Adelia cahya kinanti, seorang wanita barbar yang terpaksa menikah dengan pria lumpuh dan juga depresi akibat kecelakaan yang menimpanya. Adelia menerima semua perlakuan kasar dari pria yang di nikahinya.
Albert satya wiguna, seorang pria malang harus menerima kondisinya yang dinyatakan lumpuh oleh Dokter akibat kecelakaan yang membuatnya trauma berat, selain kakinya yang lumpuh mentalnya juga terganggu akibat rasa bersalahnya yang membekas di ingatan, kecelakaan terjadi saat dia mengendarai mobil bersama kedua orangtuanya namun tiba-tiba ada sebuah mobil yang sengaja menghantam mobil miliknya, Albert berusaha menghindari mobil tersebut namun rem mobilnya blong hingga akhirnya mobil yang di tumpanginya berguling-guling di jalanan yang sepi, beruntung dia dan ibunya selamat namun ayahnya meninggal di tempat akibat terhimpit sehingga kehabisan nafas.
akankah Albert sembuh dari sakitnya? apakah Adel mampu mempertahankan rumah tangganya bersama pria lumpuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Melawan trauma
Adel membereskan bekas piring Al, dia mengangkat tubuh Al dan mendudukkannya di atas kasur. Adel duduk menatap serius pada Al, banyak pertanyaan yang ingin ia utarakan namun dia harus tetap menjaga kestabilan emosi suaminya, jangan sampai pertanyaannya menyakitinya.
"Mana obatku?" Tanya Al menatap kearah istrinya, sudah waktunya ia meminum obatnya.
"Mulai hari ini, kamu tidak perlu lagi minum obat, jika kamu terus meminumnya penyakitmu tidak akan sembuh dan kamu akan terus ketergantungan obat, disini bukanlah obat yang kamu butuhkan bro, tapi keberanianmu melawan rasa takutmu, mengerti!" Tegas Adel.
"Apa aku bisa?" Taya Al ragu pada dirinya sendiri.
Sebelum menjawab pertanyaan Al, Adel menelisik wajahnya, dia memikirkan sesuatu yang hanya dialah yang tau. Al bingung melihat Adel yang diam saja, dia melambaikan tangannya ke arah Adel memeriksa apakah istrinya itu melamun atau tidak.
"Tuh tangan diem dulu napa? Jangan ganggu dulu lagi mikir nih." Omel Adel menepis tangan Al.
"Kirain kesambet." Ucap Al dengan nada datarnya.
"Wajar juga kalau kesambet, orang bapa dedemitnya lagi duduk di depan noh" celetuk Adel memajukan wajahnya ke arah Al.
Al memelototkan wajahnya, dia tidak terima di bilang bagian dari syaitonnirrozim oleh Adel, Al menjitak kening Adel sampai si empu meringis.
pletak..
Sshhh.. Aww
"Dasar laki durhakim! maen jitak aja." Protes Adel mengusap keningnya.
"Menyebalkan" ucap Al mendengus kesal.
"Sebenarnya, kamu bisa sembuh dari trauma mu dan juga dari kelumpuhanmu, asal kamu mau berjuang keluar dari bayang-bayang rasa bersalahmu." ucap Adel.
"Bagaimana caranya?" Tanya Albert. Sejujurnya ia putus asa, tidak ada kemajuan atau perubahan sedikit pun dari dirinya, alias perkembangannya monoton.
"Caranya adalah kamu tidak boleh melamun, lawan rasa traumamu selebihnya aku akan membantumu, kamu percaya padaku bukan?" Ucap Adel.
Al merasa ragu pada dirinya sendiri, selama ini benar adanya jika dia tak bisa melawan traumanya hanya mengandalkan obat-obatan saja. Bagaimana dengan setiap mimpi yang muncul dari tidurnya? Apakah dirinya juga yang harus melawan semuanya.
"Kenapa kau melakukan semua ini? Apa karena kasihan padaku?" Tanya Al pada istrinya. Di zaman sekarang ini, mana ada wanita yang bisa menerima atau menikah dengan orang yang memiliki keterbatasan, kadar kepercayaannya terhadap lawan jenis masih menurun akibat ulah mantannya.
"Aku membantumu karena statusmu sekarang adalah suamiku, ayahku bilang aku harus menerima segala kekurangan dan kelebihan suamiku. aku tidak melakukan semuanya atas dasar kasihan, aku ikhlas dengan sepenuh hati aku mengurusmu dan merawatmu , mempersiapkan segala keperluanmu itu adalah pahala bagiku jiiaahh .. Sle'meewww ahh." Tutur Adel dengan bijak, akan tetapi di akhir kalimatnya membuat Al harus mengelus dadanya.
Albert mendengus kesal, dia sudah menanggapi serius ucapan Adel namun istrinya itu berbeda dari wanita pada umumnya, ada saja tingkahnya yang bisa membuat darahnya naik, bibirnya terangkat, jantungnya berdebar dan perutnya keram menahan suara agar tidak tertawa secara bersamaan, ingin sekali dia menenggelamkan Adel ke dalam sumur jika dia bisa.
"Dasar menyebalkan" Kesal Al.
Adel tertawa lepas melihat ekspresi Al yang sudah sangat serius memperhatikan semua ucapannya layaknya seorang murid memperhatikan pelajaran yang di sampaikan oleh gurunya. meskipun kesal, namun di balik semua itu Al merasa terhibur oleh kehadiran Adel, sudah lama senyumnya hilang bersamaan dengan orang yang dia sayangi pergi untuk selamanya.
