Enam tahun lalu, Arissa pernah menyelamatkan Damian, dan juga keduanya sudah menikah selama tiga tahun, tapi sedikitpun Damian tidak pernah melirik Arissa.
Meskipun sebenarnya, Arissa sudah bertahun-tahun menyukai Damian, dan jatuh cinta pada pria itu.
Namun, setelah sekian lama, akhirnya Arissa merasa lelah.
Dia lelah terus berharap pada sesuatu yang tidak mungkin bisa dijangkau, meskipun sesuatu itu tepat di depannya.
bagaimana kelanjutan kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 4
Arissa tidak bisa menahan diri untuk tidak menertawakan dirinya sendiri, bukankah, harusnya dia merasa bersyukur, karena suaminya tenyata tidak mengenali dirinya, jadi dia bisa menghindar dan terjebak malu di depan bosnya.
"Anggap saja yang dia katakan tadi hanya angin lalu." Ucap Brian dengan mimik wajah yang sulit di tebak.
"Baik pak." Arissa menganggukkan kepala.
"Maaf pak, saya agak merasa sesak, bisa saya keluar sebentar?" Izin Arissa, dia ingin keluar sebentar untuk menenangkan hatinya.
"Pergilah, aku mau menyapa yang lain dulu, baru nanti aku akan mencari mu." Ujar Brian dengan sangat lembut.
Arissa menganggukkan kepala, meletakan gelas anggur di tangannya, lalu berjalan keluar.
Walaupun sudah bercerai dengan Damian, tapi masih terasa sakit, saat Arissa mengingat jika Damian tidak mengenali dirinya.
Arissa semakin tahu, jika dia memang begitu tidak seberharga itu bagi Damian.
"Damian sialan! pergi mati saja kamu bajingan!!!” Teriak Arissa melepas geram hatinya. Setidaknya, setelah memaki pria itu, dia merasa jauh lebih baik. Dan, hatinya menjadi sedikit lega.
Setelah melepaskan amarahnya dengan berteriak memaki Damian, Arissa akan pergi, kembali masuk kedalam area pesta di selenggarakan. Namun, dia menghentikan langkahnya.
Telinganya menangkap suara seorang wanita yang seperti sedang ketakutan.
"Aku tahu salah, tolong maafkan aku, lepaskan aku kali ini saja. Aku mohon.."
Arissa berjalan ke arah suara yang di dengarnya.
"Aku juga ingin melepaskan mu, tapi..." Kini terdengar suara seorang pria yang berbicara.
"Tapi, bukankah, seseorang yang melakukan kesalahan, harus mendapatkan hukuman, bagaimana menurutmu?" Lanjut pria itu.
Pria itu berbicara dengan nada suara yang rendah menggoda, namun terselip ucapan yang begitu kejam dan membuat takut.
"Direktur Damian, tolong lepaskan aku sekali ini saja, aku tidak akan berani..la..." Suara wanita itu begitu memilukan, dan seketika berubah menjadi serak terbata-bata seperti sedang di cekik.
Arissa begitu terkejut, dia bersembunyi di tempat yang gelap, mendengar suara teriakan wanita yang memilukan itu. wajahnya langsung memucat, bergetar, adegan apa yang dia lihat ini? Pembunuhan kah?
Apakah Damian akan membunuh wanita itu?
"Antar dia ke rumah sakit, jangan biarkan dia mati begitu saja, karena itu akan sangat menguntungkannya." Ucap Damian.
Arissa terkejut setengah mati, seluruh tubuhnya gemetaran.
Sebuah tangan tiba-tiba terulur padanya, menangkap lengan Arissa, lalu menariknya, dan membawanya masuk ke dalam pelukan.
Arissa mau memberontak, namun takut kuat mencekik lehernya, sedang satu tangan pria itu menutup mulutnya, lalu menekan erat tubuhnya ke dinding.
Arissa tak mampu berkutik, dia tak bisa melawan, bisa apa tubuh mungilnya itu.
"Ternyata kucing kampung kecil yang diam-diam menguping, menurutmu aku harus bagaimana menyelesaikannya?"
Arissa berusaha membuka mata lebar-lebar di tengah sulitnya bernafas.
Dan kini Arissa bisa melihat jelas orang itu, dia dengan histeris membelalakkan kedua matanya.
Damian!!
