Mentari merupakan seorang perempuan yang baik hati, lembut, dan penuh perhatian. Ia juga begitu mencintai sang suami yang telah mendampinginya selama 5 tahun ini. Biarpun kerap mendapatkan perlakuan kasar dan semena-mena dari mertua maupun iparnya , Mentari tetap bersikap baik dan tak pernah membalas setiap perlakuan buruk mereka.
Mertuanya juga menganggap dirinya tak lebih dari benalu yang hanya bisa menempel dan mengambil keuntungan dari anak lelakinya. Tapi Mentari tetap bersabar. Berharap kesabarannya berbuah manis dan keluarga sang suami perlahan menerimanya dengan tangan terbuka.
Hingga satu kejadian membuka matanya bahwa baik suami maupun mertuanya dan iparnya sama saja. Sang suami kedapatan selingkuh di belakangnya. Hanya karena pendidikannya tak tinggi dan belum juga dikaruniai seorang anak, mereka pun menusuknya dari belakang.
Tak terima perlakuan mereka, Mentari pun bertindak. Ia pun membungkam mulut mereka semua dan menunjukkan siapakah benalu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIMA
Sudah satu Minggu berlalu dan sikap Shandi masih saja dingin. Bahkan beberapa hari ini, Shandi memilih pulang ke rumah orang tuanya demi menghindari Mentari. Mentari sudah mencoba berbagai cara untuk meluluhkan hati Shandi pun menghilangkan kekesalan sang suami, tapi tak kunjung membuahkan hasil.
"Kenapa loe, RI? Jelek banget muka loe? Tumben!" ejek sahabat Mentari, Jeanara. Putri dari pasangan Gathan Tjokroaminoto (CEO TJ Group) dan Nanda Afrilya. (ada di cerita Ternyata Aku yang Kedua).
"Sialan loe!" umpat Mentari seraya melempar Jeanara dengan kentang goreng. Mereka kini sedang nongkrong di Cafe Starla, milik Jeanara.
Jeanara menghindar dengan cepat seraya terkekeh melihat wajah cemberut Mentari.
"Loe kenapa sih, Ri? Ada masalah?" tanya Jeanara serius setelah menyesap jus buah naga miliknya.
Mentari menghembuskan nafas panjang kemudian mengangguk lesu sambil mengaduk-aduk spaghetti carbonara miliknya.
"Kenapa lagi? Masih masalah sama mertua sama ipar loe yang resek itu?" terka Jeanara. Selama ini memang Mentari kerap bercerita dengan Jeanara tentang segala yang telah terjadi padanya. Termasuk prahara dalam rumah tangganya. Mereka telah berteman cukup lama, yaitu sejak mereka sama-sama menempuh pendidikan di Universiti Malaya (UM) di Malaysia.
Ya, sebenarnya Mentari pun seorang sarjana jurusan bisnis. Sama seperti Jeanara. Ia menempuh pendidikan di sana seraya bekerja menjadi seorang TKW di sebuah pabrik furniture. Namun tak ada yang tahu itu. Keluarga Shandi pun hanya tahu Mentari dulu merupakan seorang TKW, tak lebih.
"You know lah. Udah 5 tahun berlalu, tapi mereka nggak kunjung berubah. Masih aja suka merendahkan dan memojokkan. Apalagi akhir-akhir ini. Selalu aja ngatain mandul. Sampai Mas Shandi pun yang biasanya tidak terlalu menanggapi ocehan mamanya, jadi kayak terpengaruh gitu," ucap Mentari lirih.
"Loe udah nunjukin bukti surat keterangan dari dokter kalau rahim loe baik-baik aja kan?"
"Udah, tapi mereka nggak percaya. Tahu nggak, sekarang mama mertua gue makin gila aja. Masa' dia mau jodoh-jodohin mas Shandi sama anak temennya sih? Dasar ibu nggak ada akhlak," desis Mentari kesal. Ia sampai mengepalkan tangannya karena tak habis pikir dengan kelakuan ibu mertuanya itu. Padahal dia pun wanita, ia juga memiliki seorang anak perempuan, apa mereka tak takut apa yang mereka lakukan itu akan menimpa diri mereka sendiri? Dimana perasaan ibu dan anak itu pikirnya.
"Gila ya mertua dan ipar loe, Ri. Bener-bener nggak ada akhlak tuh orang. Pingin gue bejek-bejek rasanya. Udah suka menghina, sok banget juga. Sekarang malah kayak nggak ada hati mau jodohin anak yang jelas-jelas udah nikah hanya karena alasan belum hamil. Tapi ya Ri, emang dari awal gedek banget gue sama mertua sama adik ipar loe itu. Kapan sih insafnya? Seolah keluarga mereka paling hebat aja. Belum tau aja mereka siapa yang sering mereka hina ini?" gerutu Jeanara .
"Apa perlu aku ungkap aja ya Jea rahasiaku? Kalo aja mereka bisa bersikap lebih baik gitu?" tanya Mentari menerawang.
"No! Mending jangan dulu deh, Ri! Lakuin sesuai rencana awal loe aja. Bukannya kenapa, iya, mereka pasti bakal bersikap baik ke elo tp gue yakin itu cuma modus. Nggak tulus. Jangan sampai deh! Eh, by the way, sikap laki loe gimana ke perempuan yang mau dijodohin ke dia itu?"
"Biasa aja sih. Yah, semoga aja mas Shandi nggak mengkhianati gue. Kalau sampai dia mengkhianati gue demi perempuan itu, liat aja, gue pasti bakal balas. Sekalian aja, gue balas semua orang yang udah jahatin gue. Gimana menurut loe?" tanya Mentari meminta pendapat Jeanara.
"Wah, good idea tuh! Gue setuju. Tapi tetap gue doain deh, dia nggak macam-macam," tukas Jeanara yang diaamiinkan Mentari.
Lalu Mentari mengalihkan pandangannya pada perut Jeanara yang sudah mulai membukit. Terdapat asa di dalam tatapan Mentari.
"Jea, gimana rasanya hamil?" celetuk Mentari penasaran. Ia pun ingin sekali rasanya merasakan kehamilan seperti Jeanara. Padahal usia pernikahan mereka baru menginjak 6 bulan, tapi Jeanara sudah hamil 5 bulan. Pasti rasanya bahagia banget bisa jadi kayak Jeanara pikirnya.
"Hmmm ... gimana ya? Rasanya nano nano sih. Enaknya ya gitu, suami gue makin perhatian, kalau nggak enaknya kalo lagi mual. Gue sampe lemes nggak bisa ngapa-ngapain. Pernah tuh, kami lagi enak-enak, udah mau sampai puncak eh tiba-tiba perut gue mual, terus muntah gitu aja di depan mas Abdi sampai kena juniornya. Kan ambyar tuh mood gue. Untung aja mas Abdi pengertian. Kalau nggak, duh nggak tau lagi deh gue gimana jadinya," tutur Jeanara seraya terkekeh mengingat kejadian beberapa malam yang lalu.
Mentari tersenyum mendengarkan cerita Jeanara. Ia harap, suatu hari nanti bisa merasakan momen indah tersebut. Momen yang bisa membuat dirinya sempurna sebagai seorang wanita.
"Onty Je ... " pekik seorang anak kecil sambil berlarian masuk ke dalam cafe.
Merasa namanya dipanggil, Jeanara pun mengalihkan pandangannya pada sosok mungil berambut panjang yang dikuncir kepang itu.
Mentari pun ikut mengalihkan pandangannya pada sosok gadis kecil yang tampak begitu cantik dengan dress berwarna biru muda di tubuhnya. Sontak saja Mentari menarik sudut bibirnya ke atas saat gadis kecil itu masuk ke pelukan sahabatnya itu. Ia yakin, gadis kecil itu pasti keponakan sahabatnya yang sering ia ceritakan. Putri dari saudara kembar Jeanara. Sungguh, gadis kecil yang cantik dan manis.
"Asha, kenalan dulu yuk sama sahabat onty!" ujar Jeanara pada keponakannya yang baru berusia 4 tahun itu.
Keponakan Jeanara itu pun mengangguk dengan senyum merekah di bibir merahnya.
"Halo onty cantik, kenalin, aku Ashadiva, keponakan onty Jea yang bawel," ucap Ashadiva seraya tersenyum lebar memamerkan deretan gigi kelincinya yang lucu.
Mendengar dirinya diejek oleh keponakannya, membuat Jeanara mencebikkan bibirnya.
"Dasar, keponakan nggak ada akhlak! Tantenya sendiri dikatain bawel!" omel Jeanara.
"Halo juga princess Ashadiva yang cantik. Salam kenal. Nama onty Mentari. Onty Jea bawel kamu ini sering memanggil Onty Riri. Tapi ada juga yang memanggil Onty Tari. Jadi Princess Asha yang cantik bebas mau panggil Onty apa," sahut Mentari seraya tersenyum lebar. Ia juga mengulurkan tangannya untuk bersalaman yang disambut Ashadiva dengan antusias.
"Kalau gitu, Asha ikutan onty Jea aja deh panggil Onty Riri," cetus Ashadiva membuat Mentari gemas lalu menarik Ashadiva ke pangkuannya dan menciuminya.
"Ih, Asha gemesin banget deh!"
Tidak merasa risih, Ashadiva justru terkekeh geli saat Mentari menciuminya.
"Onty cantik banget deh!" puji Ashadiva pada Mentari.
"Oh ya? Wah, hati onty jadi berbunga-bunga mendengar pujian Princess Asha yang cantik," seloroh Mentari membuat Jeanara dan Ashadiva terkekeh.
"Onty Jea, onty beli onty Riri ini dimana? Boleh nggak Asha beli onty Riri nya buat Asha jadiin mama?" celetuk Ashadiva membuat Jeanara dan Mentari menganga kemudian tergelak kencang.
"Astaga, Asha ... kamu aneh-aneh aja! Masa' onty Riri mau dibeli, emangnya onty Riri ini barang," tukas Jeanara seraya tergelak kencang.
"Asha, sudah kan ketemu onty nya? Ayo kita segera pulang!" tukas seorang pria bermata tajam, berahang tegas, dengan sebuah tas ransel berbentuk kuda poni di pundak kirinya.
Sontak saja suara bariton itu mengejutkan kedua sahabat itu. Sementara Jeanara masih belum bisa menghentikan tawanya, berbeda dengan Mentari yang langsung mengatupkan bibirnya. Entah mengapa, sejak dulu ia merasa takut dengan sosok saudara kembar Jeanara itu.
"Okay papi," sahut Ashadiva yang langsung turun dari pangkuan Mentari. "Onty Riri, Onty Jea, Asha pulang dulu ya!" pamit Ashadiva. "Oh ya Onty Jea, ingat ya, kalau onty Riri nya dijual, segera kasi tau Asha atau Papi ya!" ujar Ashadiva lagi membuat Jeanara makin tergelak kencang. Mentari yang mendengarnya sebenarnya ingin tertawa, tapi karena takut campur malu, ia membekap mulutnya sembari menahan tawa. Berbeda dengan sosok tampan dan gagah itu yang makin mengetatkan rahangnya saat mendengar kata-kata dari sang putri.
...***...
Ada yang ingat siapa nama saudara kembar Jeanara? Yang baca Ternyata Aku yang Kedua mungkin ingat. 😁
...***...
...Bab bonus hari Minggu. 😄...
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...