Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"Ibu.....!" Selena langsung memeluk Marta saat ia di bawa masuk ke dalam markas.
Dengan derai air mata, Marta memeluk anaknya yang tampak kurus padahal baru beberapa hari saja mereka tidak bertemu. Penampilan yang acak-acakan, wajah lebam dan tubuh yang memar membuat Marta penasaran apa yang sudah terjadi pada anaknya.
"Kenapa kau seperti ini?" Tanya Marta. "Siapa yang sudah menyiksa mu?"
"Mereka menjual ku, bu...!" Jawab Selena dengan isak tangisnya.
"Siapa yang menjual mu, apakah Sean?" Tanya Darwin dari jeruji besi samping.
"Kakak, semua ini salah mu!" Ucap Selena yang menyalahkan kakaknya. "Kakak sudah menjual Amara, jadi aku yang kena!"
"Dan aku akan membuat kalian sama seperti Amara, trauma melihat darah." Ucap Sean dengan suara beratnya.
"Bajingan, iblis....!" Umpat Darwin. "Bebaskan kami....!"
"Sekali saja kalian masuk ke dalam markas ku, kalian tidak akan bisa keluar lagi." Ucap Sean dengan tawa sinisnya.
"Aku bersumpah untuk membunuh Amara," jerit Selena sekali lagi membuat Sean tertawa.
Pria ini pergi begitu saja, senang rasanya melihat orang yang sudah membuat istri menderita selama ini lebih menderita dari Amara dulu.
Sean kembali bersama Dompu, dengan membawa kursi dan sebuah tang. Hal ini membuat Marta dan kedua anaknya bertanya-tanya apa yang akan di lakukan Sean sekarang.
"Mau apa kau?" Tanya Darwin saat Dompu mengikat kedua tangan dan kakinya.
"Amara pernah bercerita pada ku jika kau pernah mencabut kuku kakinya di saat dia kecil. Apa itu benar?"
Darwin panik, begitu juga dengan sang ibu dan adiknya.
Dengan satu tangan, Sean meraih kaki Darwin lalu menatap jari-jari kakinya yang sudah siap untuk di eksekusi.
"Lepaskan aku!" Darwin berontak.
Ssssst........
Aaaaaaargh......
Jerit Darwin terdengar memecah markas milik Sean saat pria ini mencabut kuku di jempol kaki milik Darwin.
Darwin hanya bisa menggeliat menahan rasa sakit dan perih di kakinya.
"Bajingan kau...!" Umpat Marta. "Jangan sakiti anak ku!" Pintanya berderai air mata.
"Aku akan membalas apa pun yang kalian lakukan pada Amara dulu termasuk melemparnya dari lantai dua," ucap Sean semakin membuat Marta dan Selena ketakutan.
Hanya satu kuku sebagai pembuka, Sean langsung membersihkan ke dua tangannya kemudian kembali pulang ke mansion.
"Dari mana?" Tanya Amara singkat.
"Dari markas!" jawabnya singkat. "Sudah makan belum?"
"Aku baru bangun, ngantuk sekali rasanya!"
"Masih mau ikut lagi?" Tanya Sean memancing.
"Sangat seru, kalau ada lagi aku mau ikut!"
"Ada baiknya kau duduk manis menjadi istri yang manis." Ucap Sean.
"Penipu!" Seru Amara.
"Kenapa kau mengatai aku penipu?" Tanya Sean tidak terima.
"Kau sudah berjanji akan mengajak ku liburan ke luar negeri. Mana?" Amara menagih janji suaminya.
"Aku heran pada mu, kalau masalah janji saja kau sangat cepat!"
"Jika kau tidak berjanji pada ku, aku tidak akan menagihnya." Sahut Amara. "Hari ini peringatan kematian ayah ku yang ke seratus hari. Boleh aku meminta izin untuk pergi?"
"Kau tidak mengajak ku?"
"Kecuali kau memberitahu ku soal bola mata yang ada ruang bawah tanah!" Ucap Amara yang ternyata masih penasaran.
Sean tertawa lalu pria yang geram ini langsung menarik pipi Amara.
"Tidak bisakah kau membuang rasa penasaran mu itu?"
"Tidak, kau adalah pria yang memiliki banyak rahasia." Jawab Amara semakin membuat Sean geram.
"Sayang, ada baiknya kita pergi jalan-jalan sekarang!" Ajak Sean yang merasa bosan.
"Sudah ku bilang jika aku ingin pergi ke makam orang tua ku!"
"Kalau begitu, ayo pergi sekarang!" Ajak Sean.
"Jawab dulu soal bola mata!" Kekeh Amara.
"Itu kedua mata adikku yang sengaja aku awetkan," jawab Sean membuat Amara terkejut. "Adikku......!"
"Sudah, jangan di lanjutkan lagi. Aku tahu itu akan membuka luka lama mu." Potong Amara.
"Tumben sekali kau pengertian kali ini." Goda Sean. "Ayo pergi sekarang!" Ajak Sean.
Mereka berganti pakaian kemudian langsung pergi ke pemakaman kedua orang tua Amara yang membutuhkan perjalanan cukup jauh.
Rasanya lelah juga jika harus membuang waktu di perjalanan seperti ini. Amara yang geram langsung protes pada suaminya.
"Tidak bisakah kita tinggal di tengah kota saja?"
"Kenapa?" Tanya Sean singkat.
"Aku sangat lelah jika harus duduk lama-lama di dalam mobil. "Buang-buang waktu saja!"
"Sebenarnya mansion itu memiliki jalan tembusan menuju ke pinggir kota. Hanya butuh waktu setengah jam perjalanan saja!" Jawab Sean dengan santainya.
Amara menarik nafas panjang untuk menahan rasa sabarnya saat ini.
"Lantas, kenapa kau malah lewat di jalan sejauh ini hah?"
"Karena aku suka melihat hutan!" Jawab Sean.
"Sepertinya kau memang agak lain," ucap Amara yang kesal.
Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang akhirnya meraka sampai juga di pemakaman yang tampak sepi karena sebentar lagi akan turun hujan.
Amara bergegas menabur bunga kemudian berdoa di atas pusara kedua orang tuanya setelah itu mereka pergi dari pemakaman karena rintik hujan sudah mulai turun.
Tanpa di sadari oleh Sean dan Amara, ada seseorang yang mengambil gambar mereka berdua.
"Malam ini kita tidur di apartemen ya," ujar Sean memberitahu Amara.
"Kita menikah tanpa di Sengaja. Aku ingin sekali merasakan apa itu pacaran," ucap Amara terdengar malu-malu.
"Serius, kau belum pernah pacaran?" Tanya Sean tidak percaya
"Tanpa ku jawab pun, orang seperti mu pasti sudah tahu tentang latar belakang ku!" Jawab Amara.
"Tumben kau pintar!"
"Selalu saja mengejek ku!"
Sean membawa istrinya ke apartemen yang berbeda dari apartemen yang pernah Amara tinggali selama beberapa hari.
"Wah, mewah. Pemandangannya juga bagus." Ucap Amara yang kagum.
"Iya, pemandangannya cantik. Seperti dirimu," ucap Sean lalu memeluk istrinya dari belakang.
"Setelah ku pikir-pikir, tidak buruk menjadi istri mu. Tapi, apa orang seperti mu bisa setia?"
"Aku bukan jenis laki-laki yang suka pada banyak perempuan. Cukup satu saja!"
"Wah, kata-kata buaya mu akhirnya keluar juga!" Sahut Amara.
"Amara, sungguh kau menguji kesabaran ku!" Ucap Sean menekan suaranya.
"Aku mau mandi, tapi tidak ada pakaian ganti." Kata Amara. "Aku tidak ingin tidur di ekori oleh setan pemakaman!"
"Mandilah, aku akan menyiapkan pakaian mu!"
"Terimakasih suamiku," ucap Amara.
Sean hanya tersenyum menanggapi ucapan terimakasih dari istrinya.
Sementara itu, Remon saat ini tertawa puas saat melihat foto Sean dan Amara yang berada di pemakaman. Kali ini ia akan menghancurkan Sean melalui Amara.
"Kerja kalian sangat bagus kali ini. Kalian semua harus menculik perempuan ini secepatnya." Kata Remon yang sudah tidak sabar melihat kehancuran Sean.
"Baik tuan....!" Ucap serentak anak buah Remon.
Mafia somplak! 🤣🤣🤪🤪😅😅