SUAMI PENGGANTI
Dentuman musik yang menghentak serta menggema di seluruh penjuru ruangan, membuat sepasang muda mudi yang sedang dimabuk asmara itu semakin bersemangat meliuk-liukkan tubuhnya, seirama musik yang dimainkan oleh DJ. Lampu disko yang berkelap-kelip membuat suasana semakin memacu adrenalin untuk bergoyang. Sudah satu jam berlalu dan mereka tak merasakan lelah sedikit pun, tak berniat untuk berhenti dan beristirahat.
Usai meneguk minuman beralkohol tinggi tadi, keduanya menjadi semakin liar tak terkendali. Ini kali pertama bagi mereka mencoba minuman memabukkan itu. Karena toleransi alkohol keduanya masih sangat rendah, alhasil segelas saja sudah cukup membuat sepasang kekasih tersebut mabuk berat.
"Feli ... Baby, yuk, cabut!"
Gadis berusia 19 tahun, berparas ayu, bertubuh mungil berisi itu membalikkan badannya yang terasa enteng bak lembaran kertas tertiup angin. Felinova, begitulah orang-orang memanggilnya. Ia memicingkan mata untuk melihat lebih jelas sosok lelaki yang saat ini berdiri dengan oleng di hadapannya.
"Jonas?" lirih Feli terkekeh, ia tak tahu mengapa respon otaknya begitu lambat untuk mengenali lelaki yang sudah setahun ini menjadi kekasihnya.
Jonas memutar bola matanya gemas, ia menarik lengan Feli dan menyeretnya keluar dari Pub. Tak sanggup menolak, Feli pun mengikuti kekasihnya itu pergi.
"Kita ke apartemenku, oke?" cerocos Jonas sembari mengeluarkan kontak mobilnya dan memaksa Feli masuk setelah ia membuka pintu mobil.
Tanpa perlawanan, Feli hanya menurut saja saat mobil sport berlogo kuda jingkrak itu melesat cepat menembus jalanan ibukota yang mulai lengang di dinihari.
Tak butuh waktu lama, mereka berdua sudah tiba di apartemen Jonas yang berada di sebuah kawasan elit. Seluruh tubuh Feli memanas, entah karena cuaca yang memang sedang panas-panasnya di bulan Juni atau karena efek alkohol yang ia tenggak beberapa jam yang lalu. Feli melepas croptop-nya dan melemparnya ke sembarang arah. Ia tak sadar bila dua mata Jonas tak berkedip sedari tadi menatapnya, sesekali Jonas menelan saliva-nya gugup saat ditubuh Feli hanya tersisa bra dan hotpant saja.
Pengaruh alkohol membuat Feli lupa diri, ia membuka pintu kamar Jonas dan merebahkan tubuhnya di ranjang Kingsize bersprai biru itu. Tubuhnya terasa sangat ringan, sesuatu di dalam dadanya menggelora dan terasa panas. Yang ada dipikiran Feli saat ini, ia tengah berada di kamarnya sendiri.
Tak ingin kehilangan kesempatan, Jonas menyusul Feli dan memeluknya dari belakang. Sesuatu di bagian bawah tubuhnya menegang sedari tadi, Jonas sudah tak sanggup menahannya lagi.
"Fel ..." de-sah Jonas lirih.
"Hmmm ..."
Jonas membalik tubuh Feli dengan sedikit paksaan, tubuh wangi dan setengah telan-jang itu nampak sangat menggoda iman. Hembusan napas Feli yang hangat membuat gairah Jonas semakin menggebu-gebu. Dengan cekatan, ia melepas pengait bra di punggung Feli hingga gundukan daging itu terburai bebas setelahnya. Jonas kembali menelan salivanya dengan tak sabar, desiran hangat itu berubah semakin panas.
"This is yours, Fel." Jonas menarik tangan Feli dan mengarahkannya pada buwung di bawah sana.
Feli tersenyum di antara rasa kantuknya yang semakin menjadi-jadi. Ia meremas buwung itu dengan gemas. "I looooove this things!!"
.
.
"Angkat, Jonas! Angkat!!"
Suara menggerutu dari mulut Feli semakin membuat suasana hatinya memburuk.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau --"
"Arrggg!! WTF!!" Feli melempar ponselnya ke ranjang dengan kesal.
Sudah seminggu ini Jonas tidak bisa dihubungi. Berkali-kali Feli mencoba, berulang kali pula ia mengumpat kesal karena kecewa. Orang tua Jonas tinggal di luar negeri, di Jakarta ia hidup seorang diri, di apartemen yang juga tak berpenghuni sejak kekasihnya itu menghilang.
Feli menoleh ragu pada amplop putih di atas meja nakasnya. Ada dua tespack di dalam amplop itu, dan dua-duanya menunjukkan hasil yang sama, dua garis merah! Feli menghembuskan napasnya frustasi.
"Di mana kamu, Jonas!!" umpat Feli penuh amarah.
Jadwal menstruasi yang selalu tepat tiba-tiba saja membuat Feli kalang kabut saat darah kotornya itu tak kunjung datang bulan ini. Ia semakin frustasi saat menyadari bila di malam itu beberapa minggu yang lalu, ia dan Jonas melakukan hubungan badan tanpa pengaman. Berkali-kali ia dan Jonas tenggelam dalam gairah satu malam, dan setelahnya menyesal karena hubungan sakral yang harusnya mereka lakukan setelah resmi menjadi suami istri, malah mereka lakukan karena berada di bawah pengaruh alkohol.
"Bodoh kamu, Feli! Bodoh!!" gerutu Feli lagi sembari menghempaskan pantatnya di ranjang.
Tangan mungil Feli mulai membuka laci meja nakas dan meraih sebuah obat yang ia beli secara online kemarin. Menurut artikel yang ia baca, obat ini bisa meluruhkan janin yang masih berusia trisemester pertama. Feli tak punya pilihan lain, ia harus segera mengugurkan kandungannya secepat mungkin, terlebih setelah keberadaan Jonas seolah hilang ditelan bumi.
Feli bangkit dari ranjang, ia memutuskan mengambil air di dapur sebelum menenggak pil berbentuk heksagon berwarna putih itu. Dengan tubuh gemetar, Feli menuang air di dalam kulkas ke gelas besar yang ia ambil dari pantry.
"Non, malah di sini! Tadi di cari nyonya besar, loh!"
Feli tersentak dan menoleh cepat ke asal suara di sampingnya. Bik Sum tengah memandang Nona mudanya dengan pandangan kepo.
"Bibik, ngagetin aja!" sungut Feli sembari memasukkan kembali botol air ke dalam kulkas.
"Tumben Non Feli nggak nyuruh Bibik ngambilin airnya?" selidik Bik Sum.
Feli menghela napasnya sesaat sembari berpikir. "Suka-suka saya, lah!" sahutnya sinis sambil berbalik dan melenggang pergi.
Feli tak pandai berbohong, wajahnya akan memerah tiap kali ia berdusta. Maka dari itulah ia memilih pergi sebelum Bik Sum memergoki perubahan di wajahnya.
Dengan langkah cepat, Feli naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ia harus buru-buru agar bisa segera menenggak pil itu dan lepas dari segala beban yang kini bersarang di perutnya! Benih dari Jonas, kekasihnya.
Pintu kamarnya yang terbuka membuat Feli mengernyitkan keningnya heran, ia mengurangi laju kecepatan langkahnya sembari berpikir, sepertinya tadi ia sudah menutup pintu kamarnya dengan rapat, kenapa sekarang malah terbuka?
Masih dengan langkahnya yang ragu-ragu, Feli mendorong pintu kamarnya agar terbuka lebih lebar.
Prang ...
Bola mata Feli terbelalak, tubuhnya yang gemetar mendadak dingin dan kaku, gelas yang ia pegang dengan erat tanpa sadar terlepas dari genggaman tangannya dan hancur berkeping-keping. Cipratan air dan pecahan kaca yang jatuh tepat di telapak kaki Feli membuatnya seketika tersadar, Maminya tengah memegang erat obat miliknya sembari menatap tajam ke arahnya.
"Obat apa ini, Feli? Kamu hamil??"
...****************...
Hola, Bestie!
**Otor kembali lagi dengan karya baru, nih. Jangan lupa klik jempol, favorit dan vote agar tak ketinggalan updatenya! **
**Salam sayang **❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Yulfah
haiii thorrr..aq uda mampir y..boomm like tuk mu thor#semangat trus y thor
2023-09-26
1
zainul anita
❤️
2023-08-17
1
NAZERA ZIAN
aku mampir ya thor..
2023-01-29
1