🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
Wanita cantik dengan rambut bergelombang di padukan dengan wajah yang bercahaya seperti bulan secara perlahan membuka matanya. Dia menoleh ke samping sudah tak melihat suaminya.
Dia mengedipkan matanya beberapa kali karena menyesuaikan cahaya matahari yang masuk melalui celah jendala kamarnya. Bulan melihat Stevan baru keluar dari kamar mandi membuat dirinya bangkit dan menyandarkan tubuhnya di ranjang.
Dia tersenyum melihat suaminya itu sedang mengusap rambutnya yang basah tanpa baju hanya menggunakan boxer nya saja membuat mata wanita itu sedikit nakal.
"Kau sudah bangun?" tanya Stevan "Bersihkan dulu tubuhmu, aku ada meeting di ruang kerja!" sambungnya lagi.
Bulan hanya mengangguk tersenyum melihat Stevan melangkah pergi keluar dari kamar nya masih tidak menggunakan apapun hanya menggunakan boxer.
Bulan turun dari ranjang, dia berjalan pelan menuju kamar mandi, dia akan membersihkan dirinya lebih dulu karena semalam habis di gempur tanpa ampun oleh Stevan.
"Huuuft... Tubuhku sakit semua. Rasanya ngilu jika berjalan." gumam Bulan sembari menyalakan shower hangat nya, karena pagi ini udara sangat dingin.
*
Di ruang kerja, Stevan sedang melakukan meeting bersama Boy dan sekertarisnya. Dia sengaja tidak ke perusahaan karena akan menemani Bulan dirumah.
Dia takut keluarga Raka akan membalas dendam padanya melalui Bulan, dia ingin memastikan lebih dulu bahwa dirumah dalam kondisi aman.
"Kau jangan lupa untuk mengirim kontrak kerja kita pada perusahaan keluarga Wibowo!" ujar Stevan dengan wajah datar.
"Baik Tuan!" sahut sekertaris Stevan.
"Baiklah, kalau begitu meeting selesai. Dan kau Boy, terus pantau rencana musuh! Aku tidak mau jika kejadian kemarin menimpa istriku lagi!" perintahnya tegas.
"Baik Tuan!" sahut Boy.
Mereka berdiri dan menunduk hormat kemudian melangkah pergi keluar dari ruang kerja Stevan. Sedangkan pria itu menghela nafas panjang menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi kebesarannya.
Dia menatap langit-langit dengan mata yang berkedip pelan berkali-kali sambil memutar kursinya seolah sedang merencanakan sesuatu.
"Ah, perutku lapar sekali rasanya." gumam Stevan.
Pria itu akhirnya bangkit dari duduknya dan melangkah keluar dari ruang kerja. Dia akan mengajak Bulan untuk sarapan bersama di meja makan.
Setelah membuka pintu kamar istrinya, Stevan menatap wanita itu sedang berdiri di depan meja riasnya. Bulan menyisir rambut panjangnya dengan perlahan menoleh ke arah Stevan.
"Sudah selesai meeting nya ?" tanya Bulan menatap pria itu dari pantulan cerminnya.
"Hem! Apa kau masih lama untuk bersiap?" tanya Stevan menatap Bulan dari cermin.
"Sebentar lagi, kenapa?"
"Perutku lapar sekali, turunlah ke meja makan jika sudah selesai." ujarnya kemudian melangkah menuju pintu.
Bulan menghentikan kegiatannya dan berbalik menatap punggung suaminya yang hampir membuka pintu.
"Apa kau ingin makan di temani oleh ku?" tanya Bulan membuat langkah Stevan terhenti.
Pria itu berbalik memutar tubuhnya menatap Bulan dan menganggukan kepalanya lalu kembali melangkah pergi. Bulan yang melihat sikap pria itu pun tersenyum simpul.
Dia kembali menatap cermin lalu bersiap dengan cepat. Karena dia tidak ingin suaminya itu menunggu lama hingga membuatnya marah. Tak butuh waktu lama, Bulan yang sudah memakai cadarnya kemudian melangkah menuruni tangga menuju meja makan.
Dan benar saja, pria itu sudah menunggunya sejak Stevan keluar dari kamarnya. Dia di sambut oleh para pelayan dan Bulan juga menyahut sambutan mereka.
