ZUA CLAIRE, seorang gadis biasa yang terlahir dari keluarga sederhana.
Suatu hari mamanya meninggal dan dia harus menerima bahwa hidupnya sebatang kara. Siapa yang menyangka kalau gadis itu tiba-tiba menjadi istri seorang pewaris dari keluarga Barasta.
Zua tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam semalam. Tapi menjadi istri Ganra Barasta? Bukannya senang, Zua malah ketakutan. Apalagi pria itu jelas-jelas tidak menyukainya dan menganggapnya sebagai musuh. Belum lagi harus menghadapi anak kedua dari keluarga Barasta yang terkenal kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 33 Ciuman kedua
Zua terperangah. Napasnya tercekat saat menyadari posisi mereka. Ganra menindihnya, kedua tangannya menahan beban tubuhnya di sisi kepala Zua. Mata pria itu mengunci pandangan mereka, menatap langsung ke dalam matanya.
Jantung Zua berdebar kencang. Ini terlalu dekat. Terlalu intim.
"Ga-Ganra ... Turun," bisiknya, suaranya nyaris gemetar.
Namun, alih-alih menjauh, Ganra justru semakin mendekat, wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Zua. Senyum miringnya muncul, khas godaannya yang menyebalkan.
"Kau tadi yang menyerangku duluan," bisik Ganra, suaranya rendah dan dalam.
"Sekarang, aku harus membalas."
Zua mencoba bergerak, tapi Ganra tidak memberinya kesempatan. Satu tangannya dengan mudah menahan pergelangan tangan Zua di atas kepala, sementara tangan lainnya menyentuh pipi gadis itu, ibu jarinya mengusap lembut di bawah mata Zua.
"Kenapa wajahmu merah?" tanyanya dengan nada menggoda.
Zua semakin panik.
"Ganra, lepasin aku!"
"Aku ingin bermain sebentar."
Zua menelan ludah. Ia tahu Ganra suka menggoda, tapi ini ... ini di luar batas! Pria itu benar-benar memanfaatkan situasi untuk mempermainkannya.
"Aku tidak mau bermain!" Zua memberontak, berusaha menarik tangannya, tapi Ganra lebih kuat.
Ganra terkekeh pelan.
"Lucu sekali melihatmu panik seperti ini." Ia menurunkan wajahnya lebih dekat, sampai hidung mereka hampir bersentuhan.
"Kau tahu, Claire," bisiknya,
"Kalau aku memang ingin melakukan sesuatu padamu, kau tidak akan bisa kabur."
Zua menahan napas. Ada sesuatu di mata Ganra yang berbeda kali ini. Sorot matanya lebih dalam, lebih tajam, seolah ada perasaan lain yang tersembunyi di balik semua godaannya.
Jemari Ganra kembali membelai kulit wajah Zua, membuatnya merasa geli. Posisi mereka juga sangat tidak menguntungkan bagi Zua. Ia ingin melawan, tapi tentu saja tidak bisa, karena dibandingkan tubuhnya, tubuh Ganra jauh lebih besar. Belum lagi posisinya sekarang sedang berada di bawah lelaki itu. Saat ibu jari Ganra berhenti di bibirnya dan mengusapnya pelan, nafas Zua makin tercekat.
"Bibirmu sangat halus, membuat aku ingin mencobanya lagi seperti semalam," bisik Ganra di telinganya.
"Tapi aku akan menyerang yang ini dulu."
Zua terkesiap ketika telinganya di gigit kecil oleh Ganra.
Tubuh Zua menegang seketika. Sensasi hangat dari gigitan kecil Ganra di telinganya membuatnya merinding, entah karena terkejut atau ... Zua tak berani menyelesaikan pikirannya sendiri.
"Ga-Ganra," serunya lirih, berusaha menarik kepalanya menjauh. Tapi pria itu justru tertawa pelan di dekat telinganya, suaranya serak dan menggoda.
"Kau terlalu sensitif, Claire," ucapnya, nada suaranya penuh hiburan.
"Padahal aku baru bermain sebentar di bagian ini."
Zua menggigit bibirnya, menahan diri agar tidak terlalu bereaksi berlebihan. Ia merasa panas, bukan hanya karena posisi mereka, tetapi juga karena caranya dipermainkan seperti ini oleh Ganra.
"Sudah ku bilang turun dariku, Ganra." desisnya tajam. Kali ini matanya menatap langsung ke dalam mata pria itu, mencoba menunjukkan bahwa ia tidak takut.
Sayang sekali, Ganra tidak mendengar. Ia bukan sekadar ingin bermain-main, tapi saat ini ia sudah terjebak dengan permainannya sendiri dan berat untuk berhenti. Di bawah sana, miliknya sudah sangat tegang.
Ganra menatap Zua dengan tatapan yang sangat dalam. Zua sendiri terdiam. Ia mencoba mengalihkan pandangannya dari Ganra, tetapi ia kembali di buat kaget saat merasakan mulut Ganra kembali menggigit-gigit kecil telinganya.
Zua menggigit bibirnya, berusaha menahan suara yang hampir saja keluar. Sensasi gigitan itu membuatnya bingung antara ketakutan dan perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. Ganra memang selalu tahu bagaimana cara membuatnya kesal sekaligus berdebar-debar. Tapi permainan pria itu kali ini betul-betul.
Tidak, Zua tidak boleh jatuh dalam permainan gila pria itu. Dia tidak boleh masuk dalam jebakan Ganra.
"Ganra, berhenti!" serunya, suaranya sedikit lebih keras dari sebelumnya, meskipun hatinya bergetar tidak karuan.
Ganra mengangkat kepalanya sedikit, menatap Zua dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Kau tidak suka?" tanyanya, masih dengan nada menggoda,
Zua merasa jantungnya berdebar semakin kencang. Ganra kembali menundukkan wajahnya, mendekatkan bibirnya ke pipi Zua, membuat gadis itu merinding.
"Kalau kau tidak mau bermain, kenapa wajahmu terlihat begitu ... menyenangkan untuk dilihat?" bisiknya, suaranya kini hampir tak terdengar, hanya berjarak beberapa milimeter dari telinga Zua.
Zua ingin mengalihkan pandangannya, tetapi matanya terjebak dalam tatapan dalam Ganra. Ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa berpaling. Mungkin itu pesona yang selalu dimiliki pria itu, yang bisa membuat siapa pun wanita terhipnotis oleh keberadaannya.
"Anggap saja kita sedang melakukan simulasi, sebelum pernikahan kita."
Zua melotot.
"Kau gila!"
Ganra tertawa.
"Kita memang akan menikah, tapi aku tidak akan pernah melaku mmphh ..."
Sebelum Zua menyelesaikan kalimatnya, bibirnya di serang secara mendadak oleh Ganra.
Suaranya terhenti ketika bibir yang keras itu tiba-tiba melu-mat bibirnya. Zua memberontak ketika menyadari bahwa
Ganra sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.
bibir Ganra tanpa permisi
langsung memagut bibirnya, melu-matnya tanpa ditahan-tahan. Lidahnya
langsung menyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Zua, menghisapnya, menikmatinya, dan menggilasnya tanpa ampun.
Sekujur tubuh Zua terasa terbakar, panas karena gairah.
Ganra jelas-jelas sudah sangat ahli ketika mencumbu
perempuan, sehingga Zua yang belum berpengalaman pun akhirnya terbawa oleh
gairahnya.
Tok tok tok ...
Lalu suara ketukan pintu dari luar kamar Zua langsung mengagetkan keduanya. Tangan kekar Ganra yang menahan Zua di atas kepala gadis itu tadi melonggar, dan Zua memakai kesempatan tersebut untuk mendorong tubuh Ganra menjauh darinya.
Zua panik, berbeda dengan Ganra yang tersenyum penuh kemenangan. Ia lebih senang lagi melihat wajah panik Zua.
"Jangan panik, lagi pula kalau terciduk kita sedang bersama dan melakukan yang iya-iya, itu tidak masalah. Bilang saja kita sedang belajar sebelum benar-benar melakukannya di malam pertama." bisik Ganra di telinga Zua yang berakhir dengan cubitan kuat di perutnya.
Ganra meringis pelan lalu tertawa kecil melihat ekspresi galak Zua.
"Non Zua?"
Oh, itu suara bi Mirna. Asisten rumah tangga di keluarga ini.
"Iya bi, ada apa?!"
"Hape non Zua ketinggalan di bawah. Nyonya Laya menyuruh bibi anterin hape non, katanya ada teman kampus non yang menelpon. Kalo nggak salah namanya Andre non!" seru bi Mirna dari luar.
Zua cepat-cepat turun dari kasur dan membuka pintu. Berbeda dengan Ganra, wajahnya langsung berubah begitu mendengar nama yang di sebut oleh bi Mirna dari luar. Andre? Pasti laki-laki kan? Tidak mungkin perempuan, kecuali Andrea.
Saat pintu kamar terbuka, bi Mirna kaget melihat Ganra berada di dalam, sedang berbaring di kasur Zua. Ia pun menyapa cucu tertua dari tuan besarnya itu lalu menyerahkan hape di tangan Zua ke pemiliknya dan pamit pergi.
ya udahlah mdnding diem dr pd lebih malu lgkan.
sok kepedeaan☺
Baguslah si Bunga di pecat...
perketat pengawasan utk Zua...bahaya sedang mrngintai Zua