NovelToon NovelToon
Masa Kecil Bulan

Masa Kecil Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Duniahiburan / Kehidupan di Kantor / Slice of Life / Careerlit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: yuliani fadilah

Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.

Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9 ikut ke kantor

Bulbul keluar dari kamar, gadis itu baru bangun dari tidurnya. Ia segera beranjak turun ke lantai bawah menemui Winda yang kemungkinan berada di dapur.

Wajahnya masih kusut, rambut yang acak-acakan, pakaian yang di kenakannya masih baju tidur berkarakter pororo.

Kaki pendeknya melangkah menghampiri Winda yang dugaanya benar berada di dapur, tengah sibuk berkutat dengan peralatan dapurnya.

"Mama, Bulbul pengen cucu," pintanya pada Winda sambil menarik-narik ujung baju yang dikenakan wanita itu.

Winda melirik sekilas Bulbul, decakan keluar dari mulut wanita itu. "Ck, kebiasaan banget, baru bangun minta susu. Bukannya cuci muka dulu, sikat gigi dulu sana, Bul," suruh Winda, sambil kembali melakukan kegiatannya.

Bulbul menguap. "Ental aja Mama, Bulbul mau minum cucu dulu!"

Winda hanya mengangguk mengiakan. "Iya, mau susu kotak atau yang harus di seduh dulu?" tanya Winda.

"Bulbul, mau cucu yang pake cangkil minumnya,"

Winda kembali mengangguk. "iya."

Bulbul berjalan menuju meja makan, untuk duduk di kursi yang tersedia. Bulbul menaiki kursi itu dengan susah payah terlebih dahulu dan duduk manis sambil menunggu susunya jadi.

Tangannya bergerak meraih selai strowbery yang telah tersedia di atas meja sana dan mencoleknya untuk menyemilinya.

"Pagi!" ucap Aldan, pria itu berjalan dari arah tangga menghampiri meja makan. Pakaian yang melekat pada tubuh pria itu sudah rapi, dengan mengenakan kemeja putih di balut dengan jas hitam.

"Pagi, Papa," sahut Bulbul, tersenyum menampilkan deretan giginya yang terlihat terdapat selai yang di cemilinya.

Aldan mengecup kedua pipi anaknya itu dan ikut duduk bersama Bulbu.

"Ngapain si Bul, nyemilin selai kaya gitu," Aldan berujar sambil mengambil selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang.

"Pengen, Papa," sahutnya tersenyum kembali. "Mama mana cucu Bulbul!" lanjut Bulbul pada Winda.

"Iya, bentar!" sahut winda berjalan ke arah anaknya itu. "Nih!" Winda memberikan apa yang di minta Bulbul. Yang langsung di terima dan diteguk oleh gadis cilik itu. Winda kembali beranjak melangkah ke area dapur.

"Papa mau ke kantol, yah?" tanya Bulbul menghentikan sejenak acara meneguk susunya.

Aldan mengangguk, meneguk teh yang sudah di sediakan oleh Winda. "Iya. Kenapa?"

Senyuman merekah pada bibir gadis itu. "Bulbul ikut yah, Pa."

Aldan hampir saja tersedak mendengar perkataan anaknya itu. "Mau ngapain Bul?"

Bulbul mengerucutkan bibirnya. "Di lumah bocen, tiap hali endak ada yang bica di ajakin main!"

"Kan, ada Mama. Biasanya juga keluar main sama si Eful," sahut Aldan, menyuapakan roti yang telah di olesi selai favoritnya.

Bulbul mengendikan bahu kirinya. "Endak mau, main cama Mama endak celu cemuanya endak di bolein!"

Aldan kembali mengambil selembar roto tawar dan menaruhnya di atas piring. "Si Eful?"

Bulbul kembali mengerucutkan bibirnya kesal. "Ci Epul kan cekalang udah cekulah Papa!"

Aldan menghela napasnya. "Sama Bang Kenzo aja, tungguin dia pulang dari sekolahnya terus nanti mainnya sama Bang Kenzo!"

Bulbul berdecak kesal. "Endak Mau, main cama Bang Jojo cama-cama endak celu, Bulbul cuka di cuekin! Bang Jojo cibuk main hp telus!"

Aldan menghela napasnya lelah. "Terus kamu maunya gimana?!"

Bulbul terdiam berpikir sejenak. "Bulbul mau ikut Papa ke kantol!"

Aldan menggelengkan kepalanya tegas. "Gak bisa Dek, Papa ke kantor bukan mau main!"

"Telus?"

Aldan merotasikan bola matanya, kesel juga mendengar anaknya nya ini terus bertanya. "Papa kerja sayang, cari uang. Emang mau Papa gak kerja terus kita jadi gembel?!"

Bulbul terlihat tengah memikirkan sesuatu. Seketika matanya berbinar mengingat sesuatu dari apa yang di katakan Aldan. "Gembel itu olang yang tidulnya di kolong jembatan'kan, Pa?"

Aldan mengangguk. "Iya, kamu mau kaya mereka?!"

Bulbul mengangguk antusias. "Mauu! Kayanya selu tuh, Pah! Bulbul Bica main apa aja cepuacnya, nanti banyak temen, kan. Kita coba yuk, Pa."

