ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 28 Ciuman pertama
Ganra tidak menyangka akan mendapatkan serangan mendadak dari Zua. Ia sempat kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh, tetapi dengan sigap ia menahan tubuhnya sendiri, juga Zua yang masih memukul-mukulnya dengan tangan kecilnya.
"Hey, Claire! Apa yang kau lakukan?" tanya Ganra sambil tertawa kecil. Ia mencoba menahan kedua pergelangan tangan Zua untuk menghentikan serangan gadis itu di kepalanya dan bagian tubuh yang lain.
"Dasar pria menyebalkan! Kau pikir aku tidak akan marah, hah? Kau mempermalukanku di depan semua orang tadi! Kau menciumku di depan umum!" Zua berteriak dengan wajah merah.
Ganra menahan tawa sambil terus memegangi tangan Zua yang berusaha memberontak. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Ia takut yang lain akan mendengar mereka.
"Aku hanya mengikuti permainannya, Claire. Kau tidak perlu bereaksi berlebihan seperti ini." kata Ganra sambil tersenyum santai.
"Bukan hanya itu masalahnya! Itu adalah ciuman pertamaku, tahu! Aku tidak sudi memberikan ciuman pertamaku pada laki-laki mesum sepertimu!"
Zua mendengus marah, wajahnya semakin merah.
"Kau melakukannya di depan banyak orang! Apa kau tidak punya rasa malu?!"
Ganra tersenyum penuh kemenangan mendengar pengakuan Zua tadi. Tentu dia senang mendengar kalau itu adalah ciuman pertamanya.
"Oh, jadi yang tadi itu adalah ciuman pertamamu? Kebetulan, aku juga. Kita sama-sama dirugikan. Kau malu karena ciuman pertamamu terjadi di depan orang? Sayang sekali aku tidak." kata Ganra dengan nada menggoda dan ekspresi tengilnya, membuat Zua semakin kesal.
"Dasar tidak tahu diri, rasakan ini! teriak Zua, mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Ganra untuk menyerang pria itu lagi tapi Ganra dengan mudah menahannya.
"Kau bisa saja menolak tadi, tapi buktinya kau tidak menolakku sama sekali." kata Ganra.
Zua mendongak menatap Ganra tajam.
"Bagaimana aku bisa menolak kalau kau langsung menyerangku begitu?!" katanya dengan frustrasi.
Ganra menyeringai. "Kau bisa saja menendangku. Tapi tidak apa-apa, Zua. Aku janji, ciuman berikutnya akan lebih spesial," pria itu terus menggoda Zua.
Mendengar itu, Zua semakin gondok.
"Berhenti bicara seperti itu! Aku tidak akan membiarkanmu menciumku lagi!" katanya tegas.
Ganra menatapnya lama, Zua membalas dengan berani. Keduanya saling bertatapan. Zua masih tidak sadar kalau saat ini dirinya sedang menempel pada tubuh Ganra seperti koala. Kedua kakinya melingkar di pinggang pria itu dengan posisi kedua tangannya yang dipegang oleh Ganra, karena tangannya berniat dia pakai untuk menyerang lelaki itu.
"Kau yakin tidak ingin aku menciummu lagi? Tapi menurutku kau juga menikmati ciuman tadi. Kau pasti ingin merasakan yang berikutnya. Ciuman kedua kita pasti akan lebih panas dari yang tadi." setelah lama diam hanya saling bertatapan, Ganra akhirnya buka suara.
"Kau ...!" Zua tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia hanya mendengus kesal lalu berusaha turun dari tubuh Ganra. Ia kesulitan turun karena Ganra masih terus menahannya. Lelaki itu pasti sengaja melakukannya.
"Turunkan aku!" Ketusnya menatap Ganra tajam.
"Kau yang naik tanpa permisi tadi, coba saja turun sendiri."
Astaga. Lama-lama Zua bisa gila karena pria ini. Dengan usaha keras ia melakukan segala cara untuk turun. Zua terus bergerak-gerak sampai tidak sadar dadanya menggesek-gesek dada Ganra. Ganra menegang seketika dan melepaskan Zua mendadak. Gadis itu langsung jatuh terlentang di tempat tidur. Ia menatap Ganra penuh permusuhan. Ia tidak menyadari kalau laki-laki yang berdiri di atas sana sedang berusaha menetralkan jantungnya.
