Umar yang menikahi sekarang gadis karena insiden yang dialami keduanya, kisah cinta rumit keduanya karena ternyata sang Istri memiliki orang yang dia cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Koma
Shofiyah datang dengan langkah tergesa-gesa bersama dengan anak dan menantunya. Dia menghampiri sang anak yang tengah menangis kemudian memeluknya.
"Bagaimana keadaan mereka nak?? Tanya Shofiyah dengan tangis.
Umar menggeleng tanda tak tahu, dia hanya menangis melampiaskan sesak didalam dadanya.
"Dimana kami harus mendonorkan darah tante, kami berempat akan menyumbangkan darah". Ucap Aryan dengan sopan.
"Kalian masuklah diruangan sana, tadi om kalian masuk kedalam situ". Ucap Rina menangis.
Safa memeluk tantenya itu. "ibu baik-baik saja??". Safa juga ikut menangis melihat keadaan tantenya itu.
"Tante tidak baik-baik saja nak, masuklah sumbangkan darahmu untuk kakakmu, dia sangat membutuhkannya apalagi dia keadaan hamil besar seperti itu". Tangis Rina kembali pecah mengingat anaknya itu.
Semua orang yang mendengarkan pun meneteskan air mata nya, mereka segera keruangan yang dikatakan oleh Rina tadi termasuk dengan Shofiyah.
Kini Ahmad yang berada dihadapan sang anak dan memeluknya, dia tahu anaknya pasti terpukul sedangkan Fahira memeluk Rina yang masih menangis.
Tidak lama dokter keluar dengan mengusap wajahnya kerena bingung entah karena apa.
"Bagaimana keadaan anak saya dan cucu saya dokter?? Tanya Rina begitu melihat dokter keluar dari ruangan UGD itu.
Melihat itu semuanya ikut berdiri untuk mengetahui informasi itu.
"Kedua bayi kembarnya telah lahir tapi berada di ruang inkubator karena mereka semua sangat lemah dan butuh perawatan khusus sedangkan untuk ibunya, maaf dengan berat hati kami katakan, dia mengalami koma karena pembuluh darah pada dirinya pecah dan banyak mengalami keretakan pada tulangnya".
"Ya Allah". Rina dan Umar langsung Limbung dan hampir terjatuh untung saja mereka ditangkap tepat waktu.
Rina pingsan sedangkan Umar duduk dengan tatapan kosong sedangkan yang ada disana sudah menangis membayangkan keadaan ipar dan juga keponakan mereka.
"Jadi apakah menantu saya akan bisa baik-baik saja?? dia bisa sembuh kan?? Tanya Ahmad dengan suara bergetar, dia tidak menyangka cucunya dan menantunya akan mengalami hal seperti ini.
"Kita serahkan pada Allah pak, kami akan berusaha semampu kami". Ucap sang dokter menundukkan kepalanya.
Rina segera dibawah ke ruang perawatan karena pingsan, sedangkan Umar hanya duduk bak patung yang tak bisa bergerak.
"Kamu yang tanah nak, sabar yah". Ahmad memeluk sang anak karena sejak tadi diam seribu bahasa dan air mata yang tak henti mengalir.
"Kalian kenapa??, bagaimana keadaan Shifa?? Tanya Shofiyah yang baru datang setelah mendonorkan darahnya.
"Kakak Ipar koma ummi dan keponakan kami juga kritis". Raihana dan Rumaisya langsung memeluk ibunya karena sanagt sedih, keponakan yang mereka tunggu berada diruangan karena kritis. dan Tante Rina dibawah ke ruang perawatan karena pingsan dsn ditemani oleh kak Fahira.
"Allahu akbar". Gibran dibelakang Shofiyah jatuh terduduk di lantai kemudian menundukkan kepalanya.
Safa yang berada disamping pamannya kemudian memeluknya dan ikut menangis. Dia hanya bisa mengelus pundak sang paman untuk memberikan kekuatan. dan tidak lama dia juga menyusul istri nya pingsan dipelukan Safa.
Para lelaki yang ada disana segera memopong tubuh Gibran untuk mendapatkan perawatan.
Umar berjalan dengan gontai menuju ruangan bayi dan disana terlihat jelas anak yang baru lahir yang tengah berjuang dan dipasangi selang pada hidung mereka. Umar menangis menyentuh kaca seakan ingin menyentuh anaknya.
"Anak abah, kalian baik-baik yah nak, jangan tinggalin abah yah". Tangis Umar pecah seketika melihat bayinya bergerak seolah tahu jika dirinya berada di dekat dengan mereka.
