Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jenuh Melanda
"Non, Bibik masak Kari Ayam, Non Feli mau makan siang nggak?"
Feli menoleh pada Bik Sum yang melongokkan kepalanya di antara celah pintu kamar yang terbuka.
"Nanti aja deh, Bik. Saya belum laper!"
Bik Sum mengangguk dan mundur teratur sembari menutup pintu kamar Nona Mudanya.
"Bik!! Bik!"
Bik Sum tersentak dan auto membuka pintu yang belum tertutup sempurna itu cepat. "Ya, Non?"
"Kak Ical nggak pulang untuk makan siang lagi?" selidik Feli kepo.
Bik Sum menggeleng. "Tadi Tuan Faisal sudah pesen kalo Non Feli disuruh makan duluan. Nggak usah nunggu dia kaya kemarin."
Ck!
Feli berdecak dan beringsut duduk dari rebahannya. Feli tak terbiasa makan sendirian, setidaknya selama ini ia belum terbiasa! Selama tinggal bersama orang tuanya, Feli selalu makan bersama di meja makan. Dan sejak dua minggu tinggal di desa terpencil nan pelosok ini, bisa dihitung dengan jari berapa kali ia makan bersama Faisal.
"Gimana, Non Feli mau makan nggak?" tanya Bik Sum lagi memastikan.
"Udah dibilang nggak mau!" sungut Feli ketus.
Aura mencekam yang mulai timbul membuat Bik Sum perlahan mundur dan menutup pintu kamar majikannya. Ia lekas pergi sebelum Non Felinya menyemprotkan mantra sakti mandraguna.
Hidup di desa dengan segala keterbatasan fasilitasnya membuat Feli sangaaat ... sangat tersiksa! Sinyal yang sering ngadat membuat Feli tak bisa berselancar di dunia maya dengan bebas, ia tak bisa meng-update foto-foto terbarunya di laman aplikasi berlogo kamera polaroid ungu. Belum lagi terkadang sering mati lampu! Feli benci gelap, ia akan meminta Faisal menyalakan puluhan lilin di setiap sudut. Meski hal itu justru meningkatkan resiko kebakaran, Feli tak peduli! Lebih baik rumah ini terbakar sekalian biar dia bisa pindah ke rumah yang lebih bagus! Oh ya, yang ada WC duduknya juga sekalian!
Karena bosan, Feli pun memutuskan untuk keluar dari kamar untuk menghirup udara segar di luar. Sebenarnya Feli sangat menyukai hawa pegunungan yang sejuk. Udaranya yang masih bersih membuat kulit Feli nampak semakin sehat sejak tinggal di sini, pepohonan yang hijau di depan halaman rumah Faisal membuat rumah terasa teduh dan syahdu. Hanya saja karena harus terpaksa tinggal di desa ini, pada akhirnya Feli membenci tempat ini.
"Biiiik!" teriak Feli dari teras.
Tak lama Bik Sum berlari tergopoh-gopoh dari dalam dengan serbet yang masih menempel di lehernya.
"Aku mau jalan-jalan! Ayo ikut!"
"Tapi Non, Bibik masih mau goreng tem--" tatapan tajam dari Felinova membuat Bik Sum mendadak bisu. "Iya sebentar, Non. Bibik mau matikan kompor dulu."
.
.
.
Sementara itu di tempat berbeda, satu kilometer dari rumah Faisal. Di sebuah gudang yang juga berfungsi sebagai kantor sekaligus pabrik pengepakan dan penyimpanan, Faisal mengawasi para pekerjanya yang sedang memilah-milah teh kering yang akan di packing dan dikirim ke kota. Nantinya teh-teh yang sudah melewati proses pelayuan itu akan dikirim ke pabrik pengolahan yang dihandle oleh Handoko. Tugas Faisal adalah memastikan teh yang dipetik adalah pucuk daun teh terbaik, menghandle ratusan petani kebun yang bertugas memetik teh, juga bertanggung jawab pada puluhan hektar kebuh teh milik Handoko.
Faisal enjoy melakukan pekerjaannya yang mononton karena ia buka tipe lelaki yang suka tantangan. Sejak hampir kurang lebih dua belas tahun menangani perkebunan, hidup Faisal yang flat dan teratur tak pernah membuatnya jenuh. Tapi, sejak Feli ikut tinggal bersamanya dua minggu ini, hidup Faisal mulai kacau balau. Terlebih perubahan statusnya yang mendadak membuat para pekerjanya bertanya-tanya. Belum lagi keseharian Faisal yang terasa bagai rollercoaster. Sedetik ia tenang, detik berikutnya ia akan berpacu dengan emosi. Hidup bersama Feli benar-benar menguji iman dan kesabaran seorang Faisal Ramadhan.