"Selamat pagi Nona!"
"Pagi..." sahut Bulan ramah.
Dia duduk di samping suaminya lalu menawarkan pria itu untuk di layani oleh dirinya.
"Kau mau aku ambilkan makanan nya?"
"Hem!" sahut Stevan singkat dan datar.
Bulan melayani Stevan dengan senang, dia mengambil nasi sesuai porsi yang biasa Stevan makan lalu menyerahkan pada nya.
"Ini makan lah, habiskan ya?" ujar Bulan lembut.
Bulan juga mengambil makanan sesuai porsi untuk dirinya sendiri dan kini keduanya makan bersama di meja makan dengan sesekali mengobrol. Terutama Bulan lah yang sering mengajaknya bicara.
*
*
*
Beberapa hari berlalu sejak kejadian Bulan di culik oleh Raka.
Stevan sudah mulai berangkat ke kantornya dua hari ini. Dia sedang sibuk dengan layar laptopnya karena ada berkas yang harus ia selesaikan saat ini juga.
Tok..Tok..Tok..
Pintu langsung terbuka sebelum Stevan menyuruhnya masuk. Dia menghentikan kegiatan nya di depan laptop menatap tajam pada sosok yang sudah berani masuk ke dalam ruang kerjanya tanpa di persilahkan lebih dulu.
"Hey bro! How are you man?"
Kedua sahabat Stevan baru saja pulang dari luar negeri membuat Stevan sangat terkejut. Dia tidak menyangka, sahabat nya itu akan datang saat dirinya sedang butuh pertolongan.
"Kapan kalian datang?" Stevan berdiri menyambut kedatangan kedua sahabatnya itu masih saja dengan wajah datarnya.
"Tidak usah bertanya kapan kita datang, yang pasti kita sudah disini sekarang. Ya nggak bro?" sahut pria itu yang bernama Kaysa Eki Prayuda biasa di panggil Eki.
"Yoi bro..." sahut Roy Darwin Iransyah biasa di panggil Roy.
Stevan senang melihat kedatangan kedua sahabatnya itu termasuk Boy. Saat Boy masuk ke ruangan kerja milik Stevan langkahnya terhenti karena dia juga terkejut melihat kedua sahabatnya ada di sana.
"Kalian?"
"Hey, apa kabar kau?" tanya Eki memeluk bahu Boy.
"Aku baik, bagaimana kabar kalian?" sahut Boy memeluk Roy setelah memeluk Eki.
"Seperti yang kau lihat! Apa kau masih menjadi kaki dan tangannya?" tanya Eki lagi.
"Yaa begitulah." sahut Boy tersenyum melirik Stevan.
"Baguslah kalau begitu, Stevan tanpa kamu berasa kakinya pincang dan hilang satu!" ujar Roy membuat semua terkekeh.
Stevan hanya memukul lengan mereka dengan pelan dan sedikit tersenyum meperlihatkan giginya. Mereka yang melihat itu semakin menjahili pria kejam itu.
"Naaah gitu dong Van! Senyum yang lebar, jadi kan manis banget kalau di lihat. Biar kesemutan bibir mu karena terlalu manis jika tersenyum!" canda Eki kembali membuat semuanya terkekeh.
Stevan yang akan kembali memukul Eki pun tidak kena karena Eki berlari kecil menuju sofa. Mereka semua memang suka sekali menjahili Stevan yang selalu datar dan dingin jika dihadapan orang lain.
Boy dan Stevan merasa senang karena Eki dan Roy datang untuk menolong Stevan menghadapi musuh. Karena Stevan tahu, bahwa Roy dan Eki jago bela diri dan sangat jago untuk adu tembak.
Saat ini Stevan sedang menghadapi musuh yang ingin menghancurkan nama juga perusahaannya. Dia tidak mau itu sampai terjadi. Jadi Boy mengirim pesan melalui email pada kedua sahabatnya dan betapa senang nya bahwa mereka dengan senang hati mau membantu Stevan.
...****************...
Bulan hamil..
semoga boy org pertama yg mendapat kabar Bulan hamil
semakin seru nih....
lanjut thor
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih