Gairah Suami Lucifer Ku

...Happy Reading ✨...

Pernikahan sahabatnya adalah hari ini, seorang gadis dengan gaun yang sangat cantik sudah membalut tubuhnya yang ideal. Wajahnya sedari tadi sudah menahan sedih karena pasti akan sangat susah menganggu sahabatnya dengan rengekan dan keluh kesahnya.

Ia merasa di tinggal sendiri di hutan yang sangat menyeramkan. Karena memang tak ada teman selain Zara. Siapa lagi yang bisa ia ajak bertengkar dan menangis bersama?

"Tidak! Pokoknya jangan nangis! Kau harus senang saat sahabatmu akan menikah!" Ucap gadis itu dengan memegang pipinya sendiri dan menyemangati hatinya agar tidak terlalu sedih. Ia sudah sangat cantik dengan make up yang ia bayar dengan mahal. Tidak mungkin ia harus merelakan uangnya dengan menangis.

"Untung saja jejak pria itu hilang hari ini... " Gumam Tantri sembari menatap dada dan lehernya. Hanya di atas perut dan punggungnya saja yang masih ada sedikit jejak itu. Dan karena pakaiannya yang terbuka di dada dan tanpa lengan jadi masih bisa menutupi punggungnya dengan balutan dress menjuntai itu.

Tok

Tok

Tok

"Tan! Lama sekali! Kau sedang bertapa ya agar terlihat cantik!?" Ejek pria di luar sana, ia sudah menunggu sekitar 1 jam hanya untuk gadis di dalam kamar itu.

"Ck! Pria itu selalu saja tidak sabaran!" Kesal Tantri dengan segera ia menjinjing gaunnya agar tidak menghalangi langkahnya.

Ceklek!

"Kenapa sih kak! Berisik deh! Kalau nungguin orang itu harusnya lebih sabar! Kakak kemana aja waktu Tuhan ngasi kesabaran? Itulah, kalau saat Tuhan bagi-bagi sabar kakak malah main jongklak ya gini jadinya! Suabarnya setipis tisuuu!" Omel Tantri dengan keluar dari kamarnya, yang di ajak bicara malah diam. Pria itu terpana, gadis yang awalnya penampilan urakan dan bisa di bilang selalu salah make up. Kini terlihat sangat cantik.Hingga membuat dirinya hanya bergeming.

Tanpa membuat kulit gadis itu menjadi putih, yang mana artinya dia cantik dengan kulit sawo matangnya.

"Hey! Kak Sandi! Jadi jalan gak! Dari tadi ngomel terus karena aku tidak kunjung keluar! Sekarang malah diam disana!" Kesal Tantri saat Sandi masih saja diam.

"Baiklah, cerewet sekali gadis cantik ini!" Puji pria itu dengan menggeleng pelan. Jujur ia terpesona dengan kecantikan yang di tampilkan Tantri. Kecantikan dengan tampilannya sendiri.

"Siapa yang cerewet! Kak Sandi sendiri yang diam disana!" Gerutu Tantri, sepertinya wanita ini tidak mendengar kata cantik yang di lontarkan oleh Sandi. Pria itu hanya terkekeh dan membantu gadis itu menjinjing gaunnya agar tidak tersandung.

"Siapa yang meminta penjahit menbuat kain pel terikat di baju mu!" Ledek Sandi lagi dengan mengatakan bahwa gaun Tantri saat ini seperti kain pel karena sampai terseret.

"Kain pel? Kakak yang tidak tau fasion! Dasar kuno!"

Keduanya beradu pendapat dengan berjalan beriringan menuju mobil.

"Kau memang jika bicara denganku selalu saja marah-marah." Sandi membukakan pintu mobil agar Tantri bisa masuk lebih dulu. Lalu Sandi juga masuk ke kursi kemudi.

"Lalu haruskah aku berterima kasih karena kakak mengejekku sedari tadi? Haruskah aku bilang, terima kasih atas ejekannya tuan muda. Haruskah?" Tantri bicara dengan nada nyolot.

Tawa Sandi terdengar di dalam mobil, keduanya belum berangkat ke pernikahan Zara.

"Terima kasih Tan! Kau menghiburku di hari yang berat ini!"

"Kau juga harus menjalani hidupmu! Kesalahan yang kau lakukan sudah di maafkan bukan? Jadi sekarang temukan kebahagiaan mu kak, Zara sudah bahagia dengan pilihannya." Ucap Tantri tulus sembari menatap Sandi yang juga menatap nya.

Sandi adalah pria yang sempat berada di hidup Zara. Tapi sayangnya pria itu datang setelah Zara dan Arsenio bertemu. Hingga akhirnya membuat Sandi harus merelakan gadisnya dengan sangat berat.

Awalnya ia berniat untuk memisahkan keduanya tapi pada akhirnya ia tau, sikapnya malah membuat pertemanannya dengan Zara hancur. Hingga Tantri lah yang membuat Zara memaafkan kesalahan sesaat yang di lakukan Sandi.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, dua orang yang ada di mobil itu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Walaupun tadi mereka sempat bicara sebentar tapi sisa perjalanan mereka di lalui dengan keheningan.

Tak membutuhkan waktu lama, mobil telah sampai di sebuah hotel mewah di kota ini. Hotel yang hanya ada satu di negara ini, dengan fasilitas bak kerajaan.

Tantri terdiam saat menatap lobby hotel tersebut, ia bahkan belum berniat menurunkan kakinya meski sudah di bukakan pintu oleh Sandi. Mata gadis itu masih menatap nanar bangunan besar yang menjulang tinggi tersebut.

Benarkah ia kembali menginjakan kakinya disini? Dimana tempat yang sudah merebut semuanya, entahlah perasaannya saat ini bercampur aduk. Ia masih tidak bisa melupakan hal yang ia lakukan kemarin. Lalu Tantri juga berfikir, bagaiamana bisa ia menghadapi pria itu? Pria yang ia perkosa kemarin malam.

"Kau tidak turun?" Tanya Sandi dengan heran saat gadis di depannya ini malah bengong tanpa berniat turun.

"Sabarrrrr.... " Ucap Tantri berusaha menyalahkan Sandi, ia hanya ingin menghalau perasaan itu. Perasaan yang tak bisa ia jabarkan saat ini.

"Apa menunggu lebih dari 5 menit hanya untuk turun dari mobil itu tidak sabar?" Sindir Sandi dengan wajah yang dibuat bete.

Tantri hanya tersenyum mendengarnya, ia salah dan ia akui itu.

Kakinya melangkah bersama Sandi masuk ke dalam hotel dan akan menuju tempat acara. Matanya sibuk mencari pria yang mungkin akan di temuinya di acara ini. Semoga tidak bertemu atau berpapasan tuhan.... Aku mohonnnn..... Dimana ku taruh wajah cantik ku ini jika kita-

Ting

Saat lift terbuka, doa Tantri mendadak terhenti. Sialan! Pria itu sedang ada di lift sendirian! Apa ia harus berlari kabur sekarang?

"Jika tidak mau masuk jangan memencet tombolnya!" Ucapan biasa namun dengan wajah sensinya. Ia siapa lagi kalau bukan Kevin si pria datar dan menyebalkan.

"Maaf pak, silahkan duluan saja." Ucap Sandi saat merasa tangan yang sedang di gandengnya mencubit pelan.

"Merepotkan saja!"

Pintu lift tertutup lalu mereka berdua diam menunggu lift selanjutnya.

"Kenapa tidak naik ikut dia?" Tanya Sandi pada Tantri yang masih menggandengnya.

"Aku hanya tidak suka satu lift dengan pria seperti es batu." Sahutnya asal dengan wajah leganya.

"Siapa tau kalian bisa jadi satu rumah kan?" Celetuk asal Sandi dengan wajah mengejeknya.

"Kakak itu sedang menyumpahi ku ya!" Pekik Tantri marah di sebelah telinga Sandi hingga pria itu hanya bisa terkekeh dengan menutup telinganya yang berdengung.

"Ya sudah, jangan marah! aku hanya bercanda_" Ucap Sandi sembari menggandeng masuk Tantri menuju lift yang akan naik ke lantai 40. Gadis yang di ajak naik hanya bisa mendengus sebal karena kesabaran menghadapi pria memang sangat tipis setipis dompet author saat ini🤣

...****************...

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣 kalian ya para readers, dukung author dengan kisah 'gairah suami Lucifer ku ' 😍