NovelToon NovelToon
Sisa Rasa Rosa

Sisa Rasa Rosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:598
Nilai: 5
Nama Author: Noey Ismii

Rosa kembali ke Bandung setelah enam tahun menghindari Papa dan Rama, Kakaknya. Selain kembali beradaptasi dengan sekolah baru dan menguatkan hatinya untuk bertemu Rama, Rosa yang kaku juga dikejutkan dengan kedatangan Angkasa. Kakak kelasnya yang adalah anggota geng motor.
Perasaannya dibuat campur aduk. Cinta pertamanya, kebenciannya pada Rama dan Papa, juga rasa kehilangan yang harus kembali dia rasakan. Bagaimana Rosa yang sulit berekspresi menghadapi semuanya?
Apakah Rosa bisa melaluinya? Apakah Rosa bisa mengembalikan perasaan damainya?


Update setiap hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noey Ismii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hidup Diantara Laki-laki

Rama muncul dari balik pintu, tersenyum. Tangannya memegang piring. “Rosa mau kiwi?” tanyanya.

“Gak,” jawab Rosa cepat. Suaranya lirih. Ia hanya ingin Rama cepat pergi.

Kemudian pintu terbuka lebar, “Kamu sakit?”

Rama menyerbu masuk. Melihat Rosa yang bergelung di selimutnya.

“Gak, aku cuma sakit perut,” jawab Rosa. Dia tidak bertenaga untuk marah sekarang.

“Kamu pucat . Angkasa ngapain kamu tadi?” Rama meradang. Ini pasti ulah kakak kelasnya itu.

“Gak diapa-apain. Udah sana aku sakit perut,”

Rosa mulai kesal.

“Kamu gak dibeliin makan?” tanya Rama lagi.

“Udah makan, kok.”

“Makan pedes sampe sakit perut?”

“Enggak!”

“Dibeliin yang asem?”

“Gak.”

“Dikasih makanan basi?”

“Rama aku cuma sakit bulanan! Sana pergi! Jangan bikin emosi!” Rosa tidak tahan lagi. Dia melemparkan bantal pada Rama yang masih berlutut di dekat tempat tidurnya.

Rama bergeming setelah menangkap bantal. Matanya masih menatap Rosa dengan mulutnya yang terbuka. Rama sama sekali tidak menyangka akan mendapat jawaban itu dari Rosa. Dia tersenyum lebar memamerkan giginya. Membenarkan letak kacamatanya yang terkena timpukan bantal. Dia kemudian berdiri.

“Oh, oke, maaf. Aku keluar sekarang.”

Rama menyimpan bantal yang dilemparkan Rosa ke tempatnya lagi. Dia menutup pintu dengan pelan dan tanpa suara.

Rosa merapatkan kembali selimutnya. Dia akan kehilangan tenaga di hari pertama. Dan akan baik-baik saja setelah tidur. Jadi sesampainya di kamar, Rosa langsung ganti baju setelah bersih-bersih. Kemudian langsung bergelung di tempat tidurnya.

Tak lama, dia memejamkan mata. Berusaha melupakan kenangan memalukan hari itu.

Pertama Angkasa. Kedua Rama.

Rasa malunya akan bertambah berkali-kali lipat jika Papa juga tahu. Beginilah hidupnya berada di antara para laki-laki.

Rosa menendang-nendang di dalam selimutnya. Frustasi dengan apa yang terjadi hari ini!

-o0o-

Rosa terbangun saat menyentuh ada yang panas di dekat tangannya. Dia langsung tahu itu adalah perbuatan Rama. Sebuah kantong kompres panas terlilit handuk ada di jangkauan tangannya.

Di meja samping tempat tidur sana, Rosa melihat ada sekotak coklat kacang, ada sebotol minuman datang bulan, segelas air putih, dan sekaleng keripik kentang.

Dia menautkan alisnya saat melihat sebuah bungkusan tipis. Ada note yang tertempel disana.

Aku liat ini waktu beli inhaler pas pilek. Tadi keinget sekalian beli coklat. Istirahat ya, aku ga akan ganggu.

Rosa melepaskan note, dan melihat bungkusan putih itu. Kompresan perut untuk kram. Dia menggeleng pelan. Rama selalu ada ide untuk yang tidak perlu. Dia menyimpannya kembali.

Mengambil air putih dan meneguknya.

Sudut matanya kembali melirik barang-barang yang ditinggalkan Rama. Dia menarik napas kemudian tersenyum kecil. Kembali masuk selimutnya, dia menarik kompresan panas dan menempelkannya di perut. Rasa nyaman langsung menyebar.

Dia baru akan menutup mata tapi mengurungkan niatnya. Tanganya menyambar ponsel di meja. Mengetik sesuatu. Menyimpannya lagi. Kemudian baru terlelap lagi.

-o0o-

[Rosa🌹: Terima kasih]

Rama mengerjap dan hampir terjungkal dari kursinya saat melihat pesan yang masuk. Dia sedang mengerjakan PR biologi untuk besok. Setelah tadi pergi mencari apa yang kira-kira Rosa butuhkan. Untung saja pramuniaga di mini market dekat pintu masuk komplek ada yang perempuan, jadi dia tanpa malu beratanya-tanya.

