Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
**Masih REVISI**
"Waahhh..... Ruangan ayah bagus banget...." pekik Arsyi kegirangan, dan matanya berbinar menatap rungan sang ayah, walau dia sering melihat ayahnya berada di ruangan itu dengan cctv, ternyata aslinya lebih bagus, dan di sana banyak foto sang bunda terpajang.
"Kalian suka?" tanya Rafael.
"Suka, sangat suka, nanti klau abang sudah besar, abang akan bantu ayah di perusahaan." ujar Arsya.
"Adek juga! tapi.... Adek juga pengen kaya bunda, ingin menjadi pelayan masyarakat, bisa membantu banyak orang, walau kadang juga sering di salahkan, padahal bunda sudah mati matian menolong mereka, tapi tetap saja di salahkan, namun pada akhirnya melihat keluarga mereka kembali sehat, baru mereka malu, dan bunda tidak pernah marah saat di salahkan, hanya tersenyum dan memaafkan mereka." terang Arsyi dengan wajah sendunya.
"Kan bunda sudah bilang, mereka marah karena kawatir dan takut kehilangan keluarganya, dan namanya orang kawatir apa pun bisa terjadi, klau kamu mau jadi seperti bunda, harus jadi orang sabar dan pemaaf, tapi.... Bukan gampang di tindas ya." tutur Arsya menasehati kembarannya, Arsya memang lebih dewasa pemikirannya, padahal umurnya masih 7th.
"Baik, abang." ujar Arsyi menganggukan kepalanya.
"Adik yang pintar." ujar Arsya mengelus rambut panjang sang adik.
Tes....
Tak terasa air mata Rafael menetes tanpa permisi, sungguh dia melewatkan banyak hal dengan keluarga kecilnya itu, lihat lah, anak anaknya yang baru berumur 7th itu bisa berfikir seperti orang dewasa, bisa melindungi bunda dan adiknya, bisa menjaga saudara, berhati mulia mau membantu sesama, entah kejutan apa lagi yang akan Rafael dapatkan dari ke dua anaknya itu.
"Sayang, sungguh mas bangga dengan mu sayang, kamu bisa mendidik anak anak kita menajadi pribadi yang baik, peduli dengan sesama, terimakasih sayang." gumam Rafael di dalam hati, matanya pun tidak lepas menatap interaksi si kembar.
"Ayah nangis?" tanya Arsyi yang sadar ayahnya menangis.
"Tidak nak, ayah cuma kelilipan." elak Rafael menghapus air matanya.
"Idih... Bohongnya yang pintar dong." cibir Arsya.
"Maafin ayah sudah membuat kalian kehilangan kasih sayang ayah, dan terimakasih, sudah hidup dengan baik, sekali lagi maafkan ayah, ayah melewatkan banyak hal dengan kalian." isak Rafael.
Grap....
Si kembar lansung memeluk Rafael.
Cup....
"Ayah tidak boleh menangis lagi, sekarang kita sudah bersama, kita bisa melakukan banyak hal mulai sekarang, yang lalu biar lah berlalu, jadikan semua pelajaran ok, ayah, no.... Nangis nangis lagi, wajah tampan ayah jadi hilang." ujar Arsyi dengan wajah imutnya menghapus air mata sang ayah dan mengecup pipi Rafael.
"Jangan lagi minta maaf, semua bukan salah ayah, andai waktu itu kami merengek ingin bertemu ayah, pasti bunda akan membawa kami menemui ayah, ayah tau bukan, seperti apa lembutnya hati bunda, dan apa dia perduli hatinya terluka, demi kebahagian orang orang terdekatnya, tentu saja tidak. Tapi kami yang tidak ingin meminta itu." tutur Arsya.
"Kenapa kalian tidak mau bertemu ayah?" ujar Rafael sedikit kesal, tidak tau kah dia betapa sakitnya dia menahan rindu seorang diri.
"Karena kami tidak suka melihat tante ondel ondel itu selalu menemui ayah, ayah ngak tegas sama dia, dan kami tidak ingin bunda sakit hati lagi, biarlah kami hanya melihat ayah yang sering menangis dari sana." tunjuk Arsya ke arah cctv di sudut rungan itu, dengan wajah tanpa dosanya.
"Astaga...." Rafael hanya mampu mengusap kasar wajahnya, sungguh kelakuan anak anaknya itu membuat dia frustasi.
"Kalian kenapa curang sekali, kalian bisa melihat ayah, sementara ayah hampir mati menahan rindu kepada kalian, kalian anak ayah ngak sih." gerutu Rafael kesal. "Dan lagi, kalian pasti bisa melihat ayah selalu mengusir nenek lampir itu." sungut Rafael.
Sementara Raffi mengintip interaksi Rafael dan si kembar dengan mata berkaca kaca, tidak menyangka klau adik bodohnya itu mempunyai sepasang anak kembar yang sangat pintar, dan bisa membuat adiknya itu ketar katir dengan kelakuan ke dua anaknya itu.
"Semoga kau tidak kembali bodoh, dan benar benar di tinggal oleh anak istrimu, abang bahagia melihat kamu bahagia." gumam Raffi sebelum meninggalkan ruangan Rafael itu.
Sementara di rumah sakit tempat oma Prita di rawat, Alisa baru keluar dari ruang operasi, lansung di sambut oleh ayah mertuanya.