Kalau mengikuti keinginannya, Ganra bisa saja menyerang Zua sekarang juga. Tetap tidak, dia tidak akan melakukan apa pun sebelum mereka menikah, sebelun mereka sah menjadi pasangan suami istri. Apalagi kalau malam ini dia menyentuh Zua, dia tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Pasti akan terjadi perang besar antara mereka.
"Tidurlah, jangan lupa mimpikan aku." kata Ganra kemudian. Zua langsung mengambil bantal dari atas tempat tidur dan melemparnya Ganra. Pria itu tertawa dengan wajah nakalnya sebelum menghilang dari sana.
Begitu pintu tertutup, Zua mengganti posisinya menjadi duduk sambil memegang wajahnya yang masih memerah akibat Ganra. Jantungnya berdetak kencang, dan ia merasa tubuhnya masih panas karena malu juga kesal pada Ganra.
"Pria itu benar-benar menyebalkan," gumamnya pelan. Tapi Zua merasa aneh, ada sesuatu yang berbeda saat bersama Ganra. Meskipun ia mencoba menyangkalnya, perasaan aneh itu terus mengganggunya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah keluar dari kamar Ganra memutuskan menyendiri di bagian belakang villa, menikmati udara malam hari karena tubuhnya masih terasa panas gara-gara Zua. Gadis itu berhasil mengganggu pikirannya.
Kau aneh Ganra. Kau yang terus-terusan menggoda gadis itu, tapi kau yang tersiksa begini.
Ganra terus bergulat dengan pikirannya. Angin dingin yang berhembus cukup kuat bahkan tidak mampu menetralkan jantungnya yang terus bergejolak.
"Ganra,"
Lalu seseorang memanggil namanya. Ganra kesal karena menurutnya panggilan itu hanya mengganggu ketenangannya menyendiri sambil memikirkan Zua.
Saat ia menoleh, ia baru menyadari ternyata yang memanggilnya adalah Bunga. Makin tidak bersemangat lagi dia.
Ganra kembali menghadap depan tanpa tersenyum ke Bunga. Ia bisa mendengar langkah kaki wanita itu mendekat ke arahnya.
Ganra ingin segera beranjak pergi dari situ, tetapi perkataan Bunga menghentikannya.
"Bagaimana keadaanmu beberapa tahun ini?"
"Baik." balas Ganra singkat, tanpa menoleh sedikitpun ke Bunga. Ia hanya menatap lurus ke pemandangan malam di depannya.
"Mm ... Kau masih marah padaku?" pertanyaan berikutnya membuat Ganra melirik ke samping dengan mata menyipit seolah ingin Bunga menjelaskan apa maksud dari pertanyaannya.
"Karena aku memutuskanmu sepihak waktu itu dan pergi begitu saja. Apa kau masih marah?" Bunga melanjutkan.
Ganra tertawa.
"Untuk apa aku marah? Kau tahu aku tidak pernah mencintaimu. Aku menerimamu pacaran waktu itu hanya karena status. Aku juga sudah bilang sendiri padamu tidak ada cinta untukmu. Kau tahu itu Bunga. Saat kau memutuskan aku, aku merasa lega dan bebas. Jadi tidak mungkin aku marah padamu karena kejadian masa lalu."
Kata-kata dingin Ganra bak paku yang menusuk kulit Bunga. Sangat menohok hingga membuat Bunga kecewa.
"Lalu, bagaimana dengan gadis itu? Apa kau juga ingin menikahinya karena status? Kau pasti tidak mencintainya kan?"
"Dia berbeda. Kalau aku belum mencintainya, aku bisa belajar mencintainya. Kalau hanya aku yang memiliki perasaan padanya, aku akan berusaha membuatnya memiliki perasaan padaku."
Setelah mengatakan itu Ganra berbalik pergi, meninggalkan Bunga sendirian menahan sakit hatinya. Sungguh kejam, Ganra kejam sekali padanya.