Seperti kata pepatah ‘Malu bertanya sesat dijalan’ kalau dalam kasus Rama, ‘Malu bertanya salah beli’. Jadi dia bertanya apa yang kira-kira dibutuhkan cewek datang tamu bulanannya. Jadi dibelilah semua yang disebutkan Teteh mini market.

Rama tidak lupa memberikan sebatang coklat juga untuk Teteh yang baik itu. Dan Rama sekarang semakin berterima kasih. Karena berkat bantuannya dia mendapat pesan pertama dari Rosa.

Dia tidak sabar mau memamerkannya pada Sandy.

[Rama: Lo pasti kaget, gw dapet chat pertama dari Rosa]

Tak lama, Sandy langsung membalas.

[Sandy: Serumah aja pake chat lo. Nge-chat apa emangnya?]

[Rama: dia bilang, Terima kasih :))))]

[Sandy: Yee, gw kira penting!]

[Rama: Penting banget buat gw itu!]

Rama nyengir. Dia tidak peduli lagi dengan balasan Sandy. Yang penting dia sudah pamer.

-o0o-

Angkasa baru selesai mandi, saat mamanya datang. Dia langsung sigap membantu membawakan berkas yang dibawa mama.

“Udah kencannya?” tanya Mama. Wanita yang masih sangat cantik di usianya yang menginjak empat puluh itu tergoda untuk bertanya.

Senyum Angkasa terkembang, dia mengangguk, “Dia ketawa hari ini, Ma,” lapornya.

Mama ikut tersenyum, “Bagus dong, dia pasti cantik banget.”

Angkasa mengangguk antusias, “Banget, Ma, dia cantik banget pas ketawa. Biasanya dia cuma ngangguk, geleng, senyum kecil, terus datar lagi mukanya. Tapi tadi cantik banget, Ma,” dia benar-benar jatuh cinta karena Rosa cantik.

Mamanya tertawa kecil melihat anak remajanya yang bercerita dengan mata berbinar. “Berarti dia nyaman dengan kamu, Asa. Dijaga yang baik, ya,” Mama mengingatkan.

Angkasa tersenyum. Mengangguk patuh. “Iya, Ma, makin kenal, aku jadi pengen terus melindungi dia. Diemnya itu, ada sesuatu,” Angkasa tidak menemukan kata yang tepat. Jadi dia hanya mengangkat bahu.

Selesai membantu membawa tas berkas mama, dia segera masuk kamar dan berganti baju. Dia tidak sengaja mencuri dengar saat akan melangkah ke dapur.

“Iya, Pak, saya mengerti. Saya akan mengingatkan Angkasa supaya lebih hati-hati. Maafkan saya.”

Suara Mama terdengar lirih. Angkasa membeku.

Bicara dengan siapa Mamanya? Kenapa membawa dirinya? Angkasa tidak mendapatkan jawaban saat bertanya pada Mama. Mama hanya bilang kalau itu dari kakek Angkasa.

Kakeknya ataupun Ayahnya, Angkasa belum pernah bertemu keduanya. Dia tidak pernah membahasnya dengan Mama. Karena mama akan membelokan ke pembicaraan lain saat Angkasa bertanya.

Seperti sekarang. Mama membelokannya ke urusan sekolah Angkasa.

Angkasa tidak mau memaksa. Dia akan tahu saat waktunya tiba. Begitu pikirnya.

-o0o-

Begitu Rosa keluar kamar saat jam makan malam, wajah Papa berubah serius. Melihat wajah Rosa yang pucat tentu saja Papa khawatir.

Seharian ini hanya bertemu Rosa sekali saat izin pergi main dengan Angkasa, lalu Papa pergi main golf dengan beberapa rekannya. Begitu pulang beliau tidak melihat Rosa.

Dan baru bertemu lagi saat jam makan malam.

“Rosa, kamu sakit, Nak?”

Mata Rosa melirik Papa, lalu menggeleng, “Enggak, Pa,” jawabnya singkat.

Papa sudah biasa dengan mood Rosa yang buruk setiap kali mereka bertemu. Tetapi hari ini, moodnya tidak seburuk biasanya. Hanya saja lebih menyeramkan untuk Papa. jadi beliau hanya mengangguk dan membiarkan Rosa makan dengan tenang.

Rama keluar kamarnya dengan wajah ceria. “Maaf aku baru keluar. Baru selesai tugas buat besok,” katanya sambil duduk di samping Rosa.

Mata Papa menatap Rama lalu melirik Rosa.

Rama mengangguk dan tersenyum dengan kode dari Papa, “Rosa sakit bulanan, Pa,” ucap Rama dengan bisikan.

Rosa mengangkat wajah, melirik Rama dengan tajam dan bibir cemberut.

Papa mengangguk-angguk. “Gak apa-apa, Sa. Maaf ya bikin kamu canggung,” ucap Papa kemudian.

Sambil lanjut mengunyah dengan bibir terkatup cemberut.

Rama menatap Papa dengan cengiran.

“Mau Papa belikan cokelat?”

“Aku udah beliin, Pa.” Rama cepat-cepat menelan makanan di mulutnya sebelum bicara.

“Oh, oke,” Papa mengangguk, “Bilang Papa kalau butuh apa-apa, ya, Sa.”

Kepala Rosa mengangguk kecil. Ia sedang tidak punya tenaga untuk protes dengan semua tindakan Papa dan Rama. Jadi, kali ini saja, ia akan membiarkannya dan tidak bicara apa-apa.

-o0o-

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!