"Aduh. komuknya lucu banget" ucap Adel mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata karena tertawa.
Al memasang wajah datarnya, senyum yang di perlihatkan Adel membuat pandangannya terkunci.
'manis' batin Al.
"Apa dirimu sering bermimpi buruk?" Tanya Adel mulai kembali ke topik.
"Sering" Jawab Al singkat. Pandangannya lurus ke depan, tetapi ia segera menyadarkan dirinya dan beralih menatap Adel.
"Jika setelah bermimpi buruk, apakah kamu tidak mengingat sesuatu lagi?" tanya Adel.
'gue udah kayak wartawan yang nyelidikin kasus kewarasan deh, gapapa dah interogasi suami biar dia cepet sembuh ya kali ganteng tajir di biarin mubazir, barang antik nih kagak boleh di sia-siain.' batin Adel.
"Kalau udah mimpi buruk, aku tidak mengingat apapun lagi, yang ku tahu aku bangun tidur dan melihat sekelilingku berantakan itu saja." Jawab Al.
"Boleh aku memeriksa kakimu?" Tanya Adel.
"Kau mau apa?" Tanya balik Al dengan kening mengkerut.
Adel mengerlingkan matanya, dia bertanya malah di jawab dengan pertanyaan balik, Adel jadi ragu kata orang rumah Al adalah pria genius tapi bagi Adel Albert adalah pria idiot.
"Mau per**** suami sendiri" Celetuk Adel asal.
"Sembarangan!" ucap Al menutup tubuhnya dengan selimut.
Adel menepuk jidatnya, lama-lama dia yang stres menghadapi suaminya yang agak polos tapi idiot, Adel menghela nafasnya dengan panjang.
' sabar del maklumlah namanya juga orang sisa ke sambar gluduk (petir)' batin Adel.
"Aku mau periksa kakimu sebentar, aku ingin tau apa kakimu masih bisa di sembuhkan atau tidak." Ucap Adel.
"Eoh," Al menurunkan selimutnya.
Adel memeriksa kaki Al, dia menggerakkan jemari kakinya dan memeriksa seluruh bagian kaki lainnya.
"Apa kamu merasakan sakit?" Tanya Adel.
"Tidak ada." Jawab Al, karena memang kakinya mati rasa.
" Kakimu masih bisa di sembuhkan, aku akan membuat ramuan sakti mandraguna untukmu." Ucap Adel kembali duduk.
"Ramuan apa?" Tanya Al memastikan.
"Ayahku juga pernah mengalami patah tulang, ibuku membawanya ke terapis yang biasa menangani masalah per-tulangan, disana banyak pasien dengan berbagai macam keluhan seperti patah tulang, lumpuh dan lain sebagainya. Setiap hari ayah di berikan ramuan sakti mandraguna yang di racik oleh ibu dengan resep yang di berikan oleh terapis tersebut, jika kamu mau aku akan membawamu kesana." Jelas Adel.
"Nanti aku akan bicarakan dulu pada mommy." Ucap Al.
Adel menganggukkan kepalanya. Dia merasa ada yang lupa tapi dia tidak mengingatnya, Adel memperhatikan wajah Albert beberapa saat kemudian dia mengingat sesuatu.
"Oh iya aku lupa, Al tunggu sebentar aku mau keluar dulu." ucap Adel menepuk keningnya.
"Hemm"
Adel memutar bola matanya jengah, jawaban singkat Albert membuatnya ingin memakan hidup-hidup suaminya itu kalau tidak ingat dosa.
Adel turun dari lantai atas, mencari sosok kepala pelayan yang selalu mendampingi suaminya.
"Susah amat nyarinya, dimana ya?" Gumam Adel.
Sebuah kebetulan Pak Ahmad berjalan hendak keluar, namun Adel langsung memanggilnya.
"Paman..!" Panggil Adel setengah berteriak.
Adel berjalan menghampiri pak Ahmad, merasa di panggil Pak Ahmad pun membalikkan tubuhnya.
"Ada apa nona?" Tanya Pak Ahmad.
"Paman mau kemana?" Bukannya langsung menjawab, Adel malah balik bertanya.
"Nyonya besar memintaku untuk memeriksa semua tanaman bunga dan juga ikan koki peliharaannya di luar, apa nona butuh sesutu?" Jawab Pak Ahmad.
"Butuh banget paman, aku nyari paman mau minta gunting cukur buat Al." Ucap Adel.
Pak Ahmad mengernyitkan dahinya.
"Apa tuan muda ingin mencukur rambutnya?" Tanya Pak Ahmad. Rasanya sudah lama Albert tidak mencukur rambutnya, bahkan Pak Ahmad saja lupa kali terakhir Al mencukur rambutnya.
"Bukan rambut, aku meminta gunting cukur buat bersihin jambang sama kumisnya yang sudah seperti hutan rimba, kalo rambutnya mah gampang biar Adel sekalian aja yang cukur biar nanti di bikinin style ala-ala Suga BTS." jelas Adel dengan percaya dirinya.
Pak Ahmad menahan tawanya, sikap ceplas ceplos Adel sangat serasi di pasangkan dengan manusia kaku seperti anak majikannya.