiapkan pesanan. Hyuna yang terbiasa hidup mandiri sejak kecil tentu membuat dia lebih cekatan, dan bisa melakukan segalanya.
Sampai akhirnya pemilik restoran itu memintanya untuk membuat suatu menu baru untuk restoran mereka, dan hasilnya sangat memuaskan karena banyak orang yang menyukainya.
Sejak saat itulah Hyuna mulai terjun ke dunia masak-memasak dan menjadi seorang koki. Keramahan dan kebaikannya membuat dia disukai banyak orang, walaupun berasal dari desa tetapi dia punya banyak teman di kota tempatnya tinggal sekarang.
Kehidupan Hyuna berjalan lancar dan baik, dari hasil kerja kerasnya dia bisa membantu perekonomian keluarga. Hingga sebuah keberuntungan besar mempertemukannya dengan Aksa, seorang pelanggan yang suka sekali makan direstoran tempatnya bekerja.
Lambat laun mereka menjadi seorang kekasih, dan dalam waktu setahun saja. Aksa melamar Hyuna dan mereka menikah dengan meriah dan bahagia.
Namun, kebahagiaan mereka belum lengkap rasanya karena belum dikarunia seorang anak walau sudah menikah selama 4 tahun. Dan keadaan semakin memanas karena keluarga Aksa terus menekan Hyuna agar segera memberi mereka keturunan.
"Hyuna, kenapa melamun? Apa ada masalah?"
Lamunan Hyuna terhenti saat lengannya di tepuk oleh sang ibu yang menatapnya heran. Dia lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya agar ibunya itu tidak khawatir.
"Tidak kok, Bu. Aku hanya sedang mengenang masa lalu saat masih sekolah dulu. Setiap pagi 'kan, kita selalu memasak bersama."
Aida terkekeh mendengar apa yang Hyuna katakan. "Ya, kau selalu membantu ibu untuk menyiapkan jualan. Kau benar-benar anak yang baik, Nak. Semoga Allah segera menghadirkan anak yang baik pula untukmu."
Mata Aida mengembun. Rasa sesak mulai menguasai dadanya membuat Hyuna menjadi panik.
"Ibu kenapa menangis?"
Hyuna segera menggenggam tangan ibunya, dan membawanya duduk di kursi makan. Dengan cepat Hyuna mengambilkan air minum dan memberikannya pada sang ibu, dan membantu ibunya untuk meminum air tersebut.
"Ada apa, Bu? Kenapa Ibu menangis?" Hyuna mengusap punggung sang ibu dengan lembut.
"Tidak ada apa-apa, Nak. Ibu hanya ingin melihat putri ibu ini bahagia."
•
•
•
Tbc.