Seluruh keluarga ikut melihat anak-anak itu dan menetes kan air matanya.
"Cucu ummi tua cepat sembuh nak, sabar yah, kalian harus kuat karena kami menanti kalian untuk main bersama". Shofiyah meneteskan airmatanya .
Kedua bayi itu menangis seolah memberitahu jika mereka juga mengetahui kehadiran mereka di sana.
"Maaf bu, pak, siapa ayah dari anak ini?? Tanya Suster yang keluar dari ruangan itu.
"Saya ayah anak-anak itu dokter, ada apa yah???
"Apa golongan darah anda O negatif??
"Iya dokter, ada apa yah??
"Tolong ikut saya ketempat donor darah karena anak-anak anda membutuhkannya, oh iya setelah itu anda datang kemari untuk mengazani anak anda, mungkin dengan mendengar suara anda mereka bisa banyak merespon".
"Baik suster". Umar segera bergerak sesuai arahan suster sedangkan keluarganya menatap anak-anak dari balik dinding kaca transparan itu.
"Masihan sekali kalian nak, baru lahir sudah seperti ini, kalian kuat yah, kami menunggu kalian semua disinii". Shofiyah memeluk Ahmad dan menangis.
"
"Mari kita sholat dan berdoa kepada Allah untuk kesembuhan mereka". Ajak Ahmad kepada seluruh keluarganya.
"Ayo abi". Mereka bergegas keluar mencari musholla dan sholat hajat bersama.
Setelah mereka sholat, mereka melihat didalam telah ada Umar yang mengazani anak-anak itu dengan suara bergetar karena menangis.
Stelah itu Umar menggendong anak-anak itu dengan kehangatan seorang ayah secara bergantian, keadaan mereka sudah lebih baik setelah mendapatkan donor darah dari Umar.
"Ya Allah, Angkatlah semua penyakit yang diderita anak-anak ku, mereka terlalu kecil untuk merasakan luka teramat perih seperti ini, engkau yang maha pemilik dan penyembuh penyakit". Doa Umar dalam hati saat menimang anaknya itu.
Setelah itu dia keluar dalam keadaan tak punya tenaga, dia tak kuasa melihat keadaan anak dan istrinya. Walau dia belum bisa melihat istrinya.
Hari menjelang malam, keluarga Shofiyah pulang karena mereka akan mengbil peralatan bayi serta keperluan Umar selama berada dirumah sakit begitupun dengan berkas-berkas nya. dan kini tinggallah Umar dan Sang adik Ammar yang duduk didepan kamar Shifa sedangkan kedua mertua Umar tengah berada di ruangannya karena belum sadar dari pingsannya.
"Kakak yang sabar, aku yakin kak Shifa wanita yang kuat, kakak harus bisa lebih kuat dari mereka karena mereka membutuhkan kakak". Ammar tersenyum sendu melihat keadaan sang kakak yang nampak berantakan.
Umar tidak menjawab, dia kemudian mengambil alquran saku yang selalu dia bawah kemudian membacanya, tidak jauh beda dengan Ammar. Keheningan terjadi apda mereka dan merek sibuk dengan al Quran saku masing-masing.
Ammar mengajak sang kakak Sholat berjamaah di mesjid karena waktu sudah menunjukkan waktu sholat magrib. Dan meminta sang kakak untuk ke kantin rumah sakit untuk makan malam akrena sejak siang tadi sang kakak belum makan.
"Kita makan dulu kak". Ajaknya kepada sang kakak.
"Aku tidak lapar dek, kamu saja". Ucap Umar mwnggelng lemah.
"Kaka harus malam dan punya tenaga, kalau kakak juga jatuh sakit, siapa yang akan menjaga mereka kak, mereka membutuhkan kakak, makanlah agar lebih baik".
Umar menatap sang adik yang membujuknya, adiknya benar, dia harus bisa kuat karena tinggal dirinya yang bisa diandalkan dalam keadaan seperti ini.
Kalau boleh kasih masukan dikit, Umar nyelamatin si wanita yang mau bundir di jembatan atau dimana lah. Si wanita depresi karena cowoknya. Karena kasihan dan ingin mengayomi takut kejadian terulang, Umar ngelamar wanita itu. Nah.. di situ tuh.. baru jalan cerita lika-liku ketulusan Umar menyadarkan isterinya sembari mencoba meraih hatinya. Maaf ya mbak, aku sok-sokan ngasih saran segala. Moga sehat dan sukse selalu. Semangat!