Jessica Adams harus mengalami hukuman selama enam tahun lamanya di dalam penjara karena dianggap lalai dalam mengemudi mobil, hingga menyebabkan seorang model bernama Natasha Linzky meninggal dunia.
Kekasih Natasha, Axel Ray Smith, menaruh dendam luar biasa hingga memaksakan sebuah pernikahan dengannya yang saat itu dalam keadaan lumpuh. Siksaan tubuh dan jiwa menyebabkan Jessica akhirnya mengalami trauma dan depresi, bahkan Axel menceraikannya dan membuangnya begitu saja tanpa mempedulikannya.
Namun yang tidak diketahui oleh Axel adalah bahwa ia telah menitipkan benihnya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai musuhnya. Apakah masih ada benang merah yang mengikat keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIDAK EMOSI
Hari demi hari Jessica lewati bersama dengan Lexy dan Gia. Kedua orang tua Axel begitu baik dan perhatian padanya. Mereka bahkan menganggap Jessica sebagai putri mereka sendiri, meskipun Jessica masih memanggil mereka dengan sebutan Uncle dan Aunty.
Suatu kali, mata Jessica menangkap sosok seorang pria yang ia kenali. Tubuhnya mulai bergetar dan ia langsung kembali ke dalam kamar tidur dan menutup pintu serta jendelanya rapat-rapat.
“Dia ada di sini. Apakah Axel mengetahui keberadaanku dan menyuruhnya datang ke sini untuk membawaku kembali ke sana?” jessica memeluk dirinya sendiri sambil menutupi dirinya dengan selimut.
Gia yang melihat Jessica masuk ke dalam kamar sambil berlari pun merasa kuatir karena menantunya itu tengah hamil.
Tokk tokk tokkk
Gia masuk ke dalam kamar tidur Jessica dan melihat wanita itu sedang bersembunyi di balik selimut. Gia pun duduk di sampingnya dan dengan perlahan membuka selimut tersebut, hingga menampakkan Jessica dengan raut wajah yang mulai ketakutan.
“Ada apa, sayang?” tanya Gia.
“Ia di sini, Aunty. Mengapa dia ada di sini? Apa Axel mengetahui aku di sini? Apa Aunty yang memberitahukan padanya?” Jessica mulai berprasangka buruk pada Gia. Bisa saja Gia yang memberitahukan pada Axel, bagaimana pun juga Axel adalah putra kandungnya.
“Siapa yang kamu maksud? Mommy tidak mengerti,” kata Gia.
“Jimmy! Ia datang ke sini untuk membawaku kembali ke sana. Aku tak mau bertemu dengannya lagi, Aunty. Ia akan mengurungku, ia akan … tidak!” Jessica kembali teringat bagaimana Axel selalu menyayukan tubuh mereka dengan kasar, seakan Jessica bukanlah manusia.
“Sayang …,” Gia langsung memeluk Jessica dengan erat., “Tenanglah, Jimmy memang ada di sini. Tapi, ia tak akan membawamu kembali. Ia berada di sini atas perintah Daddy.”
Kini Jessica yang menatap Gia tak percaya. Untuk apa mereka meminta Jimmy ada di sini.
“Aku tak suka padanya, Aunty.”
“Dengarkan Mommy, okay. Sebenarnya Jimmy lah yang telah mengatakan semuanya pada kami, mengenai dirimu, mengenai pernikahan kalian, dan semua kisah kalian yang sama sekali tak kami ketahui. Ia merasa bersalah dan menyesal telah melakukan itu padamu. Ia mengakui semuanya di hadapan kami,” kata Gia.
“Dia … dia …”
“Ia tak akan mengganggumu atau membawamu pergi. Tugasnya di sini adalah untuk menjagamu. Ia sudah tak menjadi asisten pribadi Axel lagi, ia mengundurkan diri,” lanjut Gia.
“Benarkah?” tanya Jessica.
“Ya, sayang. Mommy tak membohongimu. Mommy juga tak akan mengijinkan jika sampai Axel membawamu pergi, apalagi hanya untuk menyakitimu. Ingatlah bahwa kamu memiliki Daddy dan Mommy,” kata Gia sambil menangkup wajah Jessica.
“Thank you,” kata Jessica.
“You’re welcome, dear.”
**
“Apa kamu mendapatkan informasinya, Mike?” tanya Axel.
Setelah tak mendapatkan informasi apapun dari detektif yang disewanya, Axel akhirnya menghubungi Michael. Michael Brown adalah putra pasangan Jack Brown dan Aransena Luca, sahabat kedua orang tua Axel.
Michael dikenal sebagai ahli IT dan Axel mencoba meminta pertolongannya, meskipun mereka tak terlalu dekat.
“Datanglah ke tempatku karena aku tak bisa menjelaskannya via ponsel. Ini sesuatu hal yang penting,” ujar Michael.