"Gimana nak, apa operasi oma berhasil?" tanya Pak Raka dengan wajah cemasnya.
"Alhamdulillah.... Semua berjalan lancar kok pa, tapi.... Oma belum bisa di temui, kita masih observasi sampai besok ya." ujar Alisa tersenyum hangat kepada papa mertuanya itu.
"Alhamdulillah...." ucap syukur yang lainnya.
"Ya sudah, sekarang papa dan opa istirahat saja dulu, biar Alisa yang menjaga oma." pinta Alisa.
"Apa, tidak masalah sayang, lalu bagaimana dengan pekerjaan mu? " khawatir opa Sean.
"Tidak masalah opa, untuk sementara kan Alisa hanya fokus sama oma, karena Alisa belum mengajukan surat pindah tugas ke rumah sakit ini." sahut Alisa lembut.
"Baiklah, klau gitu papa sama opa titip oma ya, papa mau menemani opa yang dari tadi tidak mau makan." sahut Pak Raka.
"Baik pa, kalian pergilah makan, opa harus banyak makan, jangan sampai opa ikutan sakit gara gara kurang makan." nasehat Alisa mengusap sayang bahu opa Sean.
"Opa akan makan banyak, biar sehat dan bisa bermain bersama cucu cucu opa." semangat opa Sean, kebahagiannya kini bertambah bekali kali lipat, karena operasi sang istri berjalan lancar, dan kini ada kehadiran cicitnya itu.
Sementara Rafael dan Raffi tidak bisa menemani sang oma operasi, karena masih melakukan meeting di perusahaan mereka dengan klain penting mereka.
Tadi Rafael sedikit ragu meninggalkan sang anak di ruangannya, takut anaknya bosan, namun si kembar berhasil meyakinkan ayah mereka, agar ayahnya pergi saja ke ruang meeting, mereka akan menunggu ayahnya di ruangan sang ayah, sambil bermain laptop, dengan berat hati Rafael meninggalkan buah hatinya di ruangnnya, tapi Rafael sudah memesan banyak makanan agar anak anaknya tidak kelaparan menunggu kedatangannya, karena dia tau rapat kali ini tidak bisa di prediksi bisa saja akan molor dan melewati jam makan siang.
Dua jam berlalu, Rafael belum juga keluar dari ruang meeting, namun dua bocah itu tidak rewel sedikitpun, mereka asik bermain laptop di ruangan sang ayah.
Namun kesenangan mereka terusik dengan kedatangan Anita keruangan Rafael itu.
"K-kalian ngapain di sini!" pekik seseorang di ruangan Rafael, membuat si kembar yang sedang asik menonton kartun kesukaan Arsyi itu terlonjak kaget.
"Astaga.... Bibi punya sopan santun ngak sih, datang datang ke tempat orang malah teriak teriak kaya orang gila." kesal Arsya sambil mengusap dadanya.
"Tau nih bibi, untung jantungku buatan Tuhan, coba klau buatan Jepang sudah copot dia dari tubuh ku." sembur Arsyi menatap kesal kepada Anita.
"Haiii.... Saya tanya! ngapain kalian disini!" pekik Anita menghiraukan omelan si kembar itu.
"Yang harus bertanya itu kami bi, bukan bibi, ngapain bibi datang keperusahaan ayah, di sini bukan tempat hajatan bibi." ejek Arsyi melihat penampilan Anita yang seperti biduan kehilangan panggung.
"Kau...." tunjuk Anita menatap kesal ke arah Arsyi sungguh anak kecil itu membuat dia kesal dari kemaren.
"Apa sih, bi.... Keluar sana, kami tidak menerima tamu." ujar Arsya dengan wajah datarnya.
"Siapa kau yang berani mengusir saya, saya datang ke sini mau menemui kekasih saya." kesal Anita.
"Siapa yang bibi bilang kekasih bibi, klau mau cari kekasih bibi, ya.... Cari ketempat lain, bukan di ruangan ini, di sini ruangan ayah kami." ujar Arsyi.
"Dasar anak Si alan! bapak kalian itu calon suami saya, ibu kalian itu pelakor yang sudah merebut calon suami saya!" pekik Anita tidak terima.
"Astaga mbak, apa apaan mbak marah marah sama mereka, lagian siapa yang mengizinkan mbak masuk keperusahaan ini!" kaget sekretaris Rafael.
"Diam kau sekretaris si alan, jangan ikut campur urusan saya, kenapa kau selalu saja menghalangi saya menemui Rafael huu....!" marah Anita.
"Sudah tugas saya menjaga bos saya dari ular beracun seperti anda, pergilah sebelum saya berbuat kasar pada anda!" tegas sekretaris Rafael itu menatap Anita dengan mata yang tajam.
"Kau...."
Bug....
Belum selesai Anita berucap dan dia sudah terkapar duluan di lantai, karena tangannya di tarik oleh sekretaris Rafael, karena Anita ingin melayangkan tamparan ke wajahnya, namun lansung di tarik dan di dorong oleh sekretaris Rafael dan membuat dia kehilangan keseimbangan dan lansung terduduk di lantai dengan tidak elegannya.
"Aww... Kau...! " pekik Anita kaget bercampur sakit.
"Ops... Tidak sengaja." ujar sekretaris Rafael itu dengan wajah tanpa dosanya.
Bersambung.....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan Vote ya.... 😘😘😘😘