"Pak Faisal."
Faisal tersentak dan membalikkan badan dengan cepat, mengawasi pemilik suara yang baru saja memanggilnya.
"Nasinya sudah saya taruh meja Pak Faisal," timpal Zul sembari menunjuk ruangan kerja Boss-nya menggunakan jempol sebagai bentuk kesopanannya.
Zul dan Faisal berteman baik. Tapi selama di kantor, Zul selalu berlaku sangat sopan pada Faisal. Tak sekalipun berbuat kurang ajar meskipun mereka bersahabat.
"Terima kasih, Zul," lirih Faisal seraya kembali mengawasi puluhan pekerjanya yang tengah memasukkan teh-teh layu itu ke dalam karung.
Zulfikar kemudian beranjak dari tempatnya mematung dan berdiri di samping Faisal, memperhatikan ekspresi sahabat sekaligus majikannya yang belakangan ini selalu murung.
"Bagaimana kalo nanti malam kita main catur?"
Faisal menggeleng lemah. Padahal bermain catur adalah salah satu hobinya yang selalu berhasil membuat moodnya membaik. Tapi kali ini, lebih tepatnya dua minggu ini, Faisal tak bersemangat untuk bermain catur lagi.
"Nonton balapan kuda?"
Faisal kembali menggeleng. Ia menoleh pada Zul yang mendadak murung karena ditolak dua kali.
"Terima kasih, Zul. Tapi aku sedang tidak ingin bersenang-senang."
"Kenapa? Padahal aku sudah kangen ingin mengalahkanmu!" keluh Zul kecewa. Ia kemudian menutup mulutnya karena kelepasan ber- aku- kamu pada Faisal. "Maaf, kelepasan!" lirihnya merasa bersalah.
Faisal berpaling. Ia menghela dan menghembuskan napasnya berkala untuk melepaskan beban yang terasa semakin berat setiap harinya.
"Sudah jam berapa ini?" Faisal mengangkat tangan kirinya dan memerhatikan arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Aku ke tempat Sarah dulu, Zul! Sampai nanti."
"Eh, makan siangnya bagaimana?"
"Tolong simpankan milikku! Aku akan kembali satu jam lagi!"
Zulfikar mengulum senyum saat melihat sahabatnya itu berlari dengan cepat menuruni tangga. Sarah selalu berhasil membuat Faisal bersemangat ...
.
.
.
Jalanan utama desa yang masih berupa aspal berbatu membuat Feli akhirnya memutuskan untuk belok ke sebuah jalan kecil untuk jalan-jalan. Meskipun sudah jam 2 siang tapi suasana pegunungan yang selalu tertutup awan membuat hawa sejuk masih terasa. Sesekali Feli berelaksasi dengan menarik napas dan menghembuskan berkala, udara yang segar membuat moodnya yang sempat buruk perlahan kembali tenang.
"Bik, cerita dong sejak kapan Bik Sum kerja sama Papi dan Mami?" tanya Feli tiba-tiba.
Bik Sum yang sedari tadi berjalan di belakang Feli sontak berlari dan berjalan beriringan.
"Bibik kerja sama Tuan dan Nyonya Besar sejak mereka baru menikah, Non!"
"Oh ya?"
Bik Sum mengangguk cepat. "Dulu tuh Bibik paling suka kalo liat Tuan dan Nyonya mesra-mesraan sambil nonton tivi. Kayak yang romantiiiiss banget gitu."
Feli terkekeh mendengar penjelasan ART-nya itu, wajah Bik Sum sangat ekspresif setiap kali berbicara.
"Terus, Tuan dan Nyonya ngadopsi Tuan Faisal saat nggak kunjung hamil." Wajah Bik Sum berubah sendu. "Waktu itu Tuan Faisal kurus banget, maklum sih kan tinggal di Panti Asuhan. Mungkin di sana Tuan Faisal hidup serba terbatas karena harus tinggal bersama puluhan anak lain."
Feli melirik Bik Sum sembari tetap fokus pada jalan di depannya.
"Terus, Non Feli lahir waktu Tuan Faisal baru masuk SMA."
Langkah Feli terhenti, pandangan matanya menangkap sosok orang yang dikenalnya baru saja keluar dari sebuah rumah yang cukup besar sembari menenteng tas plastik.
"Kak Ical ..."
"Iya, Tuan Faisal sudah SMA pas Non Feli lahir!"
"I-itu Kak Ical kan, Bik?" Feli menolehi Bik Sum dan menunjuk seorang lelaki yang kini tengah senyum-senyum sendiri dan berlalu pergi.
"Loh, Tuan Faisal kokk??"
...****************...
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal