Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.
Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.
Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Sama Siapa?
Di dalam apotek, Dara berdiri di depan rak alat tes kehamilan dengan mata terbelalak. "Kok banyak banget, sih? Mana yang paling akurat? Ya udah, beli semuanya aja biar aman." Ia meraih beberapa test pack dari berbagai merek, lalu berjalan ke kasir sambil melirik kanan-kiri, memastikan tidak ada orang yang dikenalnya.
Setelah menyelesaikan pembayaran, ia kembali ke mobil dengan langkah secepat mungkin. Dara duduk di kursi penumpang sambil menahan napas, mencoba bersikap biasa.
Ziel melirik sekilas ke arah tas kecil di tangan Dara. "Vitamin apa sampai harus buru-buru begitu?" tanyanya datar, sambil kembali melajukan mobil.
Dara tertawa kecil sambil menyembunyikan keresahannya. "Vitamin yang paling bagus, Pak Bos. Yang bikin saya makin semangat kerja untuk Pak Bos," jawabnya sambil menepuk dadanya dengan gaya bercanda.
Ziel tidak menjawab. Matanya kembali fokus ke jalan, tapi sudut matanya sesekali melirik Dara. Ada sesuatu yang terasa ganjil. Dara memang tetap terlihat ceria dan kocak seperti biasanya, tapi Ziel bisa merasakan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Sejak kembali dari toilet kantor tadi siang, Dara terlalu fokus pada pekerjaannya, seolah sengaja menenggelamkan diri untuk melupakan atau mengalihkan pikiran dari sesuatu yang mengganggunya. Tidak ada candaan, tidak ada komentar konyol khas Dara yang biasanya selalu membuat suasana menjadi hidup.
Namun, begitu jam kantor usai, Dara perlahan kembali seperti biasanya, ceria, penuh energi, dan gemar bercanda. Hal itu seolah menjadi tameng untuk menutupi sesuatu yang Ziel belum bisa pahami. Ziel mendesah pelan, "Apa sebenarnya yang dia sembunyikan?" pikirnya, tapi ia memilih untuk tidak bertanya, setidaknya untuk saat ini.
Ziel melirik sekilas ke arah Dara, semakin yakin ada sesuatu yang tidak biasa. Dara duduk di sebelahnya, memeluk tas kecil di pangkuannya dengan erat, seolah menyembunyikan sesuatu. Sikapnya yang sedikit gelisah dan nada suara saat menjawab tadi membuat Ziel semakin curiga.
Dalam keheningan itu, Ziel bergumam pelan, "Vitamin macam apa yang dibeli dengan wajah secemas itu?"
Dara langsung menoleh, alisnya bertaut. "Pak Bos bilang apa?"
Ziel tersentak kecil, menyadari gumamannya terdengar. Ia menggeleng sambil memasang ekspresi datar. "Bukan apa-apa."
Dara tetap memandangnya dengan curiga, tapi akhirnya memutuskan untuk tidak bertanya lebih jauh. Ia hanya menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Namun, di dalam hati, ia terus memikirkan benda kecil yang kini tersembunyi di dalam tasnya.
***
Saat makan malam, Dara kembali menjadi dirinya yang ceria. Ia melontarkan candaan-candaan kecil yang membuat suasana makan terasa hangat dan ringan. Ziel pun sesekali menanggapi dengan senyuman tipis atau anggukan kecil, meski dalam hati ia masih mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan asistennya itu.
Namun, ketika mereka pindah ke ruang tengah untuk melanjutkan pekerjaan, suasana berubah. Dara duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya, jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard. Di sebelahnya, beberapa dokumen berserakan, menunggu untuk diperiksa. Ziel yang duduk di kursi seberang memerhatikannya diam-diam.
Wajah Dara kini kembali tegang. Tidak ada lagi candaan atau celotehan ringan seperti saat makan malam tadi. Tak ada cemilan disampingnya seperti biasanya. Matanya fokus pada layar laptop, tetapi raut wajahnya menunjukkan sesuatu yang lebih dari sekadar konsentrasi.
Ziel menyipitkan matanya, mencoba membaca situasi. "Ada yang salah dengan dokumennya?" tanyanya akhirnya, mencoba membuka percakapan.
Dara tersentak kecil, lalu menggeleng dengan cepat. "Ah, tidak, Pak Bos. Semuanya baik-baik saja. Saya hanya ingin menyelesaikannya secepat mungkin," jawabnya, berusaha terdengar biasa saja.
Ziel tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan, meski dalam hati ia tahu ada sesuatu yang Dara sembunyikan. Ekspresi itu, ketegangan yang sama seperti tadi siang, kembali terlihat jelas di wajahnya. "Apa yang sebenarnya ia pikirkan?" gumam Ziel dalam hati, matanya masih terpaku pada Dara.
Setelah pekerjaan mereka selesai, keduanya masuk ke kamar masing-masing. Dara mencoba memejamkan matanya, tapi pikirannya terus berlarian ke mana-mana, membuatnya sulit terlelap.
Ia menghela napas panjang, lalu bergumam pelan, "Tidurlah, Dara! Tidur! Jangan pikirkan apa-apa!" Namun, setiap kali ia memejamkan mata, kekhawatirannya kembali menghantui. Ia menarik napas panjang lagi, mencoba menenangkan diri. "Positif thinking, Dara. Kamu pernah telat dua bulan sebelumnya." Namun sesaat kemudian ia menghela napas kasar. "Tapi... ini sudah lebih dari dua bulan. Argh, aku bisa stres kalau begini terus," gumamnya, suaranya mulai terdengar putus asa.
Di sisi lain, di kamar Ziel, pria itu juga terbaring di ranjang dengan mata yang terus menatap langit-langit kamar. Ia berusaha mengusir berbagai pikiran yang memenuhi kepalanya, namun tidak berhasil. Dengan frustrasi, Ziel menghela napas kasar. "Apa yang terjadi padamu, Dara?" gumamnya pelan, suaranya dipenuhi kebingungan.
Ia mengusap wajahnya, mencoba memahami kegelisahan yang menguasai dirinya. "Kenapa aku begitu terganggu melihat Dara yang tak seceria biasanya? Kenapa aku sangat peduli padanya? Bahkan Nika tidak pernah membuatku gelisah atau kesulitan tidur seperti ini."
Ziel terdiam sejenak, lalu menggerutu pelan, "Tapi Dara... kenapa dia bisa membuat aku seperti ini? Kenapa kebahagiaannya begitu penting bagiku?" Ia mengepalkan tangan, merasakan kekacauan di dalam hatinya semakin sulit untuk dipahami. "Shitt! Apa aku sudah tidak waras?" Ziel bergumam dengan suara rendah, memejamkan mata sejenak, tapi pikiran tentang Dara terus menghantuinya.
***
Pagi yang cerah seharusnya membuat Dara bersemangat, tapi kali ini tidak. Ia terbangun dengan wajah kusut dan langsung bangkit dari tempat tidur. Tanpa membuang waktu, ia meraih kantong kecil dari laci yang berisi semua test pack yang ia beli kemarin.
"Hari ini harus tahu! Aku nggak bisa hidup dengan tanda tanya terus!" gumamnya sambil bergegas menuju kamar mandi.
Di kamar mandi, Dara dengan hati-hati membuka salah satu test pack, membaca petunjuknya dengan saksama, meskipun sebenarnya ia sudah hafal dari semalam. "Pipis di sini, tunggu beberapa menit, lihat garis. Oke, gampang. Aku bisa!" katanya menyemangati diri sendiri.
Setelah menyelesaikan tes, ia meletakkan test pack di atas wastafel. Dara berjalan mondar-mandir seperti orang gila di kamar mandi. Sesekali ia melirik test pack itu, tapi buru-buru mengalihkan pandangan.
"Astaga, kenapa sih, waktu terasa seperti melambat? Lima menit kok, kayak lima jam!" keluhnya, mulai merasa haus karena deg-degan.
Dara keluar dari kamar mandi, menuju kulkas, dan membuka botol air dingin. Ia menuangkan segelas dan meminumnya dengan cepat. "Oke, Dara, tenang. Mungkin ini cuma telat biasa. Kamu 'kan pernah telat dua bulan, nggak ada apa-apa waktu itu. Chill. Chill!" Ia bicara pada dirinya sendiri sambil mencoba menenangkan napasnya yang memburu.
Namun, saat kembali ke kamar mandi, perasaan itu kembali menyerangnya. Jantungnya berdegup semakin kencang. Ia menatap test pack itu dari jauh seperti menghadapi monster. "Aku nggak mau lihat... tapi aku harus lihat! Aduh, Tuhan, kenapa hidup ini begitu dramatis?!"
Akhirnya, dengan tangan gemetar, Dara mengambil salah satu test pack. Matanya perlahan fokus pada hasilnya. Ada dua garis jelas di sana.
"Du-dua garis? Dua garis artinya..." Tubuh Dara tiba-tiba terasa lemas, seperti semua tulangnya menghilang. Test pack itu hampir jatuh dari tangannya.
"TIDAK MUNGKIN!" teriaknya pelan, menahan agar suaranya tidak terdengar. Ia buru-buru mengambil test pack lain untuk memastikan. Tes kedua... dua garis. Tes ketiga... masih dua garis.
Dara menjatuhkan dirinya ke lantai kamar mandi sambil memegangi test pack. "Ini nggak lucu, Tuhan. Aku? Dara yang hebat? Hamil? Aku belum siap jadi ibu! Aku bahkan nggak tahu siapa pria itu!"
Ia mengacak rambutnya dengan frustrasi, lalu berdiri dengan semangat aneh. "Oke, mungkin test pack-nya rusak! Bisa jadi ini cacat pabrik. Siapa tahu mereknya nggak terpercaya?!" Tapi dalam hati kecilnya, ia tahu ini nyata.
Dara menatap wajahnya di cermin. "Dara... kamu mungkin kocak, tapi kamu juga tangguh. Kamu bisa hadapi ini. Tapi pertama-tama..." Ia kembali memandang test pack itu dan berteriak dalam hati, "KENAPA INI TERJADI SAMA AKU?!"
Namun, di balik kekacauan itu, ia tidak bisa menahan senyum kecil yang terselip. "Astaga, aku bakal punya bayi...bayi mungil yang lucu," gumamnya dengan nada bingung tapi sedikit hangat, sebelum kembali panik. "Tapi... sama siapa aku harus minta pertanggung jawaban?!"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Semangat2 dara jgn punya pikiran mau menggugurkan kandunganmu itu
bayi itu tidak berdosa....
Seandainya suatu terbongkar dara hamidun sebaiknya jujur aja sm pak boss korban memperkosaan dara....
kasian jg jd dara hamil tidak tahu siapa pelakunya dan mau minta tanggungjawan sm siapa jg....
blm nanti omongan tmn2 Kantornya pd juling pasti dara hamil diluar nikah...
lanjut thor.....
Sabar dara anak itu titipan jaga dan rawat dia dan sayangi hrs menerima dgn ikhlas....
Pak bos seandainya tahu daralah perempuan yg dinodainya so pasti akan bertanggungjawab menikahinya...
Debay pgn dekat2 sm papanya dan papanya mengalami sindrom coudave....
Dara testpack dulu membuktikan lg hamil gak....
Sabar ya dara hasil garis dua hrs terima dgn ikhlas dan pasti dara bingung mau minta tanggungjawab sm siapa pria yg menghamilinya wajahnya samar2 dan tidak jelas....
sama dengan cover novel sebelah??
sama2 update juga,kirain novelnya error gak tau nya liat judul beda...
maaf ya kk Thor🙏🏻