Aldan menghela napasnya lelah, benar-benar lelah. Menatap datar anaknya itu. "Terserah kamu deh Bul, Papa cape ladenin kamu! Kalo mau jadi gembala sana jangan ajak-ajak Papa!"

Aldan beranjak dari duduknya. "Ihh, Papa mau keana?!" ujar Bulbul mencegah Aldan yang hendak melangkah.

"Papa mau berangkat ke kantor sayang!" sahut Aldan menatap malas anaknya itu. Terpaksa pria itu duduk kembali.

"Bulbul ikut Papa!" rengak gadis itu.

"Enggak bisa, Dek! Minta yang lain aja!" ucap Aldan, lalu meneguk kembali tehnya.

Bulbul mengerucutkan bibirnya. "Yaudah, Bulbul juga pengen cekulah kaya ci Epul! Katanya ci Epul di cekulah itu celu banyak temen main!"

Sebelum kembali menyahuti ucapan anaknya itu, Aldan terlebih dahulu menjilat bibirnya. "Iya, nanti Papa masukin kamu ke sekolah."

Mata Bulbul berbinar, "Kapan Pah?"

Aldan berdecak, "Ck! Kapan-kapan Bul! Udah yah, Papa pergi dulu!" putusnya tak lupa mengucup kembali kedua pipi anak nya itu.

Sebelum pergi berangkat, pria itu berpamitan terlebih dahulu pada Winda. "Yang! Aku berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Iya! Waalaikumsalam!" sahut Winda dari dapur sana.

Terlihat dari beberapa penjuru rumah itu dari ujung tangga atas, Kenzo berjalan tergesa-gesa menuruni setiap anak tangga. Menggendong tasnya dibahu kiri. Dengan rambut hitamnya yang terlihat masih belum tertata rapih. Tangannya sibuk berkutat memasangkan dasi di kerah bajunya.

"Mah! Kenapa gak bangunin aku!" protes Kenzo yang sudah berada di dekat meja makan.

"Yeh, kok nyalahin Mama. Harusnya kamu biasain bangun pagi-pagi!" sahut Winda yang tengah menyuapi Bulbul sarapan.

Kenzo berdecak, "Ck! Papa mana, Ma?" tanya remaja itu sambil melahap sarapannya.

"Baru aja berangkat!"

"Yah, terus Kenzo berangkat sama siapa? Naik apaan, Mah!" ucap Kenzo sambil melirik jam di pergelangan tangannya. Terlambat, ia sudah terlambat.

"Motor di garasi ada, kan, pake aja," sahut Winda.

Senyum di bibir kenzo mengembang mendengarnya. "Beneran Mah? Motor yang merah itu, kan?"

Winda menggeleng. "Bukan! enak aja, noh yang atunya, si Kucrit!"

Kenzo mendengkus, pupus sudah harapanya untuk mengendarai motor sport'nya. "Tapi Mah--"

"Pake motor yang itu, atau milih naik angkot!" ancam Winda memenggal ucapan Kenzo sembari menunjuk wajah anaknya itu menggunakan sendok yang tengah di gunakan untuk menyuapi Bulbul.

"Iya-iya!" sahutnya cepat.

"Bang, mau cekulah yah?" tanya Bulbul mulutnya masih mengunyah sarapannya.

Kenzo mengangguk. "Iya!"

Lagi-lagi senyuman terpatri menghiasi wajah imut gadis itu. "Bulbul, ikut yah! Atanya di cekulah banyak teman buat main. Bulbul bocen di lumah telus!"

Kenzo melebarkan pupil matanya. "Apaan, kagak-kagak! Jangan macem-macem deh, di sekolah Abang bukan taman bermain!"

Bulbul mengerucutkan bibirnya kesal. "Ihh, pokonya Bulbul pengen ikut. Bulbul endak ada temen kalo di lumah, Bulbul bocen! Lagian ata ci Epul di cekulah itu banyak teman buat main!"

Kenzo menggerak, gerakan jari telunjuknya ke kanan-kiri. "No, no, no. Sekolah Abang bukan taman kanak-kanak! Sekolah Abang itu SMA Sekolah membuat anak!" jelas Kenzo menekankan kalimat terakhirnya.

Tuk!

Winda melayangkan sandal jepitnya, ke arah Kenzo sampai pas mengenai kepala anaknya itu. "Sembarangan kalo ngomong! Awas yah kalo bener apa yang kamu omongin. Mama coret dari kk! Gak bakal dapet warisan. Mampus lo jadi gembel, jadi gembel sekalian!" tutur Winda penuh ancaman dan melayangkan tatapan mautnya.

Kenzo meringis mengusap kepalnya serta meringis karena mendengar penuturan Winda, kejam sungguh kejam sekali. "Oke, siap, Ma!" ujarnya sambil memberi hormat pada Winda. "Kenzo gak akan buat anak di sekolah. Kenzo anak baik gak akan terjerumus ajaran sesat!"

"Bagus!" sahut Winda.

1
yuliani fadilah
hallo
Amai Kizoku
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
★lucy★.
terharu banget pas adegan romantisnya, ini the best story ever ❤️
Jennifer Impas
Gaya penulisanmu sungguh memukau, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!