Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan Rayhan
Keesokan harinya.
Pulang dari kantor, Rayhan pulang ke rumahnya. Ia sudah pamit kepada kedua putrinya. Bukan tanpa alasan ia pulang. Ia ingin meyakinkan sesuatu yang akhir-akhir ini telah mengganggu pikirannya. Lagi pula ia terlalu sering meninggalkan rumah itu. Ia sengaja pulang cepat karena ingin mampir ke makam keluarganya. Sudah hampir satu bulan ia tidak berkunjung ke makam almarhumah istrinya. Rayhan membeli bunga di depan gerbang makam. Ia melangkah menuju pusara keluarganya, di mana salah satunya adalah pusara Raya. Rayhan berjongkok dan membaca surat Yasin. Setelah selesai mengaji, Rayhan pun memanjatkan do'a untuk mereka. Tidak sampai di situ, setelah menaburkan bunga di atas pusara, Rayhan masih mencurahkan isi hatinya kepada almarhumah istrinya.
"Raya, aku bingung. Di sisi lain aku tidak ingin mengkhianatimu. Namun di sisi lain, aku tidak ingin anak-anak kita kekurangan kasih sayang seorang Ibu. Kamu pasti ngerti maksudku, kan? Dan aku takut tidak bisa menemukan pengganti sebaik kamu."
Hari sudah semakin sore. Rayhan pun beranjak pulang.
Tidak lama kemudian, Rayhan sampai di rumah. Rumah kenangan itu masih tetap sama seperti tiga tahun yang lalu. Tata ruangan dan perabotan tidak pernah ia rubah, karena hal tersebut adalah kesukaan almarhum istrinya.
"Den Rayhan, kapan datang?"
"Barusan Bi'."
"Si kembar nggak ikut pulang ke sini?"
"Nggak bi', mungkin minggu depan biar mereka main ke sini."
"Mau makan, den?"
"Nanti saja bi', setelah Maghrib."
"Ya sudah. Bibi' mau balik ke kamar dulu."
"Iya bi'."
Bi' Laili dulunya adalah asisten rumah tangga di rumah Mami. Namun setelah Rayhan menikah dan pindah rumah, Bi' Laili dialihkan kepada Rayhan. Bi' Laili memang seperti Ibu kedua bagi Rayhan, karena dia dulu juga membantu Mami mengurus Rayhan dan Rayyan. Usianya dia tahun lebih tua dari Mami. Bi' Laili dan suaminya sama-sama bekerja di rumah itu. Jadi di rumah itu hanya Bi' Laili dan suaminya yang akrab dengan Rayhan.
Rayhan pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri lalu shalat Maghrib.
Setelah selesai shalat, Rayhan turun ke bawah untuk makan malam. Bi' Laili menyiapkan makan untuk Rayhan. Rayhan menyendokkan nasi ke piringnya.
"Bi' temani aku."
"Iya den."
Meski Bibi' sudah makan dengan suaminya, kadang dia hanya menemani Rayhan makan.
" Sekarang aku makan sendiri. Kemarin malam aku makan bersama mereka dan Nazwa.... Ah iya Nazwa. Kenapa aku aku mengingatnya?" Batin Rayhan. Ia hanya mengaduk-aduk nasi di piringnya.
"Den, den Rayhan."
Rayhan pun tersadar setelah Bibi' memanggilnya berkali-kali.
"Ah iya bi'? "
Bibi' mengulum senyum.
"Kenapa den, lauknya nggak enak ya?"
"Eh tidak, enak kok."
"Ya sudah dilanjut makannya."
"Iya bi'."
Rayhan pun segera menyantap makan malamnya.
"Akhir-akhir ini den Rayhan sering nggak fokus." Batin Bibi'.
Setelah makan malam, Rayhan mencari alasan untuk bisa menghubungi Nazwa.
Kali ini Rayhan tidak mengirim pesan, melainkan langsung menelponnya.
Setelah tiga kali dering, Nazwa menerima panggilannya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."
Rayhan masih belum buka suara lagi.
"Hallo... Pak, apa anda masih di tempat?"
"Eh iya, Anak-anak mana?"
"Ini sedang belajar mengaji, Pak. Apa perlu dengan mereka?"
"Oh, pantas telpon ku nggak diangkat. Tolong rekam saat mereka mengaji. Aku ingin tahu."
"Baik Pak. Ada lagi?"
"Tidak ada. Terima kasih, assalamu'alaikum."
"Sama-sama, Wa'alaikum salam."
