Dalam sebuah pesta seorang gadis bernama Elis sengaja di tugaskan oleh sang ayah untuk menggoda para pengusaha muda yang kaya raya. Namun siapa sangka Elis malah terjebak dengan seorang pria yang paling di takuti di dunia bisnis.
Louise Mahendra Maxim adalah CEO dari Boison Grup terkenal dingin dan kejam. Seseorang yang pintar dan juga cerdas namun sayangnya malah jatuh hati pada Elis putri seorang pengusaha licik dan serakah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelicikan Yang Seimbang
"Anggap saja ini sebagai jaminan jika anda tidak akan mempermainkan putri ku. Meskipun anda dan Elis saling menyukai tapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan." jawab Aryo.
Louise kemudian membuka berkas itu yang ternyata semacam surat perjanjian yang isinya Louise tidak boleh mengkhianati, berselingkuh atau meninggalkan Elis. Seandainya jika Louise melakukan itu maka Elis berhak menggugat cerai Louise dan Louise harus membayar kompensasi.
Tak tanggung-tanggung kompensasi yang di minta Aryo dalam surat perjanjian itu, yaitu Louise harus membayarnya dengan memberikan tiga puluh persen saham perusahaan Boison Grup kepada Elis.
Louise sedikit menarik sudut bibirnya. Jelas sekali kelicikan dan keserakahan calon papa mertuanya.
Sementara Aryo berusaha agar tetap bersikap tenang dihadapan sang calon menantu. Padahal dalam hatinya merasa takut sekali berhadapan dengan Louise yang memang memiliki aura yang mematikan. Namun karena keserakahan yang sudah menguasai diri Aryo lebih besar membuatnya berani mengajukan perjanjian yang itu.
"Baiklah, aku akan menandatangani perjanjian ini jika anda juga mau menandatangani perjanjian dari ku." kata Louise setelah selesai membaca surat perjanjian dari Aryo.
"Perjanjian apa ?" tanya Aryo yang mulai gugup karena permintaannya tak langsung di setujui Louise.
Louise kemudian mengambil sebuah berkas di laci mejanya yang memang sudah ia siapkan untuk Aryo.
Pria tua itu segera membuka dan membaca perjanjian dari Louise. Tak jauh berbeda dari isi perjanjian yang ia buat ternyata Louise juga mengajukan hal yang sama. Yaitu Louise akan mengambil perusahaan Bintang Media jika Elis yang lebih dulu berselingkuh atau meninggalkannya.
"Maaf Tuan Louise, aku merasa keberatan jika anda menggambil perusahaan ku, sedangkan aku hanya meminta tiga puluh persen dari saham perusahaan anda. Itu pun untuk menjamin kehidupan putriku." kata Aryo yang merasa akan dirugikan.
"Tiga puluh persen dari saham Boison Grup nilainya sepuluh kali jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai Bintang Media." kata Louise menyombongkan diri.
Memang apa yang Louise katakan itu benar. Perusahaan Boison Grup adalah sebuah perusahaan yang besar, yang memiliki ribuan karyawan dan memiliki cabang perusahaan di berbagai negara Asia dan Eropa. Sedangkan Bintang Media hanyalah sebuah perusahaan media di urutan ke lima yang ada tanah air. Bahkan Bintang Media hanya memiliki karyawan berjumlah tak lebih dari lima puluh orang.
"Apa anda tahu keuntungan perusahaan Boison Grup itu mencapai satu miliar dolar setiap menit." lanjut Louise yang masih membanggakan perusahaan Boison Grup milik keluarganya.
Aryo langsung terdiam mendengar apa yang Louise katakan. Jiwa serakahnya semakin bergejolak.
"Tapi aku tidak memaksa anda untuk menandatangani perjanjian ini sekarang. Aku akan memberikan waktu untuk anda memikirkannya. Jika Anda setuju datanglah dua hari lagi bersama pengacara anda. Kita akan sama-sama menandatangani kedua perjanjian ini." kata Louise sebelum mengakhiri pertemuannya dengan sang calon ayah mertuanya.
*
Pulang dari bertemu Louise, Aryo terus memikirkan tentang perjanjian yang di ajukan oleh pemuda itu. Dia jadi bingung harus menyetujuinya atau tidak. Jika dia menyetujuinya, Aryo takut akan kehilangan perusahaannya seandainya Elis berbuat sesuatu hal di kemudian hari.
Tapi, jika Aryo tidak menyetujuinya maka perjanjian yang telah ia buat untuk mendapatkan tiga puluh persen saham perusahaan Boison Grup juga tidak di setujui Louise.
Aryo menghela napasnya dalam-dalam agar bisa berpikiran jernih sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan yang akan merugikannya.