Arissa merasa seluruh tubuhnya merinding, detak jantungnya semakin berdegup kencang...
"Sekretaris direktur Brian ternyata..." Damian tersenyum meledek. Dia juga bisa melihat dengan jelas kedua mata bulat Arissa yang terbelalak sempurna. Persis seperti kucing yang ketakutan.
Damian merasa Arissa begitu lucu dan.. mempesona.
"Sa..sakit..." Seru Arissa, dia merasa lehernya seperti akan putus.
Damian yang sadar, tiba-tiba meregangkan cekikannya.
Tanda merah yang terlilit di leher Arissa terlukis dengan nyata, membuktikan jika tadi Damian sedang tidak main-main.
"Direktur Damian.." Sebut Arissa.
"Apa yang sedang kamu lakukan hm?! Berani sekali kamu menguping orang lain." Tatap Damian dengan netra hitam coklat pekatnya.
"Aku tidak mendengar apapun." Bohong Arissa, dia tidak ingin berkata jujur karena takut dengan kegilaan Damian. Mungkin jika dia mengatakan jika dia mendengar semuanya, Damian pasti akan membunuhnya. Mungkin.
"Semoga saja memang seperti itu, karna kalau masalah malam ini bocor, itu artinya, aku harus mencari mu. Dan, kamu tahu. Aku tidak pernah melepaskan sasaran ku." Ujar Damian membuat bulu kuduk Arissa merinding hebat.
"Aku tidak dengar apapun..." Arissa konsisten dengan ucapannya.
"Boleh aku pergi sekarang?" Tanya Arissa di tengah kegugupannya.
Damian mengangguk. Namun, saat Arissa akan melangkah pergi. Tangan Damian menahan tubuh Arissa lalu menguncinya di antara kedua lengan berototnya.
"Direktur Damian, apa yang ingin anda lakukan? jika anda terus menahan saya seperti ini, Direktur Brian pasti akan mencari saya karena saya sudah pamit sedari tadi. Dan, jika dia melihat anda melakukan ini kepada saya, pasti semuanya akan menjadi runyam." Ujar Arissa kini mencoba untuk terlihat tidak takut lagi pada Damian.
"Apa yang ingin aku perbuat?" Damian mengulang pertanyaan Arissa dengan wajahnya yang ia dekatkan ke wajah Arissa, hingga keduanya bisa mendengar deru nafas satu sama lainnya.
"Kalau seperti ini menurutmu apa yang ingin aku lakukan?" Tanya Damian menatap mata Arissa.
Arissa menahan dirinya. Membuang segala yang berkecamuk saat ini. Wajah tampan dan perasaannya pada Damian tidak akan dia biarkan melemahkan dirinya.
"Direktur Bria..."
"Apa kamu yakin Brian akan mencari mu?" Potong Damian saat Arissa akan bicara.
Arissa diam, tak tahu apa lagi yang akan dia ucapkan. Karena setiap kali dia bicara, Pasti Damian akan mematikan ucapannya.
"Bagaimana kalau kamu pindah saja ke perusahaan ku? Aku akan memberimu gaji lima kali lipat lebih besar dari yang perusahaan Brian berikan padamu." Tawar Damian.
Arissa langsung mengerti kalau ternyata, apa sebenarnya yang di ingin oleh Damian.
Damian ingin dia mengkhianati Brian seperti sekretaris Brian yang lalu.
"Maaf direktur Damian! Saya tidak tertarik. Saya sudah sangat nyaman bekerja di di perusahaan direktur Brian." Ucap Arissa menolak dengan tegas.
Mendengar penolakan Arissa membuat Damian tersenyum licik. Dia suka dengan perempuan yang sok menolak, dan sok jual mahal.
Damian menatap dalam-dalam wajah Arissa, dan tiba-tiba merasa kalau dia sedikit familiar, dia seperti pernah bertemu dengannya sebelumnya, hanya dia tidak mengingatnya di mana.
"Bukankah kita pernah bertemu sebelumnya?"
...****************...
Untuk para readers, terima kasih sudah membaca novel baru author ya. semoga kalian menyukainya, dan maaf atas kekurangannya. support author dengan like, komen dan vote ya terima kasih banyak semuanya.
kapan Damain tahu
tentang istrinya
sekalian aja thor nanti klo mau end di kasih tau nya