“Di mana kamu sekarang?” tanya Axel.
“Di rumah kedua orang tuaku,” jawab Michael santai.
Axel berdecak kesal. Itu berarti ia harus terbang dari London ke Amsterdam untuk mengetahui informasi yang didapatkan oleh Michael.
“Baiklah, aku akan berangkat malam ini,” kata Axel.
Mau tak mau Axel akan datang menemui Michael. Itu karena saat ini hanya Michael yang memiliki informasi itu. Selain itu, tampaknya apa yang akan dikatakan oleh Michael sangat penting.
“Ric, gantikan aku sementara waktu di sini. Aku harus pergi menemui saudaraku,” kata Axel.
“Anda akan pergi, Tuan?” tanya Eric.
“Ya, Daddy dan Mommy memintaku menemui sahabatnya karena mereka akan melakukan kerja sama,” Axel tak ingin ada siapa pun yang mengetahui mengenai tujuan kepergiannya.
“Baik, Tuan.”
“Oya, Ric. Bagaimana kerja sama kita dengan Tuan Park?” Axel pernah menemuinya waktu itu dan haru ini rencananya Tuan Park akan memberikan keputusannya.
“Ia sangat teetarik dengan proyek terbaru kita, Tuan. Ia berniat menanamkan modal tang cukup besar di sana. Selain itu, ia juga langsung memberikan proposal kerja sama ini saat saya menemuinya tadi. Ia berharap anda bisa segera menandatanganinya karena ia akan segera kembali ke Korea lusa,” kata Eric menjelaskan.
“Baiklah, aku akan mempelajarinya terlebih dulu dan akan segera kukabari,” kata Axel.
Eric pun keluar dari ruangan. Namun saat ia mendekati pintu, Axel kembali memanggilnya.
“Ini daftar nama-nama pelamar yang bisa dilanjut ke tahap interview. Tapi tunggu aku kembali dulu karena aku sendiri yang akan menginterview mereka. Hmm … begini saja, hubungi mereka dan katakan interview akan dilakukan tiga hari lagi,” kata Axel.
“Baik, Tuan.” Eric akhirnya keluar sambil membawa berkas pelamar yang diberikan oleh Axel.
**
“Terima kasih sudah menjemputku, Mike,” kata Axel saat Michael menjemputnya di bandara.
“Ini tidak gratis,” balas Michael, membuat Axel mencebik kesal. Inilah mengapa Axel tak terlalu dekat dengan Michael, karena pria itu selalu saja membuatnya kesal. Ia lebih baik dekat dengan Nixon yang sedikit tengil dibanding berdekatan dengan Michael.
Michael masuk ke dalam mobil, begitu pula Axel. Mereka langsung menuju ke Kediaman Keluarga Brown.
“Ini kamar tidurmu,” kata Michael membuka sebuah pintu yang persis di sebelah pintu kamar tidurnya.
“Di mana Uncle dan Aunty?” tanya Axel menanyakan keberadaan Jack dan Sena. Rasanya tidak sopan jika ia tak menyapa sahabat kedua orang tuanya itu.
“Mereka sedang pergi, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan,” jawab Michael.
“Aku ingin tahu apa informasi yang kamu dapatkan,” kata Axel lagi.
“Bersihkan dirimu lalu kita akan bicara.”
Axel menganggukkan kepalanya dan masuk ke dalam kamar tidur yang telah disiapkan untuknya. Dulu saat masih kecil, beberapa kali ia mendatangi rumah ini. Keluarga mereka memang jarang, bahkan hampir tak pernah menginap di hotel jika pergi ke Amsterdam atau ke Zurich.
Sebelum membersihkan diri, Axel menghubungi Eric untuk memastikan semua pekerjaan.
Setelah selesai membersihkan diri, Axel langsung mengetuk pintu kamar tidur Michael. Ia memang sudah tak sabar mengetahui informasi yang didapatkan oleh Michael, yang bahkan tak bisa didapat oleh detektif yang ia sewa.
“Mike!”
“Sepertinya ada yang sudah benar-benar tidak sabar,” ujar Michael menutup game yang sedang ia mainkan, kemudian menggantinya dengan sebuah folder yang berisi foto-foto. Selain itu, ia juga mengambil sebuah map di mana ia sudah mencetak beberapa informasi yang mungkin dibutuhkan oleh Axel.
“Bacalah ini terlebih dahulu,” kata Michael dan menyerahkan map tersebut pada Axel, “kuharap kamu tidak emosi saat membacanya.”
🌹🌹🌹
terimakasih ya kak, 👍👍👍👍👍😍😍😍😍
kalo mau nggak enak. mending skip wae... terus ngorok atw ngrumpi...
kasian othor, nggak gampang lho🤭