Si kembar yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Nany-nya tahu bahwa yang menelpon adalah Papa mereka. Karena suaranya cukup jelas meskipun tidak di-loudspeaker.
"Nany rekam ya, buat dokumen Papa kalian."
"Tumben." Sahut Anggun."
"Ya, mungkin Papa kalian rindu."
Anggun melirik Anggi. Anggi menahan tawa.
"Sudah, ayo lanjut lagi."
"Iya Nany."
Nazwa pun mulai merekam. Ia sengaja merekam Anggun dan Anggi saja, meski suaranya juga ikut terekam. Setelah merekam sekitar 10 menit, Nazwa mematikan tombol rekam. Mereka pun sudah selesai belajar mengaji. Tidak lama kemudian, mereka shalat Isyak. Setelah shalat Isyak, Nazwa mengirimkan video tersebut kepada Rayhan.
Anggi dan Anggun kembali ke kamarnya. Mereka melihat i-pad masing-masing. Tidak ada panggilan dari Papanya.
"Padahal aku dengar sendiri tadi Papa bilang sama Nany kalau Papa sudah telpon kita tapi nggak diangkat. Mana ada?" Ujar Anggi.
"Iya nih, sama kak. Ini nggak ada panggilan masuk dari Papa. Masa' iya Papa bohong?"
Mereka berdua berpikir. Akhirnya mereka menduga-duga, bahwa itu hanya alasan Papanya agar bisa menelpon nany. Anggun dan Anggi segera melaporkan hal tersebut kepada Oma. Mereka berdua pergi ke kamar Oma. Mendengar cerita keduanya, Oma pun dapat menyimpulkan hal yang sama dengan mereka. Oma berdo'a di dalam hati semoga ini menjadi awal yang baik untuk putranya. Besar harapannya untuk melihat Rayhan kembali bahagia dan menemukan kehidupan barunya.
"Kamu hanya belum menyadarinya, bang. Nazwa itu perempuan baik, Mami yakin kamu akan mudah untuk menerima kehadirannya." Batinnya.
"Kalian pura-pura nggak tahu ya. Biarin saja Papa kalian mau ngomong apa. Papa kalian masih gengsi."
"Iya, Oma."
"Papa memang jaim." Sahut Anggun.
Hal tersebut membuat Oma terkekeh. Sedangkan Opa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kehebohan mereka bertiga.
Tidak lama kemudian Nazwa datang mencari si kembar, karena Nazwa tidak menemukan mereka di kamarnya.
Tok tok tok
"Siapa?"
"Saya bu. Maaf apa si kembar ada di dalam?"
"Tuh kalian sudah dicari sama calon Mami. " Lirih Oma, sambil mengulum senyum.
"Hehe... iya Oma."
Anggi membuka pintu kamar Oma.
"Nany... "
"Huh... nany cari kalian ke mana-mana."
"Hehe... maaf nany."
"Ayo kita makan malam. " Ujar Oma kepada mereka.
Mereka pun turun ke bawah.
Sementara Rayhan membuka video yang dikirim oleh Nazwa. Mendengar suara Nazwa begitu lembut saat mengajari si kembar mengaji di dalam video tersebut, tak terasa membuat Rayhan mengulum senyum. Rayhan pun mengirimkan pesan kepada Nazwa untuk mengucapkan terima kasih. Kali ini Nazwa langsung membalasnya.
Sudah larut malam. Rayhan masuk ke kamar. Ia mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. dan membaringkan diri di atas tempat tidur. Ia hendak memejamkan mata, namun entah kenapa matanya sulit untuk dipejamkan. Rayhan pun melihat handhone-nya kembali. Ia memutar lagi video yang dikirim Nazwa. Entah berapa kali ia putar sampai akhirnya tertidur juga. Handhone-nya tergeletak di samping bantalnya.
Sedangkan Nazwa baru saja keluar dari kamar si kembar. Ia sudah sangat lelah dan mengantuk. Nazwa pun masuk ke kamarnya sendiri. Ia pergi ke kamar mandi untuk sikat gigi dan berwudhu'. Setelah itu ia pun beristirahat.
Bersambung...
...****************...
Maaf ya kak, author ada gangguan pencernaan dan telinga, belum lagi banyak pesanan kue. Jadi pembaca author yang setia pasti paham kan kalau author up 1 part artinya author sibuk dengan dunia nyata. Masih untung bisa up, iya kan 😁🙏🙏🙏🙏
semangaatt teruss thorrr💪🏻🤩
sabar ya kalian
bentar lagi juga otw halal'
gimana ga bahagia wanita di sebelah